Dosen di Kupang Nyambi Jadi Pemulung Sebagai Kampanye Cinta Lingkungan
Merdeka.com - Memungut sampah atau menjadi pemulung bagi sebagian masyarakat mungkin hanya dilakukan oleh mereka yang berpendidikan rendah, atau masyarakat miskin.
Namun tidak bagi Karolus Belmo. Dosen pada Sekolah Tinggi Ilmu Manejemen (STIM) Kupang ini malah memungut sampah, usai menjalankan profesinya.
Jabatan mentereng sebagai Wakil Direktur I Bidang Akademik STIM Kupang tidak membuatnya minder, bahkan berbangga saat menjadi pemulung sampah.
-
Dimana aksi membersihkan sampah dilakukan? Mereka membersihkan area sekitar 400 meter dari titik awal pembersihan.
-
Siapa yang terlibat dalam pengelolaan sampah? Kelompok Pengelola Sampah Mandiri merupakan kelompok swadaya masyarakat dalam mengelola sampah di tingkat padukuhan yang mulai digencarkan kembali oleh Pemkab Sleman.
-
Kenapa membuang sampah ke matahari mahal? 'Sama sekali tidak layak dari segi biaya. Anda memerlukan banyak dorongan dan banyak bahan bakar untuk meluncurkan sampah-sampah itu,' kata dia.
-
Apa yang dimaksud dengan sampah? Sampah bukan untuk dibuang sembarangan.
-
Kenapa warga Sarijadi mengolah sampah? Kegiatan ini dilakukan guna mengurangi penumpukan di tengah kondisi darurat sampah yang dialami Kota Bandung.
-
Gimana caranya agar sampah gak merusak lingkungan? Sampah bisa jadi berkah jika dikelola dengan baik.
Memungut dan menjual sampah bukan semata-mata untuk menambah pendapatan, tetapi lebih pada panggilan jiwa atas tanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan.
Bagi sarjana S1 jebolan Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero, NTT ini, menjadi pemulung justru karena kecintaannya pada lingkungan.
"Sampah memang peluang menghasilkan uang, tapi bukan sekedar tujuan itu yang saya kejar. Saya cinta kebersihan," ujarnya Sabtu (21/10).
Sejak awal tahun 2019 lalu, memungut sampah dan menjadi pemulung sudah dilakoninya. Setiap hari mulai pukul 05.00 Wita hingga pukul 06.30 Wita, ia menyusuri Jalan Adisucipto hingga kampus Undana, bahkan terkadang ia mencari sampah hingga ke pantai warna Oesapa, Kota Kupang.
Berbekal karung, ia mulai memungut botol plastik, kaleng bekas, kardus maupun sampah lainnya dan dibawa pulang ke mess kampus yang menjadi tempat tinggalnya.
Aksi memungut sampah juga bahkan menjadi 'aksi protes' bagi magister pendidikan jebolan Universitas Negeri Malang Jawa Timur ini, atas rendahnya kesadaran masyarakat menjaga kebersihan Kota Kupang.
Rata-rata warga berpendidikan menengah keatas merupakan kelompok yang sering tidak taat membuang sampah.
"Dari atas mobil, mereka (warga menengah keatas) membuang sampah begitu saja tanpa ada kesadaran akan kebersihan," ungkapnya.
Karolus tidak malu memungut sampah dan menjadi pemulung. Ia tidak minder saat ada mahasiswa, rekan sesama dosen atau kerabat yang melihatnya memungut sampah.
"Justru saya berharap mahasiswa saya lebih sering menemukan saya memungut sampah, karena secara tidak langsung saya sudah menasehati mereka tentang kebersihan," tandasnya.
Rasa malu dan minder juga dirasakan pihak keluarga. Orang tua dan mertuanya menentang keras aksi Karolus menjadi pemulung.
"Terkadang istri saya menjadi sasaran mendapatkan peringatan dari orang tua dan mertua saya bahwa tidak sepantasnya saya memungut sampah," tambahya.
Namun ia mengakui, hal ini sudah lama dilakoni dan menjadi kebiasaannya.
"Saya selalu memberikan alasan bahwa hidup ini singkat sehingga kita memberikan yang terbaik bagi lingkungan. Menjadi pemulung bukan pekerjaan hina sehingga kita tidak perlu gengsi," ujarnya.
Hasil sampah yang dikumpulkan, Karolus mengakui dibersihkan lalu dijual kepada pengepul.
Sampah botol gelas plastik bekas yang sudah dibersihkan dia jual Rp6.000 per kilogram, dan yang belum dibersihkan Rp4.000 per kilogram.
Botol plastik bekas seharga Rp4.000 per kilogram. Dos/kardus bekas Rp1.000 per kilo dan kaleng bekas Rp3.000 per kilogram.
Barang-barang ini dijual kepada pedagang barang bekas. Ia juga menyiapkan tempat penampungan dan pengumpulan barang bekas.
Diakuinya kalau kuantitas sampah di Kota Kupang apalagi di jalanan cukup tinggi, sehingga sampah tidak pernah habis.
Selaku dosen di STIM Kupang, Karolus Belmo juga mengajar mata kuliah etika bisnis, yang mencakupi etika lingkungan dan ekologi dengan mencintai kebersihan.
