Dua jenazah korban AirAsia sudah diautopsi
Merdeka.com - Dua jenazah korban AirAsia QZ8501 telah diautopsi untuk kepentingan penyidikan. Jenazah-jenazah tersebut diambil sebagai sample untuk mendukung pengungkapan penyebab jatuhnya pesawat berpenumpang 162 orang itu.
"Ada dua sudah diautopsi sebagai sample, hasilnya masih pendalaman. Autopsi ini untuk kepentingan penyidikan, jadi nanti penyidik yang akan ekspose," kata Ketua Tim DVI Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jawa Timur, Kombes Pol Budiono, Kamis (8/1).
Sebelumnya diberitakan, beberapa jenazah di antaranya pilot dan pramugari akan diautopsi untuk kepentingan penyidikan. Namun pihak DVI belum bersedia memberikan keterangan tetang jenazah yang sedang diautopsi.
-
Di mana pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? Pesawat AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Kenapa pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Apa yang terjadi pada AirAsia QZ8501? AirAsia QZ8501 adalah penerbangan yang mengalami kecelakaan pada tanggal 28 Desember 2014.
-
Kapan pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Di mana pesawat jet itu hilang? Pesawat itu hilang di daerah danau 50 tahun lalu.
-
Bagaimana Airul meninggal dunia menurut hasil autopsi? Sekitar sebulan berselang, hasilnya keluar. Airul disebutkan meninggal karena hantaman benda tumpul.
Hari ini, Tim DVI hanya berhasil mengidentifikasi satu jenazah atas nama Djoko Suseno dari 15 jenazah yang belum teridentifikasi. Djoko menjadi jenazah yang ke-25 dari 39 jenazah yang diterima RS Bhayangkara.
Kesulitan identifikasi korban yang dialami oleh Tim DVI adalah kondisi mayat yang kurang memberikan informasi. Jenazah secara fisik mengalami kerusakan di bagian sidik jari atau organ tertentu.
"Kesulitannya tergantung data antemortem dan postmortem yang diperoleh. Data itu ibarat cermin, sidik jari dan DNA akan dicocokkan, karena sesuatu hal belum lengkap sehingga belum bisa dipastikan," katanya.
Dicontohkan Budiono, data antemortem sudah diperoleh namun data postmortem jenazah tidak didapatkan. Kondisi mayat yang tidak memberikan informasi sidik jari membuat tim kehilangan informasi satu sisi (postmortem).
"Semuanya terus berproses. Proses bukan target waktu tapi keakuratan data," tegas Budiono.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korban SAM Air teridentifikasi dengan menggunakan data primer atau hasil DNA berupa data medis.
Baca SelengkapnyaKepala Rumah Sakit (Karumkit) Polri Kramat Jati, Brigjen Hariyanto mengaku kesulitan mengautopsi kedua jenazah.
Baca SelengkapnyaPolisi menemukan fakta baru dari hasil sementara autopsi ayah dan balita ditemukan tewas membusuk di Koja, Jakarta Utara.
Baca SelengkapnyaBeberapa sampel diambil guna diteliti di Laboratorium Forensik.
Baca SelengkapnyaBA tewas diduga akibat dianiaya dua personel Polresta Palu yakni Bripda CH dan Bripda M.
Baca SelengkapnyaJenazah Mayor Purn Suwanda dibawa pihak keluarganya ke Cirebon, Jawa Barat, untuk dimakamkan.
Baca SelengkapnyaTim forensik terlihat mengecek dari atas jembatan, melihat celah jembatan kemudian turun ke bawah jembatan.
Baca Selengkapnya3 Sampel jaringan keras yaitu tulang dan 16 sampel jaringan lunak yang akan kita lanjutkan untuk pemeriksaan visum dan pemeriksaan diatom.
Baca SelengkapnyaPenyidik akan melakukan uji forensik seperti histopatologi forensik, dan toksikologi forensik guna memastikan penyebab kematian.
Baca SelengkapnyaKerja sama tersebut bertujuan untuk mengumpulkan data antemortem dari keluarga korban
Baca SelengkapnyaPolisi juga melakukan olah TKP kembali untuk mendapatkan benang merah dari fakta-fakta yang diperoleh penyidik.
Baca SelengkapnyaPenyebab kematian kedua korban masih diselidiki dengan autopsi dan olah TKP.
Baca Selengkapnya