Diguyur hujan disertai angin kencang, rumah nenek Siti di Jembrana ambruk
Merdeka.com - Nenek Siti Kasma (65), hanya bisa meneteskan air mata dan pasrah di dekat puing-puing rumahnya. Kediaman sederhananya itu roboh karena diguyur hujan deras dan angin kencang, Rabu (7/11) dini hari.
Nenek Siti adalah warga Banjar Teluk Limo, Desa Tegal Badeng Barat, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali, yang tercatat sebagai warga miskin ini kini tidal lagi punya rumah. Ia mengaku bingung tinggal di mana lantaran dia tidak memiliki biaya untuk membangun kembali rumahnya yang telah hancur.
Saat ditemui pada Rabu (7/11) sore di puing-puing rumahnya, Nenek Siti didampingi Perbekel Tegal Badeng Barat I Made Sudiana menuturkan, saat kejadian dirinya sedang tidur. Sementara cucunya Mohamad Hairul Yani (14) yang bersekolah di MTS Darussalam bangun dan berniat akan sholat tahajut.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Siapa yang terdampak broken home? Dan dampaknya? Lebih kepada anak-anak.
-
Siapa yang terdampak dari broken home? Dampak dari broken home dapat terasa pada anggota keluarga, terutama anak-anak.
-
Apa itu Broken Home? Broken home merupakan kondisi ketika keluarga tidak utuh. Sederhananya, orang tua yang bercerai bisa berdampak buruk bagi kesehatan fisik maupun mental sang anak. Kondisi ini yang kemudian membuat seseorang disebut sebagai anak broken home.
-
Di mana desa miskin itu berada? Salah satu desa miskin berada di Desa Cipelem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
-
Siapa yang terdampak banjir di Rumah Tigo Ruang? Salah satu warga di Rumah Tigo Ruang, Kecamatan Kuranji, Suci Ramadani mengatakan, air mulai masuk ke dalam rumah sekitar pukul 02.00 WIB.
Setelah Hairul ambil air wudhu, ia mendengar suara getaran kayu di atap rumahnya dan menduka rumahnya akan roboh, lalu cepat-cepat menarik neneknya keluar rumah, sehingga selamat dari musibah tersebut.
"Di luar kami bengong karena semua sudah ambruk dan pakaian serta perabotan basah karena hujan. Termasuk baju sekolah Hairul juga basah," ujar Nenek Siti.
Rumah yang ditempati Siti dan Hairul terbuat dari bedek ukuran 6x9 meter dan sudah lapuk karena dibangun puluhan tahun lalu. Pekerjaan Siti hanya buruh di pabrik dengan penghasilan tidak menentu sehingga mereka tidak bisa memperbaiki rumah. Sementara suaminya sudah lama meninggal.
Kini Siti dan cucunya mengungsi ke rumah anaknya yang juga terbuat dari bedek. Siti mengaku pasrah dengan keadaannya dan berharap bantuan rumah. Karena dia tidak mungkin tinggal menumpang dengan anaknya yang sudah berkeluarga dalam waktu lama.
Sementara Perbekel Tegal Badeng Barat I Made Sudiana dikonfirmasi mengatakan Siti masuk penerima dana PKH dan mendapat raskin atau rastra. Pihaknya akan segera rapat membahas mengenai bantuan bedah rumah untuk Siti dan dianggarkan dari dana desa.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kakek Sanusi kini hanya mengandalkan pemberian tetangga untuk sekedar makan dan bertahan hidup.
Baca SelengkapnyaTangisnya pecah saat Bupati Kediri datang ke rumahnya
Baca SelengkapnyaSetiap hari Ngadenin (63) harus berjalan melalui selokan sempit yang menjadi akses satu-satu jalan ke rumahnya.
Baca SelengkapnyaKampung Bulak Barat sempat direndam banjir hingga menutupi rumah-rumah warga
Baca SelengkapnyaAkses menuju kampung itu cukup sulit. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang terjal dan berbatu.
Baca SelengkapnyaHujan disertai angin kencang di Depok menyebabkan sejumlah rumah mengalami karena ambruk.
Baca SelengkapnyaSudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca SelengkapnyaJalan setapak, bangunan sekolah sampai lapangan bola kini berubah menjadi lautan.
Baca SelengkapnyaYadi dan Onih jadi salah satu warga Kota Sukabumi yang hidup dalam garis kemiskinan dan membutuhkan bantuan.
Baca SelengkapnyaKakek Carmad masih dibayangi rasa cemas oleh ombak besar yang bisa saja datang secara tiba-tiba.
Baca SelengkapnyaTebing yang longsor diperkirakan mencapai tinggi 50 meter.
Baca Selengkapnya