Diakhir sesi perkuliahan, ia mengajak mahasiswanya melakukan aksi bersih-bersih pantai di pantai warna Oesapa, guna menumbuhkan rasa kecintaan lingkungan dan kebersihan kepada mahasiswa.
"Saya menjadi pemulung karena saya melihat kesadaran kebersihan warga sangat rendah," pungkas Karolus.
Melakukan pekerjaan sebagai pemulung bukan saja dilakukan di Kota Kupang. Saat berlibur ke kampung halamannya di Atapupu, Kabupaten Belu, ia juga melakukan aksi yang sama mengajak beberapa kerabat memungut sampah di pantai pasir putih, sehingga pantai tetap bersih.
Sampah yang bisa dijual kemudian dibersihkan dan dititipkan di bus agar dibawa ke Kota Kupang untuk dijual.
Cibiran dan rasa kesal sering datang dari orang tua dan mertua, namun ia mengaku tidak malu dengan aksinya dan tidak serta merta menghentikan aksinya.
Ia berharap bisa mewariskan hal baik tentang kecintaan pada lingkungan. "Saya peduli kebersihan dimulai dari lingkungan keluarga. Yang membuang sampah sembarangan itu bukan masyarakat kecil, namun justru dilakukan masyarakat berduit," pungkas Karolus.
Tanpa melupakan tugas pokok sebagai dosen, ia mengakui memungut sampah sudah menjadi panggilan jiwa. Ia juga teringat pesan dosennya saat masih di STFK Ledalero.
"Dosen saya berpesan bahwa karena kita menyibukkan diri maka kita tidak ada waktu untuk memikirkan dosa," ujarnya menirukan pesan sang dosen.
Karolus mengaku kalau ia menyibukkan diri dengan kegiatan positif dan tidak mengejar untung dari pekerjaan sebagai pemulung tapi tujuan utama adalah menerapkan pola hidup bersih.
Karolus memiliki mimpi membuka tempat menampung sampah yang bisa menyerap tenaga kerja.
Ia mengakui pula kalau pemulung rata-rata tidak berpendidikan, tetapi dari yang kotor itulah, pemulung bisa menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak.
Memelihara Ayam
Wakil direktur I bidang akademik STIM Kupang periode 2015-2019 dan periode 2019-2023 ini juga masih memiliki kesibukan lain memelihara ayam berbagai jenis.
Waktu sepulang dari kegiatan kampus dimanfaatkan membersihkan sampah yang dipungut dan memelihara ternak ayamnya mulai dari membersihkan kandang hingga memberi makanan ayam.
Ia menyakini bahwa setiap usaha yang dilakukan dengan tulus akan membuahkan hasil gemilang. Memungut sampah baginya bukan sekedar meraih untung, namun lebih pada panggilan jiwa untuk mengajarkan kebersihan bagi masyarakat serta memberikan pemahaman bahwa sampah pun bisa mendatangkan uang.
Mimpi memiliki lokasi penampungan sampah dan mempekerjakan orang lain dari hasil sampah menjadi impiannya yang hingga saat ini belum terwujud. Namun ia bertekad, kedepan mimpi itu segera terwujud sehingga makin banyak orang yang mencintai kebersihan.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pragaan busana ini juga dijadikan kampanye agar warga makin mencintai lingkungan
Baca SelengkapnyaSertifikat dana layanan masyarakat dari BPDLH merupakan wujud dukungan pemerintah kepada masyarakat dalam kerja aksi lingkungan.
Baca SelengkapnyaPDI Perjuangan mewajibkan pasangan calon kepala daerah yang diusung, memasukkan isu lingkungan ke dalam visi misi.
Baca SelengkapnyaSasaran mereka mengumpulkan barang bekas seperti botol plastik, kertas dan kabel lalu dijual kembali ke pengepul.
Baca SelengkapnyaKeberadaan TPS ini menjadi sumber rezeki bagi warga setempat.
Baca SelengkapnyaTak hanya bersih-bersih, Komunitas Malu Dong bersama mitranya juga menyerahkan bantuan berupa 50 teba modern kepada masyarakat sekitar.
Baca SelengkapnyaRatusan relawan lingkungan Banyuwangi yang tergabung dalam EcoRanger menggelar clean up day di Pantai Gumuk Kancil
Baca SelengkapnyaViral petugas kebersihan sengaja buang sampah ke sungai sampai bikin pro kontra warganet. Simak ulasannya.
Baca SelengkapnyaKoperasi tersebut telah menghasilkan produk plastik cacah dan plastik pres dengan omzet mencapai Rp1,5 miliar per bulan.
Baca SelengkapnyaAksi tersebut seakan menunjukkan betapa pentingnya kepedulian terhadap lingkungan.
Baca SelengkapnyaSiapa sangka, gak cuma soal sekolah di Amerika, Cinta Kuya rupanya juga sering 'mulung' sampah untuk didaur ulang
Baca SelengkapnyaTak muluk-muluk, di usia senjanya ia ingin menyaksikan Kota Bandung yang bersih dan indah seindah julukan Kota Kembang
Baca Selengkapnya