Doa orang tua di balik raihan mendali emas Owi

Merdeka.com - Euforia kini sedang dirasakan warga Banyumas, khususnya warga Desa Selandaka Kecamatan Sumpiuh, lantaran atlet terbaiknya berhasil mengharumkan nama Indonesia di ajang Olimpiade Rio de Janeiro 2016 d Brazil. Adalah Tontowi Ahmad yang berpasangan dengan Liliyana Natsir yang berhasil mengembalikan tradisi emas dalam cabang bulutangkis di ajang olimpiade di saat ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-71, Rabu (17/8) malam.
Pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berhasil mengandaskan perlawanan ganda campuran asal Malaysia, Peng Soon Chan/Liu Ying Goh, dalam waktu sekitar 45 menit. Sebelum kemenangan dipastikan, puluhan pasang mata warga Desa Selandaka tempat kelahiran Tontowi Ahmad berkumpul di balai desa setempat. Mereka menggelar nonton bareng pertandingan final perebutan emas tersebut.
"Kalau saya nonton di rumah bersama istri anak dan cucu saya," ujar ayah Tontowi Ahmad, Muhammad Husni saat dihubungi beberapa waktu lalu.
Pertandingan yang cukup menegangkan disaksikan melalui layar televisi oleh Muhammad Husni. Meski begitu, Husni mengaku merasa tegang sepanjang pertandingan yang dimulai sekitar pukul 23.00.
"Ini saya paksakan nonton pertandingannya mas. Sebenarnya, sejak semifinal saya sudah paksakan. Karena, kalau pertandingan-pertandingan sebelumnya saya memilih untuk berdiam diri di kamar untuk berdoa, tidak melihat," ujarnya.
Perasaan tersebut, menurut Husni, terjadi karena rasa gregetnya saat anak bungsunya sedang berlaga di lapangan badminton. Kondisi tersebut berbeda dengan sang istri, Masruroh yang selalu menyaksikan terus.
"Kalau nonton itu saya seperti gregetan, nggak tegel. Karena sewaktu kecil, saya sendiri yang melatih Owi (sapaan karib Tontowi Ahmad)," ucapnya.
Pernah suatu ketika, ia bercerita pertandingan anaknya disiarkan langsung di salah satu stasiun televisi swasta. Kala itu, puluhan warga sudah berkumpul di depan rumah untuk menyaksikan bersama-sama putra kebanggaan Kecamatan Sumpiuh berlaga.
"Saat itu, saya memilih untuk pergi ke masjid yang tak jauh dari rumah. Saya berdoa saja di sana supaya anak saya menang," ucapnya.
Pun ketika Husni menyaksikan langsung pertandingan anaknya di Gelora Bung Karno. Bersama anak dan istrinya, Husni menyaksikan pertandingan final laga putranya dalam seri kejuaran dunia badminton.
"Saya memilih menunduk, tidak melihat pertandingannya. Kalau dapat poin saya melihat
ke arah lapangan, kalau mulai saya menunduk lagi sambil baca surat yasin," ucapnya.
Terlepas dari hal itu, Masruroh menambahkan, kerap melakukan ritual saat putra mereka akan berlaga. Biasanya, lanjut Masruroh, mereka mendoakan sang anak dengan beribadah.
"Biasanya doanya kami tambah, bahkan sampai salat hajat jika lawannya berat," ucapnya.
Ritual tersebut, menurut Husni, pasti selalu dilakukan. Menurut Husni yang pernah dikenal sebagai atlet bulutangkis di pondok pesantren Gontor, doa dan latihan adalah kunci kesuksesan.
"Olahraga saya pandang hanya sekilas saja, sebagai jalan untuk beribadah," tuturnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya