dr Reisa: Jaga Jarak 1,5 Meter Mampu Tekan Penularan Covid-19 Lebih dari 50 Persen
Merdeka.com - Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Dokter Reisa Broto Asmoro mengatakan bahwa mempraktikkan jaga jarak aman 1 hingga 1,5 meter dapat menurunkan risiko tertular Covid-19 hingga lebih dari 50 persen.
"Penelitian menunjukkan, jaga jarak adalah cara yang ampuh mencegah penularan Covid-19. Dalam masa pandemi sebaiknya kita perhatikan hal ini, menjaga jarak aman dari orang lain," pinta Dokter Reisa dalam keterangan pers di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (12/6/2020).
Reisa mengingatkan bahwa penularan virus Corona adalah melalui droplet atau percikan air liur dari seseorang yang terinfeksi tatkala ia batuk atau bersin. Bahkan saat ia berbicara seperti biasa.
-
Mengapa penting untuk menjaga jarak dari orang yang sakit? 'Kalau sudah mulai batuk pilek, istirahat, dan jika ada tetangga yang batuk pilek atau bersin-bersin, sebaiknya menghindar dari mereka. Terapkan 3M: menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan,' saran Budi.
-
Kenapa orang di rumah bisa tertular flu? Jika Anda tinggal serumah dengan seseorang yang terkena flu, risiko tertular penyakit ini cukup tinggi. Sebuah studi pada Januari 2023 yang dipublikasikan di JAMA menemukan bahwa selama musim flu 2021 hingga 2022, orang yang tinggal serumah dengan penderita flu memiliki peluang hingga 50 persen untuk tertular virus tersebut.
-
Mengapa virus menyerang manusia? Virus yang dapat menyerang manusia memang perlu dipahami.
-
Siapa yang bisa menularkan penyakit ke bayi melalui ciuman? Biasanya orang dewasa atau anak-anak tidak menyadari penyakit yang mereka bawa, lalu mereka menularkan penyakit pada bayi dengan mencium bayi.
-
Siapa yang bisa diserang virus? Virus yang dapat menyerang manusia memang perlu dipahami.
-
Apa yang bisa ditularkan melalui ASI donor? Dr. Tiwi menjelaskan bahwa terdapat beberapa penyakit utama yang dapat ditularkan melalui ASI donor, seperti Hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV.
Tanpa disadari, kata dia tatkala kita berbicara dengan orang lain ada percikan droplet yang keluar dari mulut lawan bicara. Maka kala kita tak menjaga jarak sebagaimana yang disarankan, maka bisa jadi akan tertular virus ini.
"Apalagi orang yang kita temui tidak kita ketahui pasti status kesehatannya. Maka sebaiknya dalam masa pandemi ini physical distancing ini harus kita terapkan secara baik," imbau dia.
Jaga jarak ini, kata Reisa juga demi mencegah penyebaran virus ini secara masif di masyarakat. Jaga jarak ini amat penting diterapkan kala kita menjenguk orang-orang yang sakit ataupun mengunjungi orang dengan kesehatan yang rentan.
"Mari kita biasakan untuk menjaga diri, tidak memegang anak-anak kecil apalagi bayi kalau kita bukan orang tuannya," ucap Reisa.
Contoh Jepang
Dokter Reisa mencontohkan Jepang yang menganggap penanganan Covid-19 cukup baik tanpa harus karantina wilayah, yakni dengan melakukan deteksi dini dan social conformity. Social conformity sendiri, kata Reisa merupakan permintaan Pemerintah Jepang kepada warganya agar menghindari keramaian atau kontak dekat secara fisik dengan orang lain.
"Jadi menghindari bersalaman dengan banyak orang, kemudian menghindari agar tidak bertemu dengan banyak orang di ruang tertutup dan sempit. Anjuran ini sangat dipatuhi oleh banyak orang di sana," kata Reisa.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Droplet adalah tetesan kecil dari batuk atau bersin yang mengandung berbagai mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit.
Baca SelengkapnyaMenggunakan masker adalah langkah pencegahan, bukan hanya untuk COVID-19, tapi juga berbagai macam virus lainnya.
Baca SelengkapnyaVirus ini sudah menyebar di Indonesia, namun belum terdeteksi menyebar di Kota Yogyakarta
Baca SelengkapnyaSering dianggap sopan dan bersih, nyatanya menutup mulut dan hidung sangat bersin dapat membahayakan diri.
Baca SelengkapnyaBiasanya, orang dewasa kerap mencium balita saat kumpul bersama keluarga di momen Lebaran.
Baca SelengkapnyaGondongan dan cacar air merupakan penyakit yang mudah menular.
Baca SelengkapnyaKeduanya dapat menyebabkan gangguan pernapasan seperti batuk, demam, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, dan sesak napas.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca Selengkapnya