Dokter yang Meninggal usai Divaksinasi Covid-19 Ternyata Mengidap Penyakit Jantung
Merdeka.com - Kematian seorang dokter berinisial JF (49), yang diduga karena mengidap penyakit jantung, menjadi evaluasi dalam program vaksinasi Covid-19. Pasalnya, JF tewas selang 24 jam usai menerima vaksin Sinovac.
Juru bicara Penanganan Covid-19 Palembang Yudhi Setyawan mengungkapkan, sebelum divaksin, seseorang harus menjalani skrining dengan menjawab 13 pertanyaan yang menentukan boleh atau tidaknya vaksinasi.
Vaksinasi tidak dilakukan jika calon penerima vaksin mengidap penyakit jantung, hipertensi, ginjal, dan hati, serta beberapa penyakit lain seperti yang tercantum dalam pertanyaan nomor 5-11.
-
Kenapa orang meninggal karena penyakit jantung ? Menurut data yang disampaikan Prima, setiap tiga detik ada orang yang meninggal karena penyakit jantung koroner atau stroke di dunia. Di Indonesia, satu dari sepuluh kematian disebabkan oleh penyakit jantung koroner, dan pada tahun 2016, biaya pelayanan kesehatan untuk penyakit jantung mencapai Rp7,4 triliun, angka tertinggi dibandingkan penyakit lainnya.
-
Bagaimana ilmuwan ini meninggal? Meskipun penyebab pastinya tidak dapat dipastikan, dugaan kuat adalah bahwa kandung kemihnya pecah. Pengabaian untuk buang air kecil selama waktu yang lama diyakini telah menyebabkan tekanan tidak biasa pada kandung kemihnya yang kemudian mengakibatkan pecahnya organ tersebut.
-
Siapa yang mengumumkan penemuan vaksin kanker? Presiden Vladimir Putin mengungkapkan bahwa mereka kini selangkah lebih dekat untuk penemuan vaksin kanker.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Mengapa vaksinasi penting untuk JE? Terkait dengan program pemerintah, Mei sepakat dengan pentingnya pelaksanaan vaksinasi yang menyasar anak usia 9 bulan hingga 15 tahun.
-
Kenapa penyakit jantung koroner mematikan? Penyakit arteri koroner ini terjadi apabila arteri yang memompa darah ke jantung mengeras dan menyempit. Penyebab dari penyakit arteri koroner ini umumnya adalah penumpukan plak dan kolesterol di bagian arteri.
"Itu daftar pertanyaan saat skrining sebelum diberikan vaksin. Pertanyaan wajib dijawab dengan jujur karena menentukan vaksinasi atau tidak," ungkap Yudhi, Senin (25/1).
Terkait kasus JF, ada dua kemungkinan dia tetap diberikan vaksinasi meski memiliki riwayat penyakit jantung. Yakni yang bersangkutan tidak jujur dalam menjawab pertanyaan dan tidak merasakan atau menyadari memiliki penyakit jantung.
"Petugas kemungkinan sudah menanyakan ini karena disesuaikan dengan list yang ditetapkan Kemenkes," kata dia.
Menurut dia, tenaga kesehatan dan masyarakat umum harus memahami secara jelas isi dari 13 pertanyaan tersebut. Calon penerima vaksin tidak boleh memaksakan kehendak tetap divaksin jika tidak memenuhi persyaratan.
"Harusnya memang betul-betul paham riwayat penyakit kita," ujarnya.
Dari peristiwa ini, Yudhi menyebut masih banyak kajian dan penelitian lanjutan terkait program vaksinasi. Terlebih vaksinasi hanya dilakukan berdasarkan kejujuran dari calon penerima vaksin tanpa pemeriksaan rekam jantung atau lainnya terlebih dahulu.
"Betul (perlu dikaji). Sampai sekarang sesuai juknis dari Kemenkes hanya anamnesa atau ditanya," kata dia.
Dia menambahkan, hubungan imunisasi Covid-19 dan penyakit jantung belum diketahui. Hal ini hanya berdasarkan uji coba vaksin di Jawa Barat yang diketahui orang-orang yang dengan kelompok risiko tidak masuk dalam sampel penelitian sehingga efek atau akibatnya belum diketahui.
"Kaitan antara imunisasi Covid-19 dan penyakit jantung juga belum jelas, karena belum pernah dilakukan penelitian," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, warga Jalan Sultan Mansyur, Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang, geger dengan penemuan mayat di dalam mobil yang terparkir di salah satu minimarket, Jumat (22/1) malam. Korban diketahui seorang pria berstatus sebagai dokter berinisial JF (49).
