Ekonom Paparkan Penyebab Neraca Perdagangan Indonesia Terus Terpuruk
Merdeka.com - Mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier mengatakan, neraca dagang Indonesia kembali mengalami defisit. Penyebabnya, karena Indonesia saat ini tidak memiliki ekspor andalan. Akibatnya, pemerintah tidak bisa menahan defisit.
Dia mengungkap, pada bulan November ini Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit neraca dagang mencapai US$ 2,05 miliar, terparah sejak 2013. Kondisi ini semakin memperhatinkan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Pertama defisit itu utamanya karena ekspor kita melemah, kita tidak punya ekspor andalan, orde baru kita punya komoditas ekspor andalan dan dikawal oleh pemerintah dan itu berhasil (seperti) playwood, tekstil kita jalan. (Sekarang) Ini nggak ada,” kata Fuad dalam diskusi bertajuk 'Menilik Defisit Neraca Perdagangan, Pajak dan Kondisi Bisnis Indonesia' di Media Center Prabowo-Sandi, Jalan Sriwijaya 35, Jakarta Selatan, Rabu (19/12).
-
Siapa ajudan Prabowo Subianto? Pada masa kampanye pilpres beberapa waktu lalu nama Mayor Teddy mendadak naik daun. Ia diketahui merupakan abdi negara yang bertugas sebagai ajudan pribadi Prabowo Subianto. Selain Mayor Teddy, sosok Rajif Sutirto juga ikut viral di masa kampanye pilpres beberapa waktu lalu. Laki-laki yang bertugas sebagai Komponen Cadangan (KC) TNI ini juga menjadi ajudan pribadi Prabowo Subianto bersama Mayor Teddy.
-
Apa jabatan Prabowo Subianto saat ini? Menteri Kementerian Pertahanan (2019-sekarang)
-
Siapa kakek Prabowo Subianto? Ia adalah cucu dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) 46 dan anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
-
Kenapa elektabilitas Prabowo naik? Menurut Saifullah Yusuf, elektabilitas Prabowo terus naik karena cawapres Muhaimin dan PKB tidak efektif mendulang suara.
Dewan Penasihat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi ini menilai kebijakan ekonomi untuk menaikkan nilai ekspor serta valuta asing tak dijalankan dengan baik, serta tidak dikawal seperti pada pemerintahan sebelumnya. Sehingga, kata dia, desifit neraca perdagangan tak terbantahkan.
"Paket kebijakan ekonomi yang sudah bertumpuk itu, itu satu meningkatkan ekspor, satu valuta asing, cuma ini semua di atas kertas, diunumin sendiri enggak jalan," ucap dia.
Politikus Partai Gerindra itu menambahkan, kebijakan penerapan B20 atau pencampuran 20 persen minyak sawit ke solar tidak berdampak besar. Bahkan, biang kerok defisit dagang saat ini paling besar disumbang pada sektor migas. Yaitu, kata Fuad, impor migas per-November masih bengkak dan menyumbang defisit US$ 1,5 miliar. Sepanjang bulan Januari-November pun tercatat defisit sudah mencapai US$ 12,15 miliar atau setara Rp 176 triliun.
"Untuk mengurangi neraca perdagangan makanya ada B20, itu enggak jalan, angka itu tidak pengaruh B20, kalau dikasih B20 rusak mesin kita, itu memang untuk bantu (harga) sawit yang jatuh," ujar Fuad.
Menurutnya, migas selalu menjadi biang kerok defisit neraca perdagangan dikarenakan pada saat ini masih kurang eksplorasi. Sehingga pemerintah selalu melakukan impor Bahan Bakar Minyak (BBM)
"Defisit neraca perdagangan itu berkaitan dengan inpor BBM, kita konsumsi kurang 1,6 juta barel, produksi kita 750 ribu barel, orde baru kita kebalik makanya jadi anggota opec, sekarang kebalik, ini sesuatu yang salah, menurut ahli minyak anda masih banyak (sumber minyak), berarti ada kebijakan eksplorasi yang tidak menenai," paparnya.
Lebih lanjut, perilaku koruptif dari pejabat juga menghambat kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah.
"Karena penyakit korupsi, menegakan pemerataan tidak bisa, melakukan perbaikan ekspor tidak bisa, impor ditekan tidak bisa," tandas Fuad.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meskipun terjaga positif selama 38 bulan beruntun, Sri Mulyani melihat tren ekspor dan impor mulai terjadi pelemahan.
Baca SelengkapnyaCatatan ini memperpanjang daftar surplus selama 41 bulan berturut-turut.
Baca SelengkapnyaTren harga sejumlah komoditas di pasar internasional mengalami kemerosotan.
Baca SelengkapnyaSurplus perdagangan pada Juni 2024 ini diakibatkan nilai ekspor yang masih lebih tinggi daripada impor.
Baca SelengkapnyaBI mengeluarkan data berdasarkan survei konsumen bahwa daya beli masyarakat menurun, khususnya pada kelompok kelas menengah.
Baca SelengkapnyaTransaksi berjalan Indonesia telah mengalami defisit secara terus-menerus dalam dua kuartal terakhir.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD3,48 miliar pada Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaPemerintah perlu memberikan bantuan bagi kelas menengah untuk mendorong daya beli kelompok masyarakat itu kembali bangkit.
Baca SelengkapnyaKekacauan dunia terjadi dipicu oleh potensi resesi Amerika Serikat hingga perang yang terjadi di Eropa dan Timur Tengah
Baca SelengkapnyaNeracar perdagangan Indonesia pada bulan November 2024 tembus USD4,47 miliar atau sekitar Rp64 triliun.
Baca SelengkapnyaKinerja sektor manufaktur Indonesia justru mengalami penurunan di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diklaim tetap kuat.
Baca SelengkapnyaKenaikan inflasi pada sektor transportasi turut memperburuk daya beli masyarakat.
Baca Selengkapnya