Dulu Jenderal Hoegeng tolak dibuang jadi dubes, bagaimana Sutarman?
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) ternyata sudah menawarkan suatu jabatan ke Jenderal Sutarman usai dicopot menjadi Kapolri. Jabatan tersebut tentunya di luar dari TNI/Polri.
"Presiden sudah tawarkan jabatan bisa duta besar atau BUMN," ujar Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno di Istana, Senin (19/1).
Kebijakan yang menimpa Sutarman ternyata pernah juga dialami Jenderal Hoegeng. Dirinya dicopot sebagai Kapolri oleh Presiden Soeharto dan ditawari menjadi Dubes di Belgia. Saat itu Hoegeng diganti karena disebut-sebut mengusik bisnis Keluarga Cendana.
-
Siapa yang menolak jadi jenderal? Bambang Widjanarko adalah Seorang Perwira KKO, kini Marinir TNI AL Dia menjadi ajudan presiden Sukarno tahun 1960-1967.
-
Kenapa Kolonel Bambang menolak jadi jenderal? Bambang menolak menerima begitu saja pangkat jenderal dari presiden, tanpa prosedur yang berlaku. Itu justru akan membuatnya dicemooh oleh sesama perwira dan merusak sistem yang berlaku.
-
Kenapa Suroso menolak tawaran jadi Caleg? Yang nawarin saya itu banyak. Pokoknya tinggal jawab saja mau, segala persyaratan pendaftaran mereka yang ngurus. Tapi saya belum mau,' ujar Suroso.
-
Kenapa Guru Somalaing menolak kenaikan pangkat? Ia juga sempat ditawarkan kenaikan pangkat namun menolaknya karena jika menerima maka merupakan sebuah tindakan pengkhianatan.
-
Bagaimana Hashim Djojohadikusumo menolak dibantu? Mengetahui akan dibantu, ia jusru meminta untuk membawakan kursinya yang ia pakai sendiri. 'Pak Hashim bilang saya masih kuat kok, kenapa ini harus ditolong segala 😅,' tulis keterangan.
-
Bagaimana cara Bambang menolak kenaikan pangkat? 'Pak, saya mohon dengan sangat. Sudilah Bapak membatalkan niat itu. Saya keberatan menjadi jenderal,' kata Bambang.
Seperti ditulis dalam buku Hoegeng, Polisi idaman dan kenyataan oleh Abrar Yusna dan Ramadhan KH, 1993, Hoegeng langsung meminta penjelasan tentang adanya tawaran menjadi dubes kepada atasannya Menteri Pertahanan/Keamanan Jenderal M Penggabean. Apalagi saat itu masa jabatannya belum habis sebagai Kapolri.
"Pada Jenderal Panggabean saya jelaskan, sayangnya saya bukan orang yang tepat untuk menjadi dubes. Karena itu saya meminta pertimbangan bahwa lebih baik saya diberi tugas lain di dalam negeri saja," kata Hoegeng waktu itu.
Apa jawaban Menhankam? "Di Hankam tak ada lagi pos untuk perwira tinggi bintang empat," katanya
Hoegeng tak ingin mempersulit orang lain. Dia sadar ini risiko yang harus dihadapi jika melawan penguasa. Hoegeng berpendirian, jika tak dipercaya lagi buat apa bertahan meskipun masa jabatannya belum habis.
"Kalau begitu, ya sudah, saya keluar saja!"
Pembicaraan itu ternyata didengar oleh Asisten Pribadi Presiden Soeharto, Jenderal Soejono Hoemardani. Soejono menelepon Hoegeng dan menganjurkannya bicara langsung pada presiden.
Tak lama kemudian, Hoegeng dipanggil menghadap oleh Soeharto ke kediamannya Jalan Cendana No 8 Jakarta. Hoegeng datang ke kediaman Soeharto pukul 10.00 Wib. Soeharto menerima kedatangannya tanpa didampingi siapa pun.
Presiden Soeharto langsung bertanya pada Hoegeng: "Lho bagaimana, Mas, mengenai soal Dubes itu?!"
"Saya tak bersedia jadi Dubes Pak!" jawab Hoegeng. "Tapi tugas apa pun di Indonesia akan saya terima."
Pembicaraan pun langsung dialihkan ke soal lain, ke soal situasi lalu kait-kaitannya dengan pos-pos pemerintahan dan hankam. Pada bagian terakhir ini Presiden Soeharto menegaskan "Di Indonesia tak ada lagi lowongan Mas Hoegeng!"
Maka Hoegeng pun langsung nyeletuk. Dia memilih mundur. Sudah sejak awal Hoegeng sadar dirinya dibuang.
"Kalau begitu saya keluar saja!" Mendengar itu Presiden Soeharto terdiam, Hoegeng juga ikut diam.
Karir Jenderal Hoegeng berakhir sebagai Kapolri. Selama Orde Baru berkuasa, sekadar menghadiri HUT Bhayangkara pun Hoegeng tak boleh. Banyak hal tak enak yang harus dialaminya.
Itulah sekelumit cerita tentang polisi jujur dengan harga diri yang tinggi.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
“Di negara ini hanya ada tiga polisi yang tidak bisa disuap, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng,” kata Gus Dur.
Baca SelengkapnyaHubungan Hoegeng dengan Soeharto memang renggang setelah mengusut kasus korupsi
Baca SelengkapnyaPresiden sudah akan menaikkan pangkatnya bulan Agustus. Tapi dia menolak kesempatan langka menjadi jenderal.
Baca SelengkapnyaPelaku yang belakangan diketahui punya kekerabatan dengan Ibu Tien membuat Soeharto tidak nyaman.
Baca SelengkapnyaSejumlah tokoh militer senior dan sipil kecewa. Mereka mempertanyakan sikap Soeharto yang menyeret ABRI sebagai alat kekuasaan.
Baca SelengkapnyaJenderal ini terkenal sebagai orang yang jujur dan bersih selama mengabdi di Kepolisian, kini namanya terus dikenang dan menjadi sosok teladan.
Baca SelengkapnyaMeski tidak pernah mengungkapkannya ke publik, Soeharto menyimpan nama orang-orang yang dianggap pernah mengkhianatinya.
Baca SelengkapnyaDulu bahu membahu mendirikan Orde Baru bersama Soeharto. Sang Jenderal pecah kongsi kemudian
Baca SelengkapnyaPencopotan Budi Santoso dari Dekan FK Unair ini menuai reaksi publik. Mahasiswa hingga tokoh nasional mengkritik keras keputusan tersebut.
Baca Selengkapnya