Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ditolak di sana-sini, eks pengikut Gafatar ungkapkan isi hati

Ditolak di sana-sini, eks pengikut Gafatar ungkapkan isi hati massa bakar kampung eks Gafatar. ©2016 merdeka.com/istimewa

Merdeka.com - Organisasi masyarakat Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) masih menjadi sorotan lantaran diduga mengajarkan ide menyimpang. Namun, lantaran banyak orang menolak kehadiran mereka, beberapa di antaranya mulai buka suara.

Tera, seorang bekas anggota Gafatar asal Cilacap yang kini mengungsi ke penampungan Bekang Kodam XII Tanjungpura, menyatakan alasannya hijrah ke Mempawah, Kalimantan Barat, buat bercocok tanam.

"Kami datang ke sini hanya mau bercocok tanam saja," kata Tera (31), di penampungan berlokasi di Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, kemarin.

Tera mengatakan, dia dan beberapa temannya baru sebulan berada di Desa Pasir, Kecamatan Mempawah Hilir, Mempawah, buat mengembangkan pertanian apa saja di daerah itu.

"Istri dan anak saya belum ikut, rencananya setelah siap, baru mereka saya bawa, tetapi keburu terjadi permasalahan sehingga kami dievakuasi," ujar Tera.

Tera menambahkan, alasan dia bergabung dengan Gafatar karena ingin mengembangkan pertanian.

"Karena sesuai dengan motto Presiden pertama RI, Soekarno, suatu negara kalau mau kuat dan maju, maka sektor pangan atau pertaniannya harus bagus, sehingga tidak tergantung pada negara lainnya," ujar sarjana pendidikan alumni Universitas Negeri Yogyakarta itu.

Menurut Tera, alasan mendasar dia dan teman-teman lainnya tetap ikut kelompok eks Gafatar buat mengembangkan program kedaulatan pangan di Indonesia.

"Karena generasi sekarang umumnya tidak mau bertani, tetapi giliran kami mau bercocok tanam kok dipermasalahkan," sambung Tera.

Selain itu, Tera merasa dengan berkumpul bersama eks anggota Gafatar, maka akan memudahkan pemerintah dan instansi terkait memantau kegiatan mereka.

Sementara itu, Wasito (41), mantan pengikut Gafatar asal Cilacap, mengaku masih trauma dengan kejadian pembakaran kampungnya, Selasa (19/1). Sebab sewaktu mereka akan dievakuasi, saat itu juga barak mereka dibakar massa dan dalam kondisi hujan lebat.

"Selama ini kami bisa hidup rukun dengan warga setempat. Sehingga kami bingung tiba-tiba ada masalah, dan tiba-tiba sudah diberikan batas waktu harus meninggalkan Desa Pasir yang ditempati selama tiga bulan," kata Wasito. (mdk/ary)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP