Dinkes Tangerang Bantah Pakai Vaksin Covid-19 Kedaluwarsa Usai Warga Mendadak Sakit
Merdeka.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang, membantah dugaan penggunaan vaksin Covid-19 kedaluwarsa hingga menyebabkan penerimanya meninggal dunia. Dinkes bahkan mengklaim penyerapan vaksinasi tertinggi di Banten adalah kota Tangerang.
"Dari semua provinsi di Banten, yang paling cepat kota Tangerang, artinya kemungkinan kedaluwarsa cepet atau enggak. Kita sekali ada vaksin langsung gunakan, jadi memang dia (vaksin) enggak sempat kedaluwarsa," kata Kepala Dinkes Kota Tangerang, Liza Puspadewi dikonfirmasi, Kamis (24/6).
Liza juga enggan mengomentari lebih jauh terkait dugaan kasus kematian seorang warga Pinang, bernama Joko Santoso, sakit setelah menerima vaksin Covid-19 pada Selasa (15/6) lalu. "Kita kumpulkan data itu, baru kita sandingkan, kan ada Pokja KIPI. Tim KIPI sudah ada dari dulu," kata Liza.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Dimana wabah misterius ini terjadi? Dalam beberapa hari terakhir, China dihantui lonjakan penyakit pernapasan misterius di kalangan anak-anak di sepanjang wilayah utara, menciptakan kekhawatiran di kalangan masyarakat.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
Dia menargetkan Sabtu pekan ini, klarifikasi atas dugaan kematian warga akibat vaksinasi tersebut bisa disampaikan ke publik. "Sebenarnya kita bahas pada Sabtu. Itu pasti sudah ada klarifikasi," kata dia.
Liza memastikan dalam kasus dugaan kematian setelah vaksinasi itu bisa dilihat dari riwayat yang dimiliki tim medis dan almarhum. Sehingga tidak akan melakukan visum atau pembongkaran makam.
"Kita lihat perjalanan penyakitnya, dari situ sudah kelihatan," tukas dia.
Sebelumnya, sang istri almarhum Joko Santoso, Putri, mengklaim suaminya tidak memiliki riwayat penyakit sebelum disuntik vaksin Covid-19. Namun, menurut saat proses observasi sebelum disuntik vaksin tensi Almarhum Joko menunjukkan angka 160, namun tetap memperoleh vaksin.
"Gini kalian lihat kalau vaksin seperti apa? sebelum tensi screening dulu kan. Analisa. Kita bisa lihat didatanya itu, sabar pasti ada press rilis," ucap Liza.
Sebelumnya diberitakan, Joko Susanto (33), warga RT 03/03 Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, meninggal dunia pada Rabu (23/6) sore kemarin. Joko meninggal tepat delapan hari menerima vaksinasi Covid-19 pada Selasa (15/6) lalu.
Putri (31), istri almarhum Joko Susanto, juga masih sangat terpukul. Dia sungguh tak percaya. Kehilangan cinta sejati secepat ini.
"Kemarin almarhum suami saya mengembuskan napas terakhirnya," kata ibu dua anak ini saat ditemui merdeka.com di kediamannya, Kamis (24/6).
Putri menceritakan kejadian sebelum suaminya pergi menghadapi Sang Pencipta. Joko, katanya, mengalami batuk dan demam. Kondisi itu diyakin Putri karena efek vaksinasi.
Putri dan Joko mendatangi sekolah untuk menerima vaksin sesuai jadwal yang diperoleh dari pengurus lingkungan. Keduanya mengantre sesuai antrean. Sebelumnya telah diobservasi oleh petugas yang berjaga.
Putri dan Joko mendatangi sekolah untuk menerima vaksin sesuai jadwal yang diperoleh dari pengurus lingkungan. Keduanya mengantre sesuai antrean. Sebelumnya telah diobservasi oleh petugas yang berjaga.
Saat itu, petugas mewawancarai Joko dengan pertanyaan seputar riwayat penyakit. Juga melakukan pemeriksaan tensi darah.
"Saat tensi darah, suami saya itu 160. Tapi sama petugas dijawab bisa. Akhirnya divaksin kami berdua. Setelah kejadian ini, pertanyaan saya, kenapa tensi tinggi sampai 160 tetap divaksin," terang Putri.
Usai divaksin, mereka kembali ke rumah untuk beristirahat. Putri tidak merasakan gejala apapun. Tetapi berbeda dengan suami.
"Katanya (usai divaksin) tidak terasa. Tapi sampai di rumah batuk - batuk hebat, sampai malam itu engga bisa tidur. Ada demam juga, badannya panas," jelas Putri.
Melihat kondisi Joko, Putri dan keluarga memutuskan untuk membawa ke dokter agar diperiksa. Saat mendatangi Puskesmas Kunciran Baru, pihak Puskesmas tidak dapat memberikan perawatan karena alasan penuh.
"Saya minta dirujuk kata pihak Puskesmas waktu itu, enggak apa - apa. Karena suami saya kelihatan kuat, padahal saat itu kondisinya lemas," terang Ibu dari Adeva (5) dan Aqila (10) itu.
Belum puas dengan penjelasan puskesmas, Putri dan keluarga berniat membawa Joko ke RS swasta. Tetapi Tuhan berkendak lain. Joko meninggal dalam perjalanan menuju RS swasta.
"Dari swab antige nonreaktif, kalau PCR belum keluar. Suami saya meninggal pas baru masuk mobil dipompa jantung, dan pihak RS menyampaikan meninggal itu jam 16.00 WIB sore," kata dia.
Atas kejadian tersebut, Putri dan keluarganya meyakini kalau kepergian Joko, suaminya, akibat vaksin Sinovac. Sebab saat dosis vaksin disuntikkan, tensi Joko sedang tinggi.
"Pertanyaan saya kenapa 160 itu divaksin. Saat itu, suami saya juga bertanya ke petugas tapi dijawab bisa. Ya, kami percaya saja. Tapi setelahnya, kondisi suami batuk dan demam hingga semakin terpuruk dan meninggal dunia," ucap Putri.
Putri iklas melepas kepergian suaminya. Tetapi dia berharap kasus serupa tidak terulang lagi.
"Biar ini jadi pelajaran semua. Saya bukan mau menyalahkan, saya enggak menyalahkan. Tapi Pemerintah harus bertanggung jawab atas kejadian ini," jelas dia.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaEpidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaAdapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaPetugas kesehatan langsung datang ke rumah Bayi MKA, dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaPasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaHebohnya kasus TTS berawal dari gugatan yang dilayangkan Jamie Scott ke Pengadilan Tinggi Inggris.
Baca Selengkapnya