Duet maut Jenderal Unggung-Sudjarno, kepung FPI, tembak penjahat
Merdeka.com - Pucuk pimpinan Kepolisian Daerah Metro Jaya kini dipegang oleh Irjen Unggung Cahyono sebagai Kapolda dan wakilnya Brigjen Sudjarno. Mengamankan Jakarta tentu tidak mudah.
Tak cuma angka kriminalitas yang tinggi, gangguan Kamtibnas pun rawan di Jakarta. Apalagi menjelang pelantikan Presiden 20 Oktober mendatang.
Mayjen Unggung menjamin pelantikan akan berjalan lancar. Sebagai perwira tinggi yang menghabiskan karirnya di Korps Brimob dia tak asing lagi berhadapan dengan demonstran.
-
Apa julukan Jakarta? Menariknya, sematan kata 'The Big Durian' membuatnya sering disamakan dengan Kota New York di Amerika.
-
Apa yang Samsul harapkan untuk Jakarta? Di usia Jakarta yang akan menyentuh angka 497 tahun, Samsul berharap ke depannya agar Jakarta dapat memperbanyak taman dan memperbaiki taman-taman yang sudah ada. Menurutnya, taman adalah fasilitas umum yang seharusnya bisa dinikmati oleh para warga sekitar untuk beraktivitas.
-
Dimana markas besar Polri? Kemudian, Kepala Kepolisian Negara kala itu Komisaris Jenderal Polisi R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo bikin kantor sendiri di Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, bernama Markas Besar Djawatan Kepolisian Negara RI (DKN) yang menjadi Markas Besar Kepolisian sampai sekarang.
-
Mengapa polusi udara di Jakarta berbahaya? Angka itu memiliki penjelasan tingkat kualitas udaranya masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif yakni dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
-
Apa tujuan razia di Jakarta? Ditlantas Polda Metro Jaya memaparkan lokasi-lokasi razia kendaraan di Jakarta dan sekitarnya.
-
Apa janji Pramono Anung untuk Jalan Jakarta? 'Kalau dibuat loop seperti Bangkok, waduh nikmat banget. Makanya banyak di kita yang bersepeda ke Bangkok, Korea, Jepang,' kata Pramono di kawasan SCBD Jakarta Selatan, Sabtu (14/9).
Sementara itu Sudjarno pun sudah punya pengalaman lama di Polda Metro Jaya. Karo Ops Polda Metro Jaya (2010), dan Karoprovos Divpropam Polri (2011).
Berikut aksi duet maut dua jenderal ini di Jakarta:
Duet kepung markas FPI
Duet maut Mayjen Unggung-Brigjen Sudjarno langsung buat tindakan tegas saat Front Pembela Islam membuat ricuh di depan kantor gubernur.Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Unggung Cahyono langsung memberi komando ribuan anggotanya untuk mengepung markas besar FPI di Petamburan, Jakarta Pusat.Unggung tak sendiri, dirinya ditemani Wakapolda Metro Jaya Brigjen Pol Sudjarno dan Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Hendro Pandowo. Mereka masuk ke dalam rumah Ketua FPI Habib Rizieq untuk mencari dalang kerusuhan demo ricuh itu.Polisi menetapkan 21 tersangka dalam kerusuhan itu. Koordinator aksi Habib Novel menyerahkan diri beberapa hari kemudian.
Berantas premanisme & narkoba
Saat baru dilantik Unggung menyampaikan yang paling jadi perhatian adalah penyakit masyarakat yaitu pemberantasan premanisme dan judi di jakarta."Jadi hal-hal yang kita antisipasi yang tinggi di sini, pertama berkaitan dengan narkotika, terus kedua berkaitan dengan kejahatan jalanan, dan ketiga masalah judi," kata Irjen Pol Unggung Cahyono di Mapolda Metro Jaya Jakarta, Jumat (5/9).Tak hanya itu, Unggung berjanji akan ikut bekerjasama menyelesaikan kemacetan di Ibu Kota melalui kerja sama dengan pihak-pihak terkait. Persoalan kemacetan di Jakarta diakuinya tak dapat diselesaikan sendiri oleh kepolisian."Selanjutnya yang menjadi atensi tapi tidak bisa polisi menyelesaikan sendiri, masalah kemacetan. Kemacetan nanti kita akan lakukan koordinasi dengan jajaran yang lain untuk mengatasi," terang dia.
