Dua ABG asal Sukabumi nyaris dijadikan PSK di Makassar
Merdeka.com - Dampak media sosial tidak selalu negatif sebagaimana kasus-kasus yang sering terungkap misalnya pelecehan seksual hingga pembunuhan yang berawal dari perkenalan kilat dengan pelaku. Karena dampak positifnya juga bisa ditarik tergantung siapa yang memanfaatkannya.
Dan itulah yang dialami dua perempuan muda asal Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, yang sebelumnya pernah terikat pernikahan dini. Mereka adalah LA (19) dan AS (16). Keduanya nyaris dijual ke Papua oleh dua orang muncikari di Makassar, namun berhasil lolos dari jebakan tindak trafficking itu karena memanfaatkan media sosial facebook.
Dua perempuan muda saat ditemui di rumah aman binaan Dinas Sosial Sulsel di Makassar, Selasa (11/10), menceritakan ihwal mereka menginjakkan kaki di Makassar jauh-jauh dari kampungnya di Kecamatan Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Keduanya mengaku sebelumnya dijanjikan dipekerjakan sebagai pemandu karaoke namun nyaris terjerumus jadi barang dagangan.
-
Siapa yang disekap dan diperkosa? Penyidik Satreskrim Polres Lampung Utara, Lampung, segera merampungkan berkas enam tersangka penyekapan dan perkosaan siswi SMP inisial NA (15).
-
Bagaimana cara pelacur mendapat penghasilan? …Jika wanita mengiringkan seorang gadis dan mengantarkannya ke rumah seorang pemuda, atau jika ada wanita memberi tempat untuk pertemuan yang tidak senonoh antara seorang pemuda dan seorang gadis, karena mendapat upah dari pemuda dan gadis itu, kedua wanita baik yang mengantarkan gadis maupun yang menyediakan tempat itu dikenakan denda 4000 oleh raja yang berkuasa sebagai penghapus kesalahannya…
-
Siapa pelaku pemerkosaan? 'Kejadian ini berawal dari kejadian longsor di daerah Padalarang Bandung Barat. Kebetulan keluarga korban ini rumahnya terdampak sehingga mereka mengungsi ke kerabatnya (AR) untuk sementara,' ucap Kapolres Cimahi, AKBP Tri Suhartanto, Selasa (3/9).
-
Siapa saja yang menggunakan jasa pacar jalanan? Tren ini cukup banyak diminati karena mudah diakses dengan harga jasa ekonomis.
-
Apa jenis narkoba yang di edarkan oleh 2 mahasiswa di Sulawesi Selatan? Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulawesi Selatan menangkap dua mahasiswa berinisial MR dan MA karena terlibat kasus peredaran narkotika jenis ganja.
-
Kapan prostitusi ini terjadi? Peristiwa tak layak ini dilakukan oleh warga Kecamatan Pungging, Mojokerto, Jawa Timur sejak 2023 lalu.
Berawal dari AS (16), sulung dari empat bersaudara, anak seorang pekerja di rumah produksi pengolahan kulit sapi yang berkenalan dengan Dadu, seorang preman pasar kawan nongkrong AS. Dadu menawarkan pekerjaan dan memperkenalkannya dengan seorang lelaki yang berprofesi sebagai distributor minuman keras dari Jakarta ke Papua, dipanggilnya Mas Ujang.
Mas Ujang ini kemudian menawarkan pekerjaan sebagai pemandu karaoke di Makassar. AS kemudian mengajak LA kawannya dan mereka sepakat mengadu nasib ke Kota Daeng, Makassar.
Oleh Mas Ujang ini, mereka diberi uang saku masing-masing senilai Rp 2 juta namun yang nyata tiba di tangan AS dan LA masing-masing hanya Rp 800 ribu. Rp 1,2 juta sisanya ditarik Mas Ujang untuk dibelikan koper, pakaian dan kosmetik.
"Diizinkan sama ibu karena ngakunya ke ibu mau ke Bogor bekerja sebagai pemandu karaoke," kata AS.
Alasan serupa juga diutarakan LA ke tantenya yang selama ini merawatnya sejak masih usia Balita karena ibu kandung ke luar negeri bekerja sebagai TKW. Alhasil, AS dan LA berangkat bertiga dengan Mas Ujang ke Jakarta, Rabu, (5/10) lalu.
Kurang lebih tiga hari mereka di Jakarta bersama Mas Ujang selanjutnya di antar ke bandara untuk terbang ke Makassar, Sabtu (8/10) dini hari. Mas Ujang ini tidak ikut ke Makassar tapi di bandara sudah dijemput oleh perempuan bernama Siska yang dipanggilnya Mami Siska.
"Setiba di bandara kami dijemput Mami Siska dan dibawa ke sebuah kos-kosan milik Mami Cindy," timpal LA.
