Dulu Takut Ketinggian, Kini Anisa Jadi Pilot Hercules dan Hobi Bermanuver Ekstrem
Merdeka.com - Letda Pnb Anisa Amalia Octavia (25) adalah pilot perempuan pertama di Indonesia untuk pesawat jenis Hercules. Lulus Akademi Angkatan Udara (AAU) dan Sekolah Terbang (Sekbang), Anisa ditempatkan di Pangkalan Udara (Lanud) Abdulrachman Saleh Malang.
Perempuan kelahiran Sleman, DI Yogyakarta, 13 Oktober 1994 itu ditempatkan di Skuadron Udara 32, markas pesawat Hercules. Anisa menjalani massa transisi, belajar mendalami seputar pesawat Hercules dan menambah jam terbangnya.
"Perasaannya nano-nao, ada senang, bangga tapi juga ada rasa beban moril juga. Kan pertama jadi contoh nantinya. Kalau misalnya ada adik penerusnya, saya jadi percobaan lah bisa enggak sih saya dikasih Hercules. Jadi ya saya harus semangat lagi bisa menyelesaikan di Hercules ini," kata Anisa kepada merdeka.com di Lanud Abdulrachman Saleh Malang belum lama ini.
-
Siapa pilot wanita itu? Narine Melkumjan, seorang pilot Belanda sukses menjadi perhatian publik.
-
Siapa pilot pertama Indonesia yang terbang setelah kemerdekaan? Adisutjipto menjadi orang Indonesia pertama yang menerbangkan pesawat setelah kemerdekaan. Penerbangan itu terjadi 27 Oktober 1945 pukul 10.00 selama 30 menit.
-
Dimana alutsista TNI AU diuji terbang? Tepat 18 Januari 1956, delapan unit Vampire berhasil menjajal uji terbang dari landasan udara Husein Sastranegara, Bandung.
-
Apa nama pesawat angkut pertama Indonesia? Pesawat DC-3 Dakota kemudian diberi nama 'Seulawah'.
-
Kenapa Serda Adhini terpilih jadi pramugari pesawat kepresidenan? Dengan kombinasi kemampuan militer dan keterampilan pramugari yang dimilikinya, Serda Adhini telah membuktikan dedikasinya dalam menjalani dua profesi yang sangat berbeda dengan keberhasilan yang luar biasa.
-
Siapa yang menjadi pramugari pesawat kepresidenan? Belakangan, ia bahkan dipilih untuk menjadi pramugari pesawat kepresidenan Republik Indonesia, yang seringkali membawa Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin, serta sejumlah menteri dalam tugas-tugas antar pulau dan negara.
Anisa tidak pernah menyangka akan menjadi seorang penerbang, apalagi mempiloti pesawat angkut berat Hercules. Karena sejak awal mengalami phobia ketinggian, bahkan sepanjang hidup hingga lulus AAU tahun 2017 tidak pernah naik pesawat terbang.
"Ibu saya itu takut ketinggian juga, dari kecil itu doktrinnya jangan naik pesawat kalau bepergian, jalan darat saja, takut jatuh. Ibu saya selalu gitu," kisahnya.
"Jadi tidak mungkin banget saya jadi penerbang. Walaupun saya kagum saat melihat penerbang, pesawat itu kayak wah gitu," sambungnya.
Awal Meniti Karir
Anisa lulus SMA Taruna Nusantara tahun 2012 dan sesuai keinginannya sejak awal untuk kuliah di kedinasan. Anisa mengikuti tes di Akademi Kepolisian (Akpol), karena tahun itu memang belum dibuka untuk Taruni (perempuan) TNI, baru Kepolisian. Tetapi ternyata tidak lolos.
Tahun berikutnya sempat akan mencoba Akpol kembali, tetapi ternyata dibuka Taruni Akademi TNI (AAD, AAL dan AAU). Namun saat mendapat informasi ternyata hanya AAU yang belum menggelar tes.
