Dua Balita di Kalteng Terkena Stunting Akibat Banyak Konsumsi Air Mentah
Merdeka.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan dua balita di Desa Karta, Kecamatan Sukamara, Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah, terkena stunting akibat mengonsumsi terlalu banyak air mentah.
"Salah satu faktor penyebab stunting dari hasil audit itu adalah sebagian besar masyarakat yang kerap meminum air mentah atau air tanpa dimasak terlebih dahulu," kata Plt Kepala BKKBN Perwakilan Kalimantan Tengah Dadi Ahmad Ruswandi, dilansir Antara, Rabu (21/12).
Dadi menuturkan temuan dua kasus itu didapat melalui audit kasus stunting melalui kunjungan kepada keluarga berisiko stunting pada bulan September dan Oktober 2022.
-
Siapa yang berisiko stunting? Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, infeksi, serta faktor lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan optimal.
-
Apa dampak stunting pada individu? “Dampak stunting bukan hanya tinggi badan. Akan tetapi kualitas hidup individu akibat munculnya penyakit kronis, ketertinggalan dalam kecerdasan, dan kalah di dalam persaingan.
-
Siapa yang berisiko terkena stunting? Stunting merupakan manifestasi jangka panjang dari berbagai faktor, seperti kurangnya asupan gizi yang memadai, pola asuh yang kurang tepat, sanitasi yang buruk, serta kondisi sosial ekonomi yang rendah.
-
Apa penyebab stunting pada anak dari keluarga menengah ke atas? Namun, pada keluarga menengah ke atas, penyebab stunting sering kali berbeda. Menurut Survei Status Gizi Nasional 2021 yang melibatkan 23.957 anak, salah satu penyebab utama stunting di kelompok ini adalah kurangnya waktu untuk menyusui, yang berdampak langsung pada pemenuhan gizi anak.
-
Apa dampak buruk dari stunting? Kondisi ini tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik, tetapi juga berpengaruh pada perkembangan kognitif anak, prestasi pendidikan, serta produktivitas ekonomi di masa depan.
Berdasarkan hasil audit kasus stunting dan monitoring yang dilakukan BKKBN bersama Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), stunting pada kedua balita itu disebabkan ibu dan ayah yang merokok, mengonsumsi air mentah, sanitasi yang kurang baik, banyaknya jumlah anggota di rumah.
Penyebab lainnya adalah ibu memiliki riwayat Kekurangan Energi Kronis (KEK), ibu tidak telaten memberi makanan pada anak, faktor ekonomi yang kurang, rumah kurang pencahayaan, tidak memiliki jamban dan air bersih.
Hal itu membuktikan jika stunting tidak hanya terjadi karena asupan energi dan protein hewani dan nabati yang kurang, ditandai dengan berat badan tampak kurus, gizi kurang dan pendek.
Menurut dia, kondisi ini memprihatinkan, karena prevalensi stunting di Kabupaten Sukamara mencapai 24,7 persen.
Sementara dari hasil Pendataan Keluarga tahun 2021 (PK-21) BKKBN mencatat jumlah keluarga di Kabupaten Sukamara sebanyak 13.111 keluarga. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5.041 keluarga berisiko stunting.
Sedangkan sebanyak 1.291 keluarga memiliki baduta (0-23 bulan), 2.553 keluarga memiliki balita (24-59 bulan), dan ada 395 ibu hamil.
Dalam kunjungannya pula, dilakukan penyerahan bantuan paket kebutuhan pokok untuk menunjang kebutuhan gizi keluarga berupa beras, telur, minyak goreng, dan biskuit.
"Saya berharap Tim Pendamping Keluarga (TPK) bekerja sama dengan pakar dan ahli, agar benar-benar mendampingi dan memastikan semua sasaran yang berisiko stunting mendapatkan intervensi yang tepat sesuai faktor risiko," kata Dadi.
Wakil Bupati Sukamara Ahmadi menambahkan, Pemerintah Kabupaten Sukamara melalui TPPS akan terus memperkuat penanganan permasalahan stunting secara bersama-sama dengan lintas sektor terkait.
“Hal ini menjadi komitmen saya selaku Ketua TPPS, untuk menanggulangi serta melakukan turun langsung ke lapangan guna melihat dan memberi edukasi kepada keluarga risiko stunting sehingga nantinya permasalahan stunting bisa tuntas,” kata Ahmadi.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pencemaran pada air dapat menimbulkan dampak negative terhadap kesehatan
Baca SelengkapnyaPencegahan stunting bisa tergantung dari sejumlah faktor krusial seperti kestersediaan air minum serta sanitasi bersih.
Baca SelengkapnyaDokter menekankan agar balita yang terdeteksi pendek segera dirujuk ke puskesmas atau RS terdekat
Baca SelengkapnyaKeberhasilan Kabupaten Kampar turunkan angka prevalensi stunting menjadi sorotan
Baca SelengkapnyaStunting tetap bisa terjadi pada anak yang berasal dari keluarga menengah ke atas.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data bantuan sosial stunting.jakarta.go.id, ada 39.793 balita yang tercatat memiliki permasalahan gizi, 22.823 di antaranya tergolong stunting.
Baca SelengkapnyaSalah satu kegiatan yang rutin dilakukan adalah mengunjungi kepada berisiko stunting.
Baca SelengkapnyaTak hanya dari keluarga miskin, anak dari keluarga orang kaya juga bisa kena stunting.
Baca SelengkapnyaStunting rupanya tak hanya dialami anak dari keluarga miskin, tapi juga orang kaya.
Baca SelengkapnyaAncaman masalah ganda nutrisi bisa dialami Indonesia akibat stunting di anak dan obesitas di orang dewasa.
Baca Selengkapnya"Pencegahan stunting diawali dengan pemahaman orang tua dan keluarga akan pentingnya gizi," kata Budi.
Baca SelengkapnyaPanelis bertanya kepada Cawagub Ade Sumardi tentang cara menurunkan prevalensi anak stunting dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Banten.
Baca Selengkapnya