Dijanjikan Beasiswa ke Taiwan, Puluhan WNI Malah Dipaksa Kerja di Pabrik Besi
Merdeka.com - Bisa kuliah di luar negeri, menjadi dambaan setiap pelajar. Beasiswa menjadi salah satu pilihan. Tapi berhati-hatilah karena kini beasiswa bodong bermunculan. Alih-alih menikmati bangku perkuliahan, yang terjadi malah bekerja di pabrik besi. Begitulah yang dialami 40 Warga Negara Indonesia.
Kasus ini terungkap setelah kedua penyalur yaitu Lukas dan Mujiono tertangkap jajaran Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Mabes Polri.
Wadir Tipidum Bareskrim Mabes Polri, Kombes Pol Agus Kuncoro mengatakan, tersangka memberikan iming-iming kuliah sambil kerja di Taiwan. Dia menjelaskan, persyaratan yang harus dipenuhi diantaranya membayar uang administrasi sebesar Rp 35 juta.
-
Apa saja modus penipuan lowongan kerja? Ingat, pemberi kerja yang resmi tidak akan meminta pembayaran apa pun selama proses perekrutan. Jika ada yang meminta biaya perekrutan, deposit, atau biaya wawancara maka waspadalah. Sebab, ini seringkali merupakan modus penipuan loker palsu.
-
Bagaimana cara agar pencari kerja terhindar dari lowongan kerja palsu? Langkah terakhir untuk menghindari penipuan lowongan pekerjaan, pastikan menggunakan platform pencarian kerja yang terverifikasi keamanannya atau halaman karir resmi perusahaan.
-
Siapa pelaku penipuan? Kelima tersangka tersebut telah dilakukan penahanan sejak tanggal 26 April 2024 dan terhadap satu WN Nigeria sudah diserahkan kepada pihak imigrasi untuk diproses lebih lanjut,' tuturnya.
-
Siapa yang menjadi korban penipuan oleh agen penyaluran tenaga kerja? Budi Triman (37), salah satu korban asal Pati mengaku, ia pada awalnya dijanjikan kerja di Korea oleh HS dengan syarat memiliki sertifikat keahlian las yang diterbitkan dari Kapten Indonesia.
-
Siapa yang sering jadi korban penipuan lowongan kerja? Di tengah era persaingan kerja yang ketat, adanya lowongan pekerjaan yang menjanjikan posisi tertentu dengan gaji menarik jelas jadi hal yang menggiurkan. Namun, waspada jika mendapatkan informasi lowongan pekerjaan dari Blibli jika tidak melalui saluran informasi resmi.
-
Apa modus baru penipuan lowongan kerja? Kesaksian Korban Belum lama ini, terungkap modus kejahatan baru yang menyasar para pencari kerja. Diungkap sejumlah korban yang baru saja melakukan interview di salah satu lokasi berkedok perusahaan di Duren Sawit, pelaku membujuk agar sejumlah uang diserahkan. Bukan tanpa alasan, para korban turut dijanjikan segera mendapat pekerjaan impian. Sontak, uang tersebut diminta pelaku. 'Kalau mau, ya saya bilang ada Rp50 ribu. Udah, Rp100 ribu aja katanya. Ya sudah, saya kasih Rp100 ribu,' terangnya.
Sementara itu pelaku akan menalangi kepada korban yang tidak mampu melunasi uang Rp 35 juta. Dengan catatan sebagian penghasilan dari bekerja di Taiwan disisihkan untuk melunasi uang administrasi.
Sebelum dijanjikan berangkat ke Taiwan, Agus mengungkapkan, para korban ditampung dahulu di Jakarta. Selama di penampungan pelaku membuat kamuflase dengan menghadirkan perwakilan dari Taiwan untuk mewawancarai para calon korban. Selanjutnya, melengkapi persyaratan administrasi mirip seperti pendaftaran kuliah.
"Dari mulai KTP, KK, ijazah, persetujuan orang tua sampai SKCK. Setelah semua lengkap mereka diberangkatkan ke Taiwan," katanya di Mabes Polri, Rabu (9/10).
Dia menjelaskan, yang menjadi masalah melenceng dari kesepakatan awal. Korban tidak diberi kesempatan kuliah melainkan disuruh bekerja di pabrik besi dari Senin sampai Sabtu. Sementara hari Minggunya diminta belajar Bahasa Taiwan.
"Korban dijanjikan menerima uang sekira 27 ribu NT (mata uang Taiwan) tapi hanya menerima sekira Rp 2 juta dan ada pula yang lebih parah karena tidak mendapatkan uang tersebut sama sekali," ungkapnya.
Sejauh ini, ada sekira 40 orang Warga Negara Indonesia yang menjadi korban. Kebanyakan dari para korban berasal dari Lampung, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Agus mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mudah terpedaya bujuk rayu dan janji manis bekerja di luar negeri dengan penghasilan yang cukup menggiurkan tanpa mendapat keyakinan dari pihak-pihak berkompeten.
"Termasuk kepada orang tua yang akan memberangkatkan anak-anaknya baik untuk kuliah maupun bekerja. Mari kita perhatikan keselamatan dan keamanan anak-anak atau keluarga kita yang akan bekerja di luar sehingga kejadian seperti ini tidak akan terulang kembali," tutupnya.
Reporter: Ady AnugrahadiSumber: Liputan6.com
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di antara korban sampai rela menjual truk demi bisa berangkat ke Korea
Baca SelengkapnyaTindak pidana perdagangan orang (TPPO) dengan menawarkan pekerjaan dan modus-modus lain semakin marak terjadi.
Baca SelengkapnyaMenurut Puan, tak ada yang salah dengan bekerja di luar negeri, namun harus melalui jalur resmi.
Baca SelengkapnyaMarak penipuan berkedok lowongan kerja di Bekasi, milenial tak lepas dari penipuan ini.
Baca SelengkapnyaMereka tak menyangka akan ditipu tetangganya sendiri
Baca SelengkapnyaMereka lalu dibebankan biaya pendaftaran sebesar Rp150.000 ke rekening atas nama CV-Gen dan juga membayar sebesar 150 euro untuk pembuatan LOA ke PT SHB.
Baca SelengkapnyaUniversitas jangan mudah tergiur dengan program magang di luar negeri yang bisa untuk menaikan akreditasi.
Baca SelengkapnyaSalah satu upaya yang dilakukan saat ini adalah melakukan edukasi dan sosialisasi ke sekolah.
Baca SelengkapnyaFatin (23),warga Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat mengaku masih bersedih dan belum menerima kenyataan bahwa dirinya gagal berangkat kerja ke Dubai di 2024.
Baca SelengkapnyaPolisi mengiming-imingi korban bisa bekerja di PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Baca SelengkapnyaWapres Ma'ruf Amin menyoroti kasus ribuan mahasiswa Indonesia menjadi korban TPPO berkedok magang di Jerman.
Baca SelengkapnyaPenangkapan ratusan tersangka dilakukan sejak periode 5-11 Juni 2023
Baca Selengkapnya