Dipicu Saling Sapa, 3 Pesilat di Jember Aniaya Anggota Perguruan Lain
Merdeka.com - Polisi menangkap tiga anggota perguruan silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) di Jember. Mereka diduga menganiaya tiga pesilat dari perguruan Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia (IKSPI) Kera Sakti.
"Sudah kita amankan dan kenakan Pasal 170 KUHP tentang Penganiayaan secara bersama-sama,” ujar Kapolsek Ambulu AKP M Sudariyanto saat dikonfirmasi merdeka.com, Selasa (10/8) malam.
Pesilat yang diamankan yakni MRA (21), KRD (18), dan MNH (16). Semuanya warga Desa Pontang, Kecamatan Ambulu. MNH masih berstatus pelajar. "Untuk pelaku yang anak-anak kita menerapkan UU Peradilan Anak," tutur Sudariyanto.
-
Siapa saja yang ditangkap? Ratusan pelajar itu diamankan di empat lokasi di Jakarta Pusat pada Selasa (2/4) sore. 'Hari ini kita mengamankan remaja yang konvoi berdalih berbagi takjil yang selalu membuat kerusuhan dan keonaran di jalan raya, sehingga membahayakan pengguna jalan maupun warga sekitar karena sering menutup jalan sambil teriak-teriak menyalakan petasan,' kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro dalam keterangan tertulis.
-
Siapa saja yang terlibat dalam perkelahian? Dua kelompok pemuda yang bentrok tersebut ialah dari kelompok Markus (21) dengan kelompok Jony (24).
-
Siapa yang ditangkap? Personel Brimob menangkap pria berinisial I, P, G yang diduga sebagai pemakai dan WA sebagai bandar dan perempuan N sebagai pemakai pada Rabu (19/6) dini hari.
-
Mengapa tiga putra suku Anak Dalam jadi polisi? Sempat berpikir tak diperhatikan, kini mereka bisa menjadi bukti bahwa anak dalam juga bisa menjadi anggota Polri.
-
Siapa yang terlibat dalam perseteruan ini? Keputusan ini muncul sebagai bagian dari perseteruan panjangnya dengan mantan suaminya, Atalarik Syach.
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
Para pelaku diamankan dari rumahnya masing-masing. Polsek Ambulu sempat menawarkan solusi damai untuk mengatasi persoalan ini.
"Kita tawarkan mediasi, namun korban menolak sehingga kita lanjutkan ke proses hukum dengan penetapan tersangka," jelas Sudariyanto.
Dipicu Saling Sapa
Kasus penganiayaan pemuda beda perguruan silat ini hanya dipicu persoalan sepele, yakni saling sapa ketika bertemu di jalan. Peristiwa terjadi di lapangan Dusun Karangtemplek, Desa Andongsari, Kecamatan Ambulu, Sabtu (7/8) malam. Ketika itu, tiga pemuda, masing-masing bernama Dani, Yogik dan Yudha, berboncengan satu motor hendak mencari makan di Dusun Karangtemplek. Mereka merupakan pesilat dari perguruan IKSPI Kera Sakti dan merupakan warga Dusun Mandiku, Desa Sidodadi, Kecamatan Tempurejo.
Tanpa sengaja, tiga pesilat Kera Sakti itu berpapasan dengan tiga pelaku yang malam itu mengenakan seragam perguruan silat PSHT. Salah seorangnya, MNH, kebetulan kenal dengan pesilat Kera Sakti yang bernama Dani.
"Lalu pelaku menyapa Dani dengan sapaan 'Woi Dan' dengan nada agak tinggi. Karena kenal, sapaan itu dibalas pula oleh korban dengan sapaan 'Woi Nur' yang ditujukan kepada salah satu pelaku," tutur Sudariyanto.
Rupanya, saling sapa itu, menyinggung tiga pesilat PSHT. Mereka lalu mencegat kepulangan korban dari warung. Begitu bertemu, tiga pesilat PSHT itu menantang pesilat Kera Sakti untuk berkelahi. "Korban Dani menjadi sasaran utama dengan dicekik. Sedangkan dua korban lainnya, berhasil melarikan diri," papar Sudariyanto.
