Djoko Dwiyanto, abdikan hidup membaca dan terjemahkan prasasti
Merdeka.com - Di usianya yang sudah berkepala enam, Djoko Dwiyanto masih semangat menggeluti dunia arkeologi, khususnya membaca dan menerjemahkan prasasti berbahasa Jawa kuno. Selama 33 tahun menjadi Epigraf, sudah puluhan prasasti dia baca dan diartikan olehnya.
Ketertarikannya terhadap prasasti dimulai saat dia masih duduk di bangku kuliah pada 1979. Saat itu, dia mengadakan penelitian arkeologi dan selalu berhadapan dengan penemuan yang tidak hanya benda, tapi juga tulisan kuno. Karena tidak ada yang paham tentang bahasa Jawa kuno, banyak prasasti di Indonesia yang justru diterjemahkan orang asing.
"Dulu kalau penelitian kita tidak hanya menemukan benda tapi juga tulisan. Dan kita itu tergantung dengan orang asing untuk membaca dan menerjemahkannya tulisan kuno. Jadi saya pikir, saya harus bisa, biar enggak tergantung orang lain," kata pria yang pernah menjadi kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta kepada wartawan, Rabu (5/8).
-
Siapa penerjemah teks kuno? Remaja 16 tahun bernama Michael Hoffen menerjemahkan sebuah buku berusia 4.000 tahun dari Mesir, dengan tokoh utamanya yang juga seorang remaja.
-
Siapa yang menerjemahkan teks tersebut? Mahasiswa yang terdiri dari tiga orang ini menjadi pemenang kontes yang disebut Tantangan Vesuvius.
-
Kenapa Duta memilih tinggal di Yogyakarta? Saat itu, nama Duta sebagai vokalis dari band Sheila On 7 sudah sangat terkenal. Meskipun sudah terkenal,, Duta masih memilih untuk tinggal di Yogyakarta daripada di Jakarta.
-
Kenapa Djatikusumo pulang ke Indonesia? Wafatnya sang ayah pada 20 Februari 1939, serta meletusnya Perang Dunia II, membuat Djatikusumo pulang ke Indonesia.
-
Kenapa aksara paku sulit diterjemahkan? Ditambah dengan kenyataan bahwa aksara kuno telah rusak oleh waktu dan penanganan, kualitasnya dapat membuat sulit untuk memindainya ke dalam komputer untuk digunakan oleh sejarawan dan arkeolog dalam penelitian mereka.
-
Kenapa prasasti itu dibuat? Jimat Ajaib 'Sejauh yang kami pahami dari prasasti di dalamnya, ini adalah lempengan jimat ajaib yang dibuat untuk melindungi bangunan atau makam itu dari segala jenis kejahatan dan musuh.
Tingkat kesulitan membaca aksara Jawa kuno dalam prasasti pun membuatnya semakin tertantang. Berbekal bimbingan dari gurunya, Prof. Buchari, Djoko mulai merintis karir sebagai Epigraf pada 1982.
"Tidak banyak Epigraf. Di Yogya saja setahu saya hanya ada tiga orang, Pak Ribut, Pak Cahyono, dan saya," tambah Djoko.
Sepanjang pengalamannya menerjemahkan prasasti, Djoko mengaku paling sulit mengartikan prasasti Rukam di Temanggung yang terbuat dari lempengan tembaga. Dalam prasasti itu, tulisan Jawa kuno ditulis bolak-balik dalam satu lempeng.
"Itu ditulis bolak-balik dalam satu lempeng. Kayak nulis di buku, di sisi sebaliknya membekas jadi sulit dibaca," ucap pria kelahiran 7 Maret 1953 itu.
Prasasti baru ditemukan di Candi Kedulan yang kini tengah dipelajari Djoko juga menjadi salah satu prasasti sulit diterjemahkan.
"Kalau dalam waktu dekat ini ya yang paling sulit ini (prasasti Kedulan). Hurufnya kecil, berdempet-dempet dan patah juga," tambah Djoko.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ia rela meninggalkan jabatan seorang redaktur dan pulang ke kampung halaman untuk menjadi seorang novelis.
Baca SelengkapnyaHal itu dikatakan Ganjar saat menyambangi Museum Roemah Voorzitter Van Het BPUPKI-Dr KRT Radjiman Widiyodiningrat, Widodaren, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaSalah satu alasannya terus menerus belajar ialah untuk menelaah kitab karangan Syekh Abdul Qadir Jailani
Baca SelengkapnyaNamanya semakin terkenal ketika ia membuat novel berjudul Asmara Jaya dan Darah Muda.
Baca SelengkapnyaMeskipun berasal dari latar belakang keluarga berekonomi sederhana, Raffi berhasil mewujudkan salah satu mimpinya bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia.
Baca SelengkapnyaRaja Dharmawangsa cari tahu langsung kenapa rakyat yang dipimpinnya masih bodoh dan berbuat jahat. Ia lalu mendidiknya sendiri.
Baca Selengkapnya