Korban pertama kali ditemukan oleh pegawai minimarket yang curiga mobil jenis Toyota Rush tak kunjung pindah sejak pagi. Malam harinya dia mengecek isi mobil dan ternyata korban sudah tewas di dalamnya.
Polisi segera mendatangi TKP untuk mengevakuasi korban ke kamar mayat Rumah Sakit M Hasan Bhayangkara Palembang. Dokter forensik telah menyelesaikan proses visum dan menemukan penyebab kematiannya.
Dokter forensik RS M Hasan Bhayangkara Palembang Indra Nasution menjelaskan, korban tewas karena sakit. Diperkirakan korban mengembuskan napasnya sejak Jumat pagi atau belum 24 jam sebelum ditemukan lantaran otot tubuhnya belum kaku.
Dari hasil pemeriksaan ulang, tim forensik menemukan bintik pendarahan yang disebabkan kekurangan oksigen di daerah mata, wajah, tangan, dan dada. Temuan itu menyimpulkan dugaan penyebab kematiannya.
"Korban meninggal dunia karena sakit jantung," ungkap Indra, Sabtu (23/1).
Dia mengakui korban menjalani vaksinasi Sinovac sehari sebelum tewas. Dia menilai vaksinasi itu tidak berhubungan terhadap penyebab kematiannya.
"Vaksin kan disuntikkan, jika disuntik reaksinya lebih cepat dan juga matinya lebih cepat juga. Saya kira, tidak benar korban meninggal karena divaksin," kata dia.
Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Pol Supriadi mengungkapkan, saat ditemukan wajah korban membiru, pendarahan pada bola mata, tangan, dada, kaki, dan ada tanda kebiruan di bibir dan wajah. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuhnya.
"Hasil forensik, almarhum meninggal karena kekurangan oksigen akibat ada penyakit jantung," ungkap Supriadi, Senin (25/1).
Kesimpulan pemeriksaan itu juga berdasarkan temuan di TKP. Korban ditemukan dalam posisi terlungkup ke kiri dengan tangan memegang dada kiri dan ditemukan obat jantung jenis Nitrokaf Retard berisi 10 kapsul dan sudah terpakai sebanyak satu kapsul.
"Tiga bulan sebelum tewas, korban mengalami nyeri dada berat dan berobat dengan ahli penyakit jantung," ujarnya.
Supriadi menjelaskan, korban menerima suntik vaksin Sinovac di Puskesmas 1 Ulu Palembang, Kamis (21/1) pukul 10.06 WIB. Sementara korban ditemukan tewas di dalam mobil dan dilanjutkan dengan pemeriksaan pada Sabtu (23/1) pukul 01.07 WIB.
"Dari CCTV, mobil korban terparkir pada Jumat (22/1) pukul 08.05 WIB, dan korban meninggal dunia dugaannya rentang waktu pukul 13.00-15.00 WIB. Atau jarak vaksinasi dengan kematian sekitar 26 jam," kata dia.
Dari hasil koordinasi dengan Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), kata dia, didapat keterangan bahwa kejadian syok anafilatif pasca imunisasi dapat diabaikan sebagai sebab kematian karena waktu terjadinya syok anafilatif berkisar 1-2 jam setelah vaksin. Sementara korban tewas lebih dari 24 jam usai menjalani vaksinasi.
"Karena itu kami tegaskan bahwa kematian korban tidak ada kaitannya dengan vaksinasi corona," tegasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Petugas kesehatan langsung datang ke rumah Bayi MKA, dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaPasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaViral Bayi Meninggal Pascaimunisasi di Sukabumi, Ini Kronologinya Menurut Kemenkes
Baca SelengkapnyaSebelum meninggal dunia, dokter yang akrab disapa dokter Helmi itu mengoperasi 10 pasien. Setelah itu, dia mendadak mengalami sesak napas.
Baca SelengkapnyaEpidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaSelain menangani pasien, dokter Helmi aktif di media sosial seperti Instagram dan Tiktok. Di Instagram, dokter Helmi memiliki pengikut sebanyak 492 ribu.
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaArwin adalah Lektor Kepala di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Unhas, dengan spesialisasi di bidang rekayasa struktur.
Baca SelengkapnyaDirektur RSUD Sulbar, dokter Erna mengatakan, dokter Helmiyadi meninggal dunia di Puskesmas Sendana, Kabupaten Majene, saat hendak dirujuk ke Makassar, Sulawesi
Baca SelengkapnyaPolda Lampung tengah menyelediki tewasnya siswa SPN Adven Pratama
Baca SelengkapnyaSeorang pasien wanita, R (59), meninggal dunia diduga akibat malapraktik yang dilakukan Bidan ZN di Prabumulih, Sumatera Selatan.
Baca Selengkapnya