Setelah puas melakukan penganiayaan, ketiga pelaku meninggalkan korban. Beberapa jam kemudian, pada Minggu (8/8) siang, ketiga korban melaporkan peristiwa yang mereka alami ke Polsek Ambulu.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua IKSPI Kera Sakti Ranting Tempurejo Wasito Hadi Susanto mengecam peristiwa itu. Terlebih, penganiayaan yang dilakukan anggota PSHT kepada pesilat lain, sudah sering kali terjadi.
"Tidak saja kepada kami dari IKSPI Kera Sakti, tetapi sebelumnya sudah sering kali pesilat PSHT melakukan kekerasan terhadap pesilat dari perguruan Pagar Nusa Nahdlatul Ulama (Pagar Nusa NU). Kami melihat ini faktornya karena mereka merasa sebagai perguruan paling besar, dan tidak mau disaingi," ujar Wasito.
Berdasarkan pengakuan anggotanya, para pelaku diduga dalam pengaruh alkohol. "Saat itu sepertinya habis mabuk," ujar Wasito.
Senada seperti yang disampaikan kepada polisi, IKSPI Kera Sakti mendorong kasus ini untuk diproses secara hukum dan menutup pintu perdamaian. "Kami ingin pelakunya diadili sesuai ketentuan," tegas Wasito.
Dia menilai, insiden ini menodai kesepakatan deklarasi damai dari seluruh perguruan silat yang ada di Jember. Sebelumnya, pada 9 Juni 2021, Bupati Jember Hendy Siswanto menginisiasi deklarasi damai yang melibatkan 30 perguruan silat. Deklarasi damai itu sebagai respons atas 2 insiden penganiayaan yang dilakukan pesilat PSHT terhadap pesilat Pagar Nusa NU. Dua kasus itu bahkan sampai membuat Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Jember bersikap dengan mengeluarkan ultimatum, mendesak Polres Jember untuk tegas menangkap para pelaku.
"Kasus yang menimpa anggota kami, jelas merupakan pelanggaran atas kesepakatan damai yang sudah di buat di hadapan Bupati Jember kemarin," tegas Wasito.
Sementara itu, Ketua PSHT Jember Jono Wasinuddin yang dihubungi merdeka.com sejak Senin hingga Selasa (10/08) malam, enggan berkomentar. Ia hanya sekali menjawab salam dari wartawan Merdeka.com melalui pesan Whatsapp.
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Salah satu peserta konvoi memprovokasi dengan mengatakan ada dari anggota mereka ditangkap polisi.
Baca SelengkapnyaMeski sudah puluhan orang, belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka, semua masih diperiksa.
Baca SelengkapnyaPenetapan dua tersangka ini berdasarkan hasil keterangan saksi dan barang bukti yang menunjukkan keterlibatan mereka dalam pengeroyokan tersebut.
Baca SelengkapnyaPSHT menyinggung izin resmi yang telah disahkan oleh pemerintah
Baca SelengkapnyaTawuran tersebut melibatkan dua kelompok, yakni Geng Biang Rusuh (Birus) dan Geng Anak Lapak Klender.
Baca SelengkapnyaPolisi menjelaskan tersangka FA merupakan taruna yang berperan memanggil korban turun dari lantai tiga ke lantai dua.
Baca SelengkapnyaKetiganya tertangkap setelah dua kelompok remaja menggelar aksi saling serang di wilayah Balaraja, Kabupaten Tangerang.
Baca SelengkapnyaKedua anggota TNI bernama Praka JG dan Pratu VS itu ditangkap pada Senin (27/11) malam oleh tim intel Kodam IX/Udayana
Baca SelengkapnyaPutu mulanya dianiaya oleh Tegar hanya adanya perbedaan persepsi dalam lingkungan STIP.
Baca SelengkapnyaPara pelaku ini menamakan kelompoknya dengan nama Bathrix Putra.
Baca SelengkapnyaPolisi menjelaskan motif di balik peristiwa berdarah yang mengakibatkan tewasnya satu orang warga Sampang.
Baca SelengkapnyaDua kelompk awalnya saling menantang di media sosial.
Baca Selengkapnya