Dokter Ungkap Pasien Covid-19 Cenderung Alami Peradangan Serius pada Paru
Merdeka.com - Praktisi kesehatan, Andi Khomeini Takdir mengungkap pasien Covid-19 kini cenderung mengalami pneumonia bilateral. Pneumonia bilateral adalah peradangan serius pada kedua paru.
"Pas di foto rontgen, biasanya kita sebut pneumonia bilateral, radang paru pada kedua sisi paru," katanya dalam diskusi virtual, Selasa (29/6).
Dokter yang bertugas di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet ini menyebut kondisi pneumonia bilateral baru terjadi pada tahun 2021. Pada tahun 2020, pneumonia hanya menyerang satu paru pasien Covid-19.
-
Apa itu pneumonia? Pneumonia adalah infeksi atau radang yang terjadi pada jaringan paru-paru.
-
Apa itu Bronkopneumonia? Bronkopneumonia, atau dikenal sebagai pneumonia lobularis, merupakan jenis pneumonia yang disebabkan oleh infeksi dan peradangan pada saluran napas utama, yaitu bronkus. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur.
-
Apa itu bronkopneumonia? Apabila seorang anak dicurigai mengalami pneumonia, dokter akan merekomendasikan pemeriksaan untuk memastikan diagnosis, salah satunya adalah dengan melakukan rontgen thoraks. Dari hasil rontgen thoraks, pneumonia yang paling umum terjadi biasanya terletak di area bronkus, yaitu percabangan dalam saluran pernapasan, sehingga disebut sebagai bronkopneumonia. 'Pada anak-anak paling sering itu yang mengenai bronkus, maka kondisi itu disebut dengan bronkopneumonia,' tambahnya. 'Jadi istilah bronkopneumonia itu hanya menunjukan lokasi peradangan paru,' jelas Wahyuni saat menjawab pertanyaan dari Liputan6.com.
-
Apa saja gejala yang dialami pasien pertama Covid-19? Setelah kembali ke Depok, NT mulai merasakan gejala seperti batuk, sesak, dan demam selama 10 hari. Ia berobat ke RS Mitra Depok dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
-
Siapa yang bisa terkena pneumonia? Beberapa bakteri yang sering menyebabkan pneumonia adalah pneumokokus dan streptokokus, sedangkan virus seperti COVID-19 juga dapat menjadi penyebab pneumonia.
"Dulu tahun lalu biasanya yang kena pneumonia lebih sedikit areanya yang terdampak, tetapi tahun ini kalau saya lihat foto rontgen pasien-pasien saya itu lebih luas," ujar dia.
"Jadi mungkin karena disebabkan perbedaan varian atau nanti lah kita tahu jawabannya beberapa waktu ke depan," sambungnya.
Andi Khomeini mengajak seluruh masyarakat Indonesia disiplin menggunakan masker untuk mencegah terpapar Covid-19. Dia mengingatkan masker yang tepat untuk digunakan saat ini adalah dua lapis.
"Yang jelas, ini maskernya. Kuncinya di situ (masker dua lapis)," ucapnya.
Sebelumnya, Andi Khomeini menyebut, masker dua lapis bisa memberikan proteksi dari Covid-19 hingga 90 persen. Hal ini berdasarkan hasil studi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat ( CDC).
"PR-nya kita sudah tahu bahwa itu tadi masker dengan dua lapis punya angka proteksi 90 persen. Which is itu lebih bagus dibandingkan hanya satu yang kita tahu tahun lalu," ujarnya.
Kementerian Kesehatan mencatat, kasus varian baru Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 309. Data ini berdasarkan hasil pemeriksaan sekuens genom virus SARS-CoV-2 pada 22 Juni 2021.
Dari total 309 kasus varian baru Covid-19, 254 di antaranya merupakan varian Delta. Sementara sisanya, 49 kasus varian Alpha dan 6 kasus varian Beta.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menjelaskan 309 kasus varian baru Covid-19 tersebar di 14 provinsi. Namun, khusus varian Delta yang memiliki tingkat penularan sangat tinggi tersebar di sembilan provinsi.
Sembilan provinsi tersebut adalah DKI Jakarta dengan 96 kasus varian Delta, Jawa Tengah 80, Jawa Barat 48, Jawa Timur 18, Sumatera Selatan 3 dan Kalimantan Tengah 3. Kemudian Kalimantan Timur 3, Banten 2, Kalimantan Selatan 1.
Sementara 49 kasus varian Alfa ditemukan di 10 provinsi. Yakni, DKI Jakarta memiliki 33 kasus varian Alfa, Jawa Barat 6, Jawa Timur 2, Sumatera Utara 2 dan Jawa Tengah 1. Kemudian Sumatera Selatan 1, Bali 1, Kepulauan Riau 1, Riau 1 dan Kalimantan Selatan 1.
Adapun kasus varian Beta hanya tersebar di 3 provinsi yakni DKI Jakarta 4, Jawa Timur 1 dan Bali 1.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaPasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaKemenkes menelusuri kontak erat enam pasien terkonfirmasi pneumonia misterius.
Baca SelengkapnyaNamun, penemuan pneumonia merupakan kasus lama yang terjadi pada Oktober dan November
Baca SelengkapnyaGejala Mycoplasma pneumonia yang ditimbulkan sebenarnya terbilang ringan.
Baca SelengkapnyaHingga 19 Desember 2023, jumlah kasus Covid-19 JN.1 mencapai 41 kasus.
Baca SelengkapnyaKemenkes mengumumkan, terdapat enam kasus pneumonia misterius di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMycoplasma merupakan bakteri penyebab utama pneumonia misterius di China.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca Selengkapnyamengonfirmasi tren kasus mingguan Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaKemenkes mengatakan, kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mycoplasma pneumoniae.
Baca SelengkapnyaAdapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
Baca Selengkapnya