"Mungkin takdir, dua hari sebelum tes dikasih tahu teman dan ikut tes. Akhirnya masuk dan pendidikan," katanya.
Tiga tahun Anisa menempuh pendidikan AAU, setahun di Magelang bersama matra yang lain dan dua tahun di DI Yogyakarta. Anisa kemudian mengikuti Kursus Intensif Bahasa Inggris (KIBI) selama 3 bulan di Halim Perdana Kusuma Jakarta.
Saat itulah, 12 orang Taruni lulusan AUU tahun 2017 diwajibkan tes Sekolah Penerbang (Sekbang). Namun hanya dua dinyatakan lulus, yakni Anisa dan Letda Pnb Mega Coftiana, yang saat ditempatkan di Skuadron Udara 4 untuk pesawat Cassa di Lanud Abdulrachman Saleh Malang.
Saat tes, Anisa jujur menyampaikan alasan kalau orang tuanya tidak memperbolehkan menjadi penerbang, termasuk phobianya pada ketinggian. Tetapi beberapa hari kemudian justru keluar pengumuman namanya dinyatakan lulus tes.
"Padahal saya sudah jujur. Ya sudah saya laksanakan, itu kan sudah perintah, tertulis dari atasan. Saya melaksanakan attitude tes di Yogyakarta, tes untuk bakat minat menjadi penerbang," katanya.
Sejak saat itu, Anisa yang phobia ketinggian merasakan pertama kali naik pesawat terbang. Tetapi sekali naik langsung diajak bermanuver oleh instrukturnya dengan pesawat latih. Bisa dibayangkan, Anisa yang takut ketinggian dan tidak pernah naik pesawat, menjalani cek mental dengan manuver menggunakan pesawat dua awak.
"Dikasih manuver-manuver. Saya pertama terbang, kaku semua badan saya. Tapi saya pura-pura berani saja, soalnya gengsi gitu ditanyain, "Kamu takut tidak? Siap! Tidak'. Makinlah dibolak-balik. Kaki saya tidak bisa gerak, saking kakunya. Mual-mual mau muntah gengsi juga, baru sampai bawah ke kamar mandi," ungkapnya mengingat.
Sejak saat itu juga, Anisa bertekat harus melaksanakan pendidikan Sekbang sampai tuntas. Dalam benaknya tidak mungkin mundur, karena sudah sekian tahapan dijalaninya dan tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan yang sudah diberikan.
"Mau tidak mau harus bisa belajar berusaha melewati menyelesaikan pendidikan itu. Saat pendidikan mau enggak mau mengubah mindset. Midsetnya harus lulus, berhasil, jangan kalah sama yang cowoknya. Begitu lulus, saya dijuruskan ke Skuadron 32 (Hercules)," kisahnya.
Hobi Manuver Ekstrem
Seiring waktu setelah terbang beberapa kali, tidak terasa phobia ketinggiannya pun hilang dengan sendirinya. Sekarang justru sebaliknya, Anisa semakin gila manuver dan berformasi ekstrem.
"Karena kalau saya mempertahankan itu, malah saya terseok-seok di pendidikan. Jadi saya mencoba menghilangkan, saya tuh biar bisa mudah menjalani pendidikan di sana. Akhirnya saya seneng manuver, seneng formasi, yang ektrem-ekstrem itu. Jadi seneng. Enggak tahu kapan phobianya hilang. Ternyata bisa dilawan phobia itu," kisahnya.
Seiring waktu juga, orang tuanya dapat menerima dan legowo dengan status anaknya yang saat ini menjadi seorang pilot. Orang tuanya dengan sepenuh hati mendukungnya sebagai pilot perempuan, yang memang tidak banyak dimiliki oleg bangsa ini.
"Ibu saya mikirnya, sudahlah kalau ibu tetep nggendoli, nahan kamu, entar kamu malah enggak lancar. Ibu juga mengubah mindset, ibu doain kamu daripada mempersusah. Akhirnya orang tua saya setuju, saya masuk AU, jadi pilot," ungkap Sulung dari 3 bersaudara ini.
