Dokumen 17 pekerja China di PLTU Kukar bermasalah, 100 orang lari
Merdeka.com - Tim gabungan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Kalimantan Timur, Polri dan TNI, menyidak para pekerja di proyek PLTU Handil 2x25 MW. Mereka menemukan sedikitnya ada 17 dokumen warga China yang bermasalah. Sementara, seratusan pekerja yang kabur ke hutan dan bukit saat sidak, belum terdata petugas.
"Tim kemarin meninggalkan lokasi PLTU, sebelum malam. Jadi, diketahui 8 IMTA (Izin Mempekerjakan Tenaga Asing) WN China sudah tidak berlaku lagi. Selain itu, 9 orang WN China di lokasi, dokumennya belum ditemukan. Itu pengakuan kesembilan orang itu ya," kata Kepala Disnakertrans Kalimantan Timur Fathul Halim, kepada merdeka.com, Kamis (22/12).
Menindaklanjuti temuan itu, Disnaker menjadwalkan memanggil perusahaan pembangun PLTU, meminta keterangan rinci soal jumlah tenaga kerja asing yang bekerja di proyek itu, Jumat (23/12) besok.
-
Siapa yang melakukan pemalakan? Dijelaskan bahwa oknum di PPDS Anestesi Undip ini meminta uang senilai Rp20-40 juta. Permintaan uang ini bahkan berlangsung sejak dokter Risma masuk PPDS Anestesi sekitar bulan Juli hingga November 2022 lalu. 'Dalam proses investigasi, kami menemukan adanya dugaan permintaan uang di luar biaya pendidikan resmi yang dilakukan oleh oknum-oknum dalam program tersebut kepada almarhumah Risma. Permintaan uang ini berkisar antara Rp20-Rp40 juta per bulan,' ungkap Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril pada Minggu (1/9).
-
Apa yang dilakukan polisi China? Sang polisi bahkan tak segan turun tangan mempromosikan dagangan sang penjual dengan pengeras suara. 'Enam mao per setengah kilogram,' katanya. Saat salah seorang calon pembeli melirik, sang polisi turut menggiring sosoknya ke lapak.'Silakan kalau mau lihat dulu,' ungkapnya.
-
Apa yang terjadi pada karyawan yang di PHK? Berdasarkan data dari pelacak independen Layoffs.fyi, hingga 30 Agustus 2024, sebanyak 422 perusahaan teknologi telah memberhentikan 136.782 karyawan.
-
Siapa saja yang ditangkap? Ratusan pelajar itu diamankan di empat lokasi di Jakarta Pusat pada Selasa (2/4) sore. 'Hari ini kita mengamankan remaja yang konvoi berdalih berbagi takjil yang selalu membuat kerusuhan dan keonaran di jalan raya, sehingga membahayakan pengguna jalan maupun warga sekitar karena sering menutup jalan sambil teriak-teriak menyalakan petasan,' kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro dalam keterangan tertulis.
-
Siapa WNA yang ditangkap Imigrasi? HBR belakangan ditangkap Imigrasi Tanjung Perak dan terancam dideportasi ke negaranya lantaran izin tinggalnya sudah tidak berlaku.
-
Kenapa pekerja Indonesia dipecat? Pihak perkebunan yang mempekerjakan mereka mengatakan mereka dipecat karena kurang cepat memetik buah-buah yang akan dipasok ke supermarket besar.
Ditanya keberadaan pekerja WN China yang kabur melarikan diri ke hutan dan bukit di sekitar proyek PLTU, petugas belum berhasil menemukannya. Seratusan pekerja itu lebih memilih bersembunyi dari pemeriksaan petugas.
"Yang kabur, apakah mereka kembali setelah tim pulang, kami tidak tahu. Kita bukan mencari mana saja orangnya, mana pekerjanya, tapi izin mempekerjakannya. Berarti kepada perusahaannya," ujar Fathul.
"Yang jelas kami mengantongi data bahwa ada 80 orang WN China bekerja di Kutai Kartanegara, tapi bukan spesifik apakah 80 orang itu kerja di PLTU. Makanya, kami menunggu manajemen perusahaan. Apakah jumlah TKA China 100 orang, atau 150 orang, itu yang akan diklarifikasi," tambahnya.
Informasi diperoleh merdeka.com, selain TKA China di proyek PLTU, WN China juga terlihat marak di proyek pabrik pengepakan semen juga berlokasi di Muara Jawa, Kutai Kartanegara.
"Soal kabar pabrik semen itu, saya belum pernah dengar kabar itu. Yang saya tahu, cuma PLTU," jawab dia.
"Selama ini pengawasan di kabupaten dan kota kan, sebelum beralih ke Pemprov Kaltim sejak Oktober 2016 lalu. Kalau di kabupaten dan kota, mungkin sebelumnya tahu. Karena TKA China ini ikut sub kontraktor. Kita tentu bisa menyoal subkon yang tidak mendatangkan TKA sesuai aturan," terangnya.
"Di lokasi PLTU itu mungkin benar sampai seratusan orang TKA China. Pengawasan kita belum menyeluruh. Kita akan masuk sidak lagi, bersama imigrasi sebagai tim terpadu," jelasnya lagi.
Masih menurut Fathul, dia sudah melaporkan fakta di lapangan itu ke Dirjen Pengawasan Kementerian Tenaga Kerja. Selain itu, usai laporan beres, Fathul juga akan melapor ke Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak.
"Lapor Gubernur, di pusat juga saya sudah lapor ke Dirjen. Ya itu tadi, kita sampai ke sana. Kaget juga ya, mereka sampai lari. Ngapain lari kalau legal. Silakan investasi, dan gunakan TKA, tapi sesuai prosedur. Jangan meresahkan masyarakat," demikian Fathul.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
WN China itu baru berada di Indonesia selama dalam hitungan bulan.
Baca SelengkapnyaBelasan calon PMI dan 24 WNA ini akan berangkat ke Malaysia lewat jalur laut.
Baca Selengkapnya20 korban meninggal dunia, terdiri dari 12 orang pekerja asal Indonesia dan delapan orang merupakan TKA.
Baca SelengkapnyaPosisi sebagai Satgas membuat mereka dengan mudah menerbitkan SHM tanpa melihat batas hutan lindung.
Baca SelengkapnyaLuhut memastikan porsi TKA itu nantinya akan berkurang seiring dengan banyak dilatihnya SDM lokal untuk industri hilirisasi.
Baca SelengkapnyaAli mengatakan, pencegahan ke luar negeri dilakukan selama enam bulan ke depan hingga Desember 2023.
Baca SelengkapnyaDugaan rasuah tersebut terjadi tentang waktu 2017-2023.
Baca SelengkapnyaPolres Rokan Hilir amankan 51 Pekerja Imigran Indonesia dari Malaysia.
Baca Selengkapnya30 penambang batubara ilegal terancam lima tahun penjara.
Baca SelengkapnyaPT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) perusahaan yang menaungi kawasan lingkar industri Morowali blak-blakan terkait ledakan tersebut.
Baca SelengkapnyaKetiganya ditangkap di perairan sebelah Selatan Pulau Landu, Kecamatan Rote Barat Daya, Minggu (26/5) kemarin.
Baca SelengkapnyaPelaku pencurian besi rel kereta api di Medan berhasil ditangkap oleh Tim Pengamanan Divre I Sumut
Baca Selengkapnya