Dua Bocah Asal NTT Diduga jadi Korban Perdagangan Anak di Samarinda
Merdeka.com - Dua bocah asal Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), Fikri (12) dan Ifan (10) diduga jadi korban perdagangan anak. Keduanya terlihat mengalami luka di kepala dan memar di bagian badan.
Diketahui, dua bocah itu kabur dari rumah penampungan anak jalanan di Samarinda Seberang, Kalimantan Timur. Kakak beradik itu ditemukan relawan bersama petugas Dinsos Samarinda, Kamis (21/3) sekitar pukul 23.00 WITA di kawasan taman Mahakam Lampion Garden (MLG).
Fikri bercerita soal upaya kabur dari rumah penampungan anak jalanan. Dia bekerja sebagai pengemis dan pengamen jalanan di Samarinda.
-
Apa yang diderita dua bocah itu? Kedua bocah ini mengalami infeksi tulang langka yang disebabkan virus cacar.
-
Bagaimana anak-anak dikorbankan? 76 anak-anak itu dibelah dadanya dan dalam keadaan telanjang dengan pakaian berada di sampingnya. Dada mereka telah dipotong terbuka dari tulang selangka hingga ke tulang dada. Tulang rusuk mereka dipaksa terbuka, yang kemungkinan untuk mendapatkan akses ke jantung mereka.
-
Dimana anak-anak dikorbankan? Sejauh ini, para peneliti baru bisa mengidentifikasi sisa-sisa 64 anak dari total 106 anak yang ditemukan pada 1967, di sebuah tangki air bawah tanah yang dikenal sebagai chultun, di situs Chichén Itzá, Meksiko Selatan.
-
Di mana kerangka dua bocah ditemukan? Dikutip dari laman Smithsonian Magazine, Rabu (3/7), kerangka bocah ini ditemukan di pemakaman di Huanchaco, kota di pantai Pasifik utara Peru.
-
Mengapa pelaku memperdagangkan bayi? Motif ketiga pelaku memperdagangkan bayi-bayi malang itu hingga kini masih diselidiki.
-
Mengapa anak-anak dikorbankan? Pemakaman anak-anak di gundukan ini mungkin merupakan persembahan untuk memberi energi pada ladang,' kata Prieto, seperti dikutip Live Science.
"Saya dengan adik saya dibawa om-om dari Timor (NTT) naik kapal buat cari uang di sini," kata Fikri ditemui merdeka.com di home base relawan Info Taruna Samarinda (ITS), Jalan Bhayangkara, Jumat (22/3).
Di Samarinda, dia, adiknya dan anak-anak lain dipaksa harus mendapatkan uang Rp 1 juta dari hasil mengamen dan mengemis di jalanan. "Kalau tidak dapat dipukul pakai balok," ujar Fikri, sambil memperlihatkan luka di kepala dan memar di badannya.
"Saya dapatnya setiap hari Rp 50 ribu. Kalau saya kasih ke om-om, saya dapat Rp 10 ribu. Kalau makan, kadang makan, kadang tidak. Kalau tidur di pasar, tidak tentu," tambahnya.
Sang adik, Ifan juga menerangkan, ibunya bekerja sebagai TKW di Arab Saudi. Di Ende, keduanya hanya tinggal ayahnya.
"Ibu di Arab. Tidak tahu kalau Bapak (saat ditanya apakah dia dicari ayahnya atau tidak," terangnya.
Fikri, mengaku bersekolah di bangku kelas 5 SD di Ende dan adiknya, di bangku kelas 3 SD. "Tidak mau pulang ke Timor. Saya mau ke pesantren," timpal Fikri.
Koordinator ITS, Joko Iswanto mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan KPAI Provinsi Kaltim terkait 2 anak yang diduga menjadi korban perdagangan anak ini.
"Tinggalnya di Samarinda Seberang. Diduga, ada puluhan anak lain jadi korban serupa. Jadi, kalau ke Seberang, naik kapal klotok nyeberang sungai, baru ada yang mintai uangnya. Targetnya memang ditarget Rp 1 juta setiap hari," kata Joko.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kedua pelaku dikenakan UU perlindungan anak dan KUHP.
Baca SelengkapnyaPria tak dikenal itu membawa mereka ke suatu tempat dan diancam agar tidak teriak.
Baca SelengkapnyaKedua korban yang semuanya perempuan, BY (3) dan UM (2), mengalami luka gigitan, cakar, dan memar akibat ulah pelaku.
Baca SelengkapnyaKorban mengalami luka pada kepala, bibir robek, bengkak pada tangan, dan luka-luka pada badan.
Baca SelengkapnyaPelaku berinisial MF ditangkap polisi atas laporan menjual anak di bawah umur.
Baca SelengkapnyaPara korban tergiur iming-iming kedua pelaku dijanjikan menjadi model, namun malah dijadikan pemeran konten pornografi di media social.
Baca SelengkapnyaTetangga mengaku sempat mendengar adanya benturan ke dinding dan guyuran air dari dalam kontrakan yang dihuni oleh pelaku.
Baca SelengkapnyaKeduanya diamankan polisi saat berada di sebuah kamar hotel di Baturaja, Ogan Komering Ulu.
Baca SelengkapnyaD pun menjual korban melalui berbagai aplikasi kencan (dating apps) dan aplikasi pesan singkat dengan harga Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu.
Baca Selengkapnya“Saat ini satgas TPPO Polda sumbar sedang melakukan penyelidikan dengan instansi terkait,” kata Kombes Pol Dwi Sulistyawan
Baca SelengkapnyaWarga Kediri digemparkan penemuan mayat dua bocah di dalam rumah mereka.
Baca SelengkapnyaKapolsek Jagakarsa, Kompol Multazam mengatakan dua terduga pelaku penganiayaan berhasil diidentifikasi.
Baca Selengkapnya