Tantang Kapolsek tembak mati penjahat
Wakapolda Metro Jaya, Brigjen Pol Sujarno meminta seluruh personel reserse Polda Metro Jaya berani bertindak tegas terhadap pelaku kriminal. Jika memang langkah tembak di tempat diperlukan, maka hal itu harus dilakukan oleh personel reserse."Setiap mau rilis curas, saya lihat dulu tersangkanya, kok kakinya mulus-mulus saja (tidak ada bekas luka tembak karena dilumpuhkan polisi). Jadi, jajaran serse ya, tidak ada orang yang tidak senang, kalau kita beri tindakan tegas," kata Sujarno dalam pidatonya dihadapan 1.435 personel reserse dalam acara 'Revitalisasi Kring Serse' Ecopark, Ancol, Jakarta Utara, Selasa (14/10).Sujarno mengaku pernah menantang Kapolsek Penjaringan dengan memberi sejumlah peluru. Dia meminta agar peluru tersebut digunakan untuk menangkap pelaku kejahatan."Saya bilang, saya nggak mau tahu, minggu ini ada yang mati. Besoknya, ada yang mati. Pelaku (kejahatan)," katanya.
Tak perlu takut HAM jika benar
Selain itu, Sujarno meminta seluruh personel tak terpengaruh dengan isu pelanggaran HAM jika melakukan tindakan tegas. Dia meminta seluruh personel serse tidak takut melakukan tindaskan tegas."Anda nggak usah takut HAM, Propam, inspektorat. Itu yang harus Anda lakukan. Kita pertanggungjawabkan kok," tuturnya."Jadi, tidak boleh ada catatan personel karena nembak pelaku. Anda bawa senjata. Buat apa senjata itu? Buat nembak, bukan buat ngelempar," tambah Sujarno.Namun demikian, dia mengingatkan agar anggota serse tidak sombong dan arogan. Senjata api yang dimiliki anggota serse harus dimanfaatkan dengan bijaksana.
Jadikan Jakarta neraka untuk penjahat
Aksi anarkis yang belakangan ini kerap terjadi di ibu kota DKI Jakarta, membuat Wakapolda Metro Jaya, Brigjen Sudjarno geram. Sudjarno menegaskan, dirinya ingin menjadikan DKI Jakarta sebagai surga bagi warganya, dan menjadi neraka bagi para pelaku kriminalitas."Saya sampaikan bagaimana Jakarta ini surga bagi para masyarakat dan neraka bagi para penjahat. Kejahatan bentuk apa pun harus kita tindak tegas," kata Sudjarno di Eco Park Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, Selasa (14/10).Untuk itu, Sudarno mengimbau kepada seluruh anggota reserse untuk tidak takut bertindak tegas kepada para pelaku anarkis."Kita punya protap dan SOP. Itu yang kita jalankan," tandasnya."Penembakan buat pelumpuhan bila sudah berbahaya bagi orang lain," pungkasnya.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Simak foto langka suasana di Jakarta usai tragedi G30S. Banyak tank berkeliaran memburu anggota PKI.
Baca SelengkapnyaApa tujuan para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok?
Baca SelengkapnyaKapten yang terpengaruh G30S/PKI itu menodongkan senjata pada Brigjen Suryo Sumpeno. Bagaimana cara untuk lolos?
Baca SelengkapnyaBerikut potret pentolan Pasukan Tjakrabirawa yang memimpin G30S PKI ketika ditangkap di Tegal.
Baca Selengkapnya1 Oktober 1965, pukul 03.00 WIB, belasan truk dan bus meninggalkan Lubang Buaya. Mereka meluncur ke Pusat Kota Jakarta untuk menculik tujuh Jenderal TNI.
Baca SelengkapnyaGubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi tampaknya dibuat gemas dengan aksi kejahatan yang marak terjadi di Kota Medan dan sekitarnya.
Baca SelengkapnyaBrigjen Soepardjo adalah tentara paling tinggi yang terlibat langsung penculikan para jenderal saat G30S/PKi.
Baca SelengkapnyaJika ditemukan pasukan membandel maka pihaknya tidak akan segan memberikan sanksi
Baca SelengkapnyaGubernur Suryo melobi penjajah agar tak sewenang-wenang pada rakyat Jawa Timur. Perjuangannya mengharukan.
Baca SelengkapnyaAnggota TNI bernama Sersan Mayor Suprayito jadi korban pengeroyokan.
Baca SelengkapnyaPicu keresahan masyarakat, DPRD Sumut dukung penuh tindakan tegas kepolisian dalam membasmi begal sadis di Kota Medan.
Baca Selengkapnya