Anisa kali pertama menerbangkan pesawat latih jenis TP-120, kemudian setelah penjurusan di fix wing berlatih dengan pesawat KT1B. Masing-masing ditempuh dengan 100 jam penerbangan. Belum genap sebulan Anisa di Skuadron Udara 32 dan baru menjalani 6 shorty penerbangan setara 8 jam terbang dengan Hercules C-130.
Saat pertama kali menerbangkan Hercules yang dirasakannya cukup berat dan butuh tenaga. Karena di pesawat sebelumnya yang diketahui masih menggunakan pesawat latih dengan alat kemudi bentuk joystick. Sekuat tenaga dikeluarkan, tetapi tuas power tidak bergerak, padahal friction yang berfungsi meringankan sudah di posisi.
"Instrukturnya bilang, 'Ah kamu gini aja enggak kuat! Saya harus satu tangan memegang kontrol colum buat geraknya pesawat. Satu tangan buat power. Kalau take off gitu enggak boleh pakai dua tangan. Satu angkat pesawat, satunya memajukan atau mendorong pesawat. Dua-duanya harus kuat," ungkapnya.
Setiap sore dan pagi, Anisa pun harus olah raga angkat barbel dan push up agar tangannya bisa kuat mengendalikan tuas pesawat. Tetapi memang tidak hanya dirinya, para pilot yang masih baru semua merasakan berat.
"Yang cowok saja saya tanya, pertama kali terbang bagaimana sih, dulu juga enggak kuat. Ternyata masih bisa dilatih," tegasnya mengaku lega.
Baca juga:Anisa dan Mega, Duo Perempuan Penakluk 'Burung Besi' dari TNI AUTugas Serba Guna TNI di Papua, dari Selamatkan Anak Tenggelam Hingga Jadi GuruAksi Prajurit TNI dalam Latihan Gabungan Dharma Yudha 2019Perjuangan TNI Padamkan Kebakaran Hutan Hingga Salat Beralas DaunTNI AU Bantu Pencarian Pesawat Twin Otter yang Hilang di Papua (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kisah perjuangan wanita jadi pramugari ini curi perhatian.
Baca SelengkapnyaPilot wanita membagikan kisahnya sekaligus momen haru bersama ayah yang pertama kali menaiki pesawat yang dikemudikannya.
Baca SelengkapnyaKisah pilot pesawat tempur pernah dimarahi komandan berujung jadi orang nomor satu di Angkatan Udara.
Baca Selengkapnyatersimpan fakta menarik tentang Happy Asmara yang masih belum terungkap kepada netizen, termasuk kecemasannya terhadap penerbangan
Baca SelengkapnyaPotret eks anggota Paskibraka pembawa baki di Istana Merdeka.
Baca SelengkapnyaAina pun sempat mengaku tidak terbayang sebelumnya akan bekerja sebagai pramugari bus.
Baca SelengkapnyaIa pernah diramalkan tak berumur panjang oleh sang kakek.
Baca SelengkapnyaMayor Kresna bertugas membawa bendera pusaka merah putih dan teks proklamasi dari Lanud Halim Perdanakusuma menuju IKN.
Baca SelengkapnyaHabib Hifni Assegaf menceritakan kisah perjuangan hidupnya sejak lulus dari Akademi Militer hingga menjadi pilot andal di Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaIbu tiga anak ini sudah biasa membawa bus besar sejak 2018 lalu. Sebelumnya ia belajar mengemudi truk saat duduk di bangku SMA.
Baca SelengkapnyaMasa kemerdekaan Indonesia melahirkan cerita sejarah yang beragam dan bahkan belum banyak diketahui. Seperti kisah pesawat Avro Anson yang satu ini.
Baca SelengkapnyaUpacara HUT RI 17 Agustus digelar di Ibu Kota Nusantara
Baca Selengkapnya