Ditolak masuk RS gara-gara kurang uang, bayi 6 bulan tewas
Merdeka.com - Nasib malang menimpa FAO. Nyawa bayi berusia enam bulan tersebut melayang sia-sia lantaran tak diizinkan masuk ke Ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Medika Lestari, Jalan HOS Cokroaminoton Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Karang Tengah, Tangerang, Banten.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto menuturkan peristiwa penolakan tersebut terjadi pada Rabu (30/4).
Saat itu, ayah korban Subur Siyamto melarikan FAO ke RS Medika Lestrari karena panas tinggi.
-
Kenapa bayi nya meninggal? Salah satu penyebab bayi laki-laki itu meninggal dunia karena lokasi melahirkan tidak memadai.
-
Mengapa bayi meninggal? Kelainan genetik yang dialami anak ini membuat jantung tidak dapat menerima atau memompa cukup darah setiap kali berdetak dan mengakibatkan kematian dini anak laki-laki tersebut karena gagal jantung, ungkap para peneliti seperti dikutip dari laman Live Science.
-
Apa yang membuat bayi meninggal? Jumaa dan Ali lahir prematur pada usia delapan bulan, namun dalam kondisi stabil pada saat itu. 5 bayi meninggal dalam 2 pekan akibat hipotermia
-
Bagaimana bayi perempuan itu meninggal? Bayi perempuan yang diberi nama 'Neve,' diambil dari nama sungai di daerah tersebut, diketahui meninggal dunia ketika usianya hanya sekitar 40 hingga 50 hari.
-
Bagaimana cara anak itu meninggal? Antropologi fisik di lokasi menyatakan bocah itu berusia 10 tahun saat meninggal dengan gigi terkikis dan tanda-tanda infeksi didalam mulutnya.
-
Kenapa orang tua korban tidak mau restorative justice? 'Saya tidak mau, karena saya lihat videonya itu sangat sadis cara mereka pukuli anak saya. Jadi saya mau proses hukum,' tegasnya.
"Kemudian, sekitar pukul 12.00 WIB, ayah korban dikabarkan dokter yang menangani FAO kalau anaknya harus dipindahkan ke ruang ICU," jelas Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, Jumat (2/5).
Mendapat kabar tersebut, lanjut Rikwanto, ayah korban langsung mengurus biaya administrasi pendaftarannya. Dia dikenakan biaya sebesar Rp 5 juta.
"Namun dia ditolak (oleh pihak rumah sakit) karena dirinya hanya memiliki uang muka Rp 2,5 juta. Ayah korban juga sempat meminta keringanan dan berjanji akan membayar sisanya dalam tempo satu hari. Namun dia tetap ditolak," ungkap Rikwanto.
Lantaran belum bisa melunasi biaya administrasi, ayah korban mendapatkan kabar bahwa anaknya telah meninggal dunia.
"Hingga pukul 19.45 WIB karena belum juga mendapatkan penanganan, ayah korban dikabarkan anaknya telah meninggal dunia," ujarnya.
Atas kejadian itu, Subur pun mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Metro Tangerang. Berdasarkan LP/B/314/IV/2014/PMJ/Restro Tangerang Kota, pihak kepolisian pun akan memproses kasus ini.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bayi tersebut diantar berobat ke IGD RS Sumber Waras oleh orang tuanya. BPJS yang dipakai untuk menangani anaknya ternyata ditolak.
Baca SelengkapnyaBayi tersebut kemudian dinyatakan meninggal dunia oleh pihak rumah sakit.
Baca SelengkapnyaNamun setelah sang bayi lahir, MR maupun istrinya, tidak diperkenankan melihat bayinya oleh pihak rumah sakit.
Baca SelengkapnyaKejadian bermula saat istri MR sedang hamil tua mengalami konstraksi pada 14 September 2024. MR membawa istri ke sebuah klinik di kawasan Cilincing, Jakarta
Baca SelengkapnyaKasus bayi alami kritis karena diduga jadi korban kelalaian perawat.
Baca SelengkapnyaPihak keluarga memutuskan untuk tidak melakukan otopsi terhadap jasad korban.
Baca SelengkapnyaKasus kecelakaan tersebut masih diselidiki Polsek Cakung.
Baca SelengkapnyaPasien Kritis Meninggal Akibat Ditolak RS di Malang, Begini Penjelasan Rumah Sakit
Baca SelengkapnyaRSAB Harapan Kita berjanji menangani bayi berinisial LAH secara optimal.
Baca SelengkapnyaViral di media sosial seorang pria berinisial MR (27) menduga bayinya tertukar di sebuah rumah sakit (RS) kawasan Cempaka Putih.
Baca SelengkapnyaKorban diduga memegang bagian bawah etalase konter pulsa kemudian terjatuh dan tak sadarkan diri.
Baca SelengkapnyaRSAB Harapan Kita juga berjanji akan memberikan perkembangan penanganan anak dari Chintia Suciati (29) tersebut secara terbuka kepada masyarakat.
Baca Selengkapnya