Ditipu perusahaan, ratusan buruh asal Subang terlantar di Banten
Merdeka.com - 122 Buruh PT Preecast Conterete Indonesia (PCI) terlantar di Banten akibat relokasi yang dilakukan PT PCI pada sebuah perusahaan di daerah Bojonegara Kabupaten Serang Banten, tidak jelas. Kini ratusan buruh mengungsi di Masjid Raya Albantani, Kp3B, Curug, Kota Serang.
Berdasarkan informasi, ratusan buruh tersebut di kirim ke Banten karena kesepakatan PT PCI untuk merelokasi para buruh ke perusahaan yang ada di Bojonegera, karena PT PCI mengalami kebangkrutan. Namun setelah sesampainya di Bojonegara, perusahaan tiang pancang yang ditujukan itu ternyata belum aktif berproduksi, karena masih dalam proses pembangunan.
Mirisnya, para buruh yang dikirim dari Subang sejak tanggal 9 September lalu ditampung di sejumlah rumah yang disewa pihak perusahaan dengan kondisi yang sangat tidak layak. Rumah berukuran kecil digunakan untuk menampung ratusan buruh. Tidak hanya itu, buruh ditampung dalam rumah tanpa ada fasilitas air bersih selama berhari-hari.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Bagaimana kondisi rumah di permukiman terbengkalai? Rata-rata, rumah di permukiman padat tersebut masih berbentuk utuh, dan tak jauh dari pinggir jalan.Semakin dalam masuk ke dalam gang, beberapa rumah yang awalnya masih layak ditinggali, perlahan-lahan berganti menjadi rumah yang tampak rusak karena tidak terurus lama.
-
Apa yang ada di rumah terpencil itu? Perkampungan itu hanya terdapat dua rumah. Para pemilik rumah di sana masih satu keluarga. Mereka tergabung dalam keluarga Bapak Wiyono.
-
Di mana rumah kumuh itu berada? Sebuah rumah tua yang terletak di jantung kota Bangkok, Thailand, telah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara.
-
Apa yang ditawarkan rumah kumuh itu? Meskipun penampilannya kumuh dan fasilitas yang ditawarkan sangat terbatas, rumah ini berhasil menarik perhatian banyak turis melalui platform Airbnb.
-
Siapa yang menghuni pemukiman? Analisis genetik pada tulang manusia yang digali menunjukkan hubungan erat antara penduduk pemukiman ini dengan kelompok lain di China selatan dan Asia Tenggara.
"Perusahaan yang di Subang sudah dijual, atas hasil kesepakatan kita direlokasi ke PT PCI yang ada di sini. Sampai sini perusahaan yang dituju belum produksi, jangankan produksi kantornya aja belum dibangun masih tiang-tiang doang. Kita ditampung di rumah kecil kamar tiga, diisi orang banyak. Air bersih ga ada, ada air hanya tengah malam," ujar Deden Maulana, salah satu buruh, Selasa (15/9).
Deden mengungkapkan, para buruh yang merasa tidak ada kepastian tentang nasib mereka berusaha pulang ke tempat asalnya di Subang Jawa Barat, dengan mengadu ke Polda Banten. Para buruh berjalan kaki dari Bojonegara menuju pintu tol Cilegon Timur yang berjarak sekitar 5 km. Dari situ para buruh menggunakan angkutan umum menuju Polda Banten, dan sampai di Polda Banten sekitar pukul 01.00 dini hari.
"Kami datang ke Polda Banten, berharap Polda dapat melakukan koordinasi dengan Polres Subang untuk memulangkan kami. Sekarang kita ditampung di sini (masjid Raya Albantani) karena di Polda tidak ada tempat yang layak untuk menampung kami makanya kami ditempatkan di sini agar lebih nyaman. Dan kami hingga kini belum mempunyai kepastian kapan untuk pulang ke Subang," ujarnya.
Deden mengaku dirinya bersama ratusan buruh lainnya sudah tidak lagi mempunyai uang untuk biaya hidup di Banten. Karena mereka belum menerima gaji sejak bulan Agustus lalu dari pihak perusahaan.
"Tadi di Polsek Bojonegara sudah makan nasi, itu juga sudah alhamdulillah. Kita dah ga pegang apa-apa, karena kita belum terima gaji sejak bulan Agustus lalu," katanya.
Sementara Nur Hamim Ketua Korwil SBSI Banten yang mendampingi para buruh mengatakan jelas para buruh ini diperlakukan dengan cara sangat tidak manusiawi oleh perusahaannya, dengan kondisi penampungan yang sangat tidak layak untuk kesehatan. Dirinya juga menganggap PT PCI sudah berbohong kepada kesepakatan yang dilakukan oleh para buruh sebelumnya.
"Walau pun ada perusahaan, walau faktanya perusahaan itu tidak ada. Penampungan para buruh ini sudah tidak layak, untuk faktor kesehatan. Dengan secara tidak langsung mereka sudah menelantarkan pekerja mereka. Ini sudah kejahatan kemanusiaan, semua jauh dari kesepakatan sebelumnya," ujarnya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mereka tak menyangka akan ditipu tetangganya sendiri
Baca SelengkapnyaBangunan sekolah hingga deretan rumah-rumah warga kini terpaksa kosong hingga mulai termakan usia.
Baca SelengkapnyaSebetulnya ada wacana warganya akan di relokasi ke sebuah rusun yang nantinya bakal disiapkan oleh Pemprov.
Baca SelengkapnyaSehari-hari, mereka bekerja sebagai buruh tani. Penghasilan harian kecil kadang tak dapat sama sekali
Baca SelengkapnyaBanyak rumah di kompleks tersebut sangat tidak terurus. Tak sedikit bangunan yang hancur karena tidak berpenghuni.
Baca SelengkapnyaTerjangan banjir bandang telah meluluhlantakkan rumah-rumah warga di Ganting, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Baca SelengkapnyaDari penelusuran yang dilakukan, permukiman ini ditinggalkan penduduknya karena terlalu sering terkena banjir besar.
Baca SelengkapnyaPerumahan tersebut sangat tidak terurus. Mayoritas bangunan rumah-rumah itu hancur karena tidak berpenghuni.
Baca SelengkapnyaKampung Bulak Barat sempat direndam banjir hingga menutupi rumah-rumah warga
Baca SelengkapnyaSebanyak 400 hangus terbakar dan 1.000 orang dilaporkan mengungsi imbas kebakaran di Penjaringan.
Baca SelengkapnyaRatusan warga yang terdampak kebakaran diamankan ke posko pengungsian di halaman RSUD Kebayoran Lama.
Baca SelengkapnyaSeorang ibu-ibu warga di sana menyebutkan bahwa kampung ini sudah ada sejak zaman peperangan.
Baca Selengkapnya