Dokter Reisa Ingatkan Masyarakat Jangan Sembarangan Konsumsi Dexamethasone
Merdeka.com - Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro meminta masyarakat untuk tak sembarangan menggunakan obat dexamethasone. Reisa mengatakan, pasca-Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO merekomendasikan penggunaan obat dexamethasone untuk penanganan Covid-19, obat ini banyak dicari.
Menurut Reisa, penggunaan obat tersebut harus berhati-hati dan harus sesuai resep dengan dokter. "WHO mengeluarkan rilis yang merekomendasikan penggunaan obat dexamethasone. Namun mohon berhati-hati karena dosis dan lama penggunaannya diberikan berdasar usia dan reaksi terhadap obat tersebut," ujar Reisa di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (19/6).
Reisa menyebut, penggunaan obat ini memiliki efek samping yang berkepanjangan. Obat ini juga sejatinya digunakan untuk mengurangi peradangan. Maka dalam penggunaan obat ini harus sesuai resep dokter agar tidak memberikan efek samping.
-
Bagaimana penyalahgunaan obat bisa membahayakan? Penyalahgunaan obat dapat berdampak serius pada kesehatan dan kehidupan seseorang.
-
Siapa yang harus dihubungi jika ada efek samping obat? Jika merasa tidak nyaman atau mengalami efek samping setelah mengonsumsi obat, segera konsultasikan dengan dokter untuk penyesuaian atau perubahan obat.
-
Bagaimana menghindari efek samping obat asam urat? Untuk mengurangi risiko efek samping, gunakan obat sesuai dosis yang dianjurkan, konsumsi makanan sehat, hindari alkohol, dan rutin periksa kesehatan ke dokter agar dosis dan jenis obat dapat disesuaikan dengan perkembangan kondisi.
-
Mengapa obat ini dikembangkan? Kehilangan gigi sering kali menjadi masalah bagi orang-orang yang mengidap kondisi ini, mulai dari masalah penampilan hingga masalah fungsional, seperti berkurangnya kemampuan menggigit.
-
Mengapa alergi obat terjadi? Alergi obat terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara tidak wajar merespons obat yang dikonsumsi.
-
Kenapa obat keras harus pakai resep dokter? Obat-obatan yang memiliki label lingkaran merah dengan huruf K di tengahnya termasuk dalam kategori obat keras. Umumnya, obat ini juga dilengkapi dengan label 'Keras'. Untuk mendapatkan obat ini, diperlukan resep dari dokter, karena obat keras dapat menimbulkan efek samping yang serius. Penggunaan tanpa pengawasan medis dapat berisiko menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh tertentu.
"Obat ini direkomendasikan untuk (pasien) Covid-19 yang (memiliki gejala) berat. Obat ini dianjurkan untuk penurunan kasus kematian 20 hingga 30 persen, obat ini bukan untuk terapi penyakit ringan atau OTG (orang tanpa gejala)," kata dia.
Dia mengatakan, dexamethasone juga bukan obat untuk menangkal tertular Covid-19. Bukan juga dijadikan sebagai vaksin. Dia mengatakan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan memantau peredaran obat ini.
"Obat ini tidak punya khasiat pencegahan, ini bukan vaksin, ini merupakan kombinasi obat-obatan.
BPOM Akan Pantau
BPOM akan memantau peredaran dexamethasone, maka meski kita telah mendengar berita baik kemajuan dunia kesehatan, WHO belum menentukan obat atau regimen pengobatan tetap bagi perawatan pasien," kata dia.
"WHO dan Kemenkes tetap berpesan ikuti anjuran dokter, hindari penggunaan antibiotik karena bisa sebabkan resistensi," dia menambahkan.
Reporter: Fachrur Rozie
Sumber: Liputan6.com
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dexamethasone adalah salah satu jenis obat resep yang tersedia dalam bentuk tablet oral, larutan oral, tetes mata, dan tetes telinga.
Baca SelengkapnyaDexamethasone adalah obat yang membantu mengurangi peradangan.
Baca SelengkapnyaObat-obatan tersebut dikonsumsi cukup lama dan dilakukan secara terus menerus.
Baca SelengkapnyaSejumlah jenis obat memiliki efek samping yang bisa membuat tekanan darah jadi tinggi.
Baca SelengkapnyaBeberapa obat kerap disalahgunakan dan dikonsumsi bukan untuk tujuan pengobatan.
Baca Selengkapnya