Di kos-kosan ini, Mami Siska menyampaikan kalau lowongan pekerjaan sudah full di Makassar sehingga harus dikirim ke Papua. AS panik karena membayangkan akan dibawa ke daerah yang jauh.
"Saya tambah takut karena Mami Siska seperti keceplosan, katanya kalau kalian mau pulang, harus bayar masing-masing Rp 50 juta," tutur AS.
Karena ucapan-ucapan Mami Siska itu, kata AS, dia mulai menangis dalam kamar lantaran takut dijual untuk jadi pekerja seks komersil. Dia kemudian mengajak LA untuk melarikan diri kabur dari kos-kosan Mami Cindy.
Di tengah galaunya, tiba-tiba ibunya menelepon dan AS pun mengaku kalau sebenarnya dia ada di Makassar. Ibunya minta agar dirinya melarikan diri.
"Karena sudah ketakutan dan merasa terancam, saya pasang status di facebook. Saya tulis, "orang yang di Makassar, ping dong"," tutur AS.
Alhasil, status itu dibaca oleh Mas Ipul yang tergabung dalam grup paguyuban Jawa Barat. Dari situ AS terus berkomunikasi dan dipandu untuk melarikan diri.
Dua perempuan Sukabumi nyaris dijual ke Papua ©2016 merdeka.com/salviah ika padmasariLA menambahkan, dia menerima ajakan AS dan berani keputusan untuk kabur melihat AS terus menangis. Keduanya pun sepakat melarikan diri pada Minggu (9/10) sekira pukul 10.00 WITA.
"Kami berdua pamit ke Mami Cindy ke pasar Cidu dekat kos untuk beli sabun pencuci muka dikawal keponakan Mami Cindy. Setiba di Pasar Cidu, kami minta keponakan Mami Cindy itu yang masuk untuk beli sabun pencuci muka dan kami menunggu di becak motor (bentor). Setelah itu kami pun kabur dengan bentor dipandu sama Mas Ipul melalui ponsel dan BBM. Lalu ke Polsek terdekat, Polsek Wajo dekat pasar mengamankan diri setelah bertemu Mas Ipul tadi di Pasar Ciru," kata LA.
Setelah di Polsek Wajo, kata LA, Mas Ipul ini memutuskan untuk melapor ke Polsek Mamajang karena punya kenalan di sana. Dari Polsek Mamajang inilah, polisi berkomunikasi dengan Dinas Sosial.
"Semalam, (Senin) pukul 08.00 WITA, AS dan LA tiba di kantor diantar polisi. Setelah itu kita inapkan mereka di rumah aman sebelum dipulangkan ke kampungnya," kata Sudirman Ibrahim, Kepala Seksi Tindak Kekeradan dan Pekerja Imigran Dinas Sosial Sulsel.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dua wanita asal Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat (Sumbar), ditangkap polisi. Mereka diduga terlibat tindak pidana perdagangan orang (TPPO) antarnegara.
Baca SelengkapnyaSementara itu, ketiga korban yakni BN (29) asal Tasikmalaya, O (40) asal Subang dan A (28) asal Subang. Kedua pelaku disinyalir untung Rp2 juta per korban.
Baca SelengkapnyaKeduanya diamankan polisi saat berada di sebuah kamar hotel di Baturaja, Ogan Komering Ulu.
Baca SelengkapnyaUntuk tarif sekali kencan antara Rp250 ribu hingga Rp400 ribu.
Baca SelengkapnyaPelaku berkomplot menjual korban kepada lelaki hidung belang dengan tarif berkisar antara Rp300 ribu hingga Rp700 ribu melalui aplikasi media sosial MiChat.
Baca Selengkapnya4 Anak asal Sumsel diperbudak jadi pekerja seks komersial (PSK) dan dipaksa melayani tamu 10 sampai 20 orang per hari.
Baca SelengkapnyaPara korban tergiur iming-iming kedua pelaku dijanjikan menjadi model, namun malah dijadikan pemeran konten pornografi di media social.
Baca Selengkapnya53 Wanita jadi Korban TPPO, Disekap dan Dipekerjakan jadi Pemandu Lagu sampai Pagi
Baca SelengkapnyaDengan memasarkan dua anak tersebut, dua muncikari itu mendapat keuntungan Rp50 ribu-150 ribu.
Baca SelengkapnyaMereka diduga berangkat dengan cara ilegal dan menjadi korban perdagangan manusia.
Baca SelengkapnyaPolisi membongkar praktik prostitusi online terhadap dua remaja di bawah umur.
Baca SelengkapnyaPembongkaran berawal dari adanya laporan Anak Baru Gede (ABG) hilang. Hasilnya, muncikari dan Pekerja Seks Komersial (PSK) ditangkap.
Baca Selengkapnya