Diduga Palsukan Dokumen, Seorang Pendeta di Pelalawan Didatangi Polisi
Merdeka.com - Iwan Sarjono Siahaan (31) warga Desa Kusuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan kaget saat mau ditangkap anggota Polsek Pekanbaru Kota, Selasa (31/12). Pasalnya, dia tidak pernah diperiksa namun tiba-tiba datang lima personel polisi ke gereja tempatnya beribadah.
"Tadi saya selaku pendeta bersama ratusan jemaat mau beribadah di gereja, tiba-tiba sekitar jam 18.30 WIB, datang anggota Polsek Pekanbaru Kota mau menangkap saya. Mereka pakai baju preman, menunjukkan surat perintah penangkapan, tapi tidak mau menunjukkan identitasnya," ujar Iwan kepada merdeka.com.
Melihat Iwan mau ditangkap, para jemaat meminta waktu kepada polisi agar mereka bisa melanjutkan ibadah. Namun, kata Iwan, sejumlah anggota polisi ngotot mau menangkap.
-
Siapa saja yang diperiksa polisi? Hari ini, tiga saksi diperiksa unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Tangerang Selatan, Jumat (23/2).
-
Siapa yang ditangkap karena kerusuhan? 'Kami telah mengidentifikasi beberapa pelaku, dan saat ini kami baru menangkap satu orang, sementara yang lainnya masih dalam pengejaran,' ujar Kusworo.
-
Siapa yang terjaring razia? Hasilnya, puluhan muda-mudi yang bukan suami istri terjaring razia saat asyik berduaan di sejumlah kamar kos.
-
Siapa yang ditangkap? Seorang pria di China utara ditangkap oleh pihak kepolisian setelah ia membuat surat penangkapan palsu untuk dirinya sendiri di media sosial.
-
Siapa yang tertangkap di Kenjeran? Residivis yang ditangkap itu antara lain berinisial ADH, warga Sidoarjo, yang tertangkap di wilayah Kenjeran, Surabaya.
"Mereka memaksa mau membawa saya atas laporan bapak saya Manaek Siahaan, saya tidak tahu apa kasusnya karena tidak pernah dipanggil sebagai terlapor. Tapi polisinya bilang, katanya saya dituduh memalsukan tandatangan dokumen, entah dokumen yang mana," jelas Iwan.
"Padahal Pak Manaek itu sedang dalam proses laporan, karena dia saya laporkan ke Polda Riau atas kasus penganiayaan terhadap saya di gereja ini juga," tambah Iwan.
Iwan menyebut, karena jemaat ramai, para angota polisi yang dipimpin Kanit Reskrim Iptu Bahari itu pergi meninggalkan gereja. Iwan dan para jemaat pun membatalkan ibadah mereka lantaran takut.
"Kami menghentikan ibadah kami, dan pulang ke rumah masing-masing. Saya sudah lapor melalui handphone ke Polda juga, besok kami mau melapor ke Propam," ucap Iwan.
Sementara itu, Kapolsek Pekanbaru Kota AKP Sunarti saat dihubungi merdeka.com membenarkan upaya penangkapan yang dilakukan polisi. Namun dia enggan menjelaskan kasus yang menimpa Iwan.
"Iya itu masalah keluarga. Nanti lah ya (jenis tindak pidananya)," kata Sunarti.
Sunarti juga belum mau menjelaskan bagaimana prosedur penangkapan yang sebenarnya. Sebab, Iwan sebagai terlapor tidak pernah diperiksa namun tiba-tiba mau ditangkap.
"Nantilah ya," elak Sunarti.
Sementara itu, Kapolda Riau Irjen Agung Setia Imam Effendi saat dihubungi merdeka.com membenarkan ada penangkapan itu.
"Itu masalah keluarga, kita tangani dengan baik. Silakan dikonfirmasi kepada bapaknya yang melaporkan," kata Agung.
Sementara itu, Manaek Siahaan, warga Bagan Batu, Kabupaten Rokan Hilir merasa sedih. Sebab tiga orang anaknya dipenjara karena kasus penganiayaan.
"Sejak tiga orang putra saya dipenjara, sejak itu pula saya menangis setiap malam," ujar Manaek Siahaan saat dihubungi merdeka.com, Kamis (2/1).
Dia mengaku telah berupaya memediasi persoalan di antara anaknya. "Dia anak saya, dan yang tiga itu juga anak saya. Kenapalah sampai ke polisi masalah keluarga ini," lanjutnya.
Manaek berharap Iwan membuka hatinya untuk berdamai dengan ketiga saudaranya. "Awalnya Iwan ini kan melaporkan saya dengan tuduhan menggelapkan mobilnya. Padahal mobil dia itu saya yang membayar angsurannya saat dia masih kuliah. Setelah dia selesai kuliah, dan sudah jadi pendeta, malahan saya yang dilaporkan karena menjual mobilnya itu," ucapnya.
Karena dirinya dilaporkan, Manaek mendatangi Iwan untuk menanyakan motif laporan itu. Namun permasalahan muncul karena ketiga anaknya juga ikut ke rumah Iwan hingga terjadi pertikaian.
"Waktu itu 5 Desember 2019, saya sama anak-anak datang ke rumah Iwan. Saya bilang kok tega melaporkan saya. Namun Iwan bertikai dengan anak-anak saya yang lain. Tidak ada penganiayaan. Mana mungkin saudara kandung saling bunuh. Dan tak mungkin saya mau membunuh anak saya sendiri," terangnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sempat terjadi keributan saat komplotan Praka RM menculik korban
Baca SelengkapnyaIptu Dalfis ditegur Majelis sehingga terjadi sedikit keributan.
Baca SelengkapnyaHingga sore hari, penggeledahan masih sedang berlangsung. Karena, kegiatan ini mulai dilaksanakan sejak pukul 14.00 Wib.
Baca Selengkapnya10 Anggota Polisi Diduga Sekap dan Aniaya Warga di Bali
Baca SelengkapnyaDalam aksinya, pelaku mengirimkan sebuah peluru aktif disertai surat berisi ancaman dan pemerasan
Baca SelengkapnyaSaat dicecar awak media, Panji Gumilang tak mengeluarkan sepatah kata pun. Dia hanya mengangkat jempolnya saja. Simak foto-fotonya!
Baca SelengkapnyaPelaku mengaku mendapatkan bisikan ghaib untuk menyerahkan katana bertuliskan Bahasa Arab sepanjang 1,1 meter
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang polisi gadungan yang sedang diperiksa oleh polisi asli.
Baca SelengkapnyaTerungkap sejumlah fakta penculikan, penganiayaan, pemerasan dan pembunuhan terhadap Imam Masykur (25), pemuda penjual kosmetik di kawasan Sandratek.
Baca Selengkapnya15 jaksa menelaah berkas perkara pimpinan pondok pesantren Al-Zaytun tersebut setelah menerimanya dari polisi.
Baca SelengkapnyaPengeroyokan itu terjadi di Jalan Raya Banjaran-Soreang, Rabu (20/12) lalu.
Baca SelengkapnyaPanji Gumilang sebelumnya mangkir diperiksa polisi hari ini karena sakit.
Baca Selengkapnya