Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Eks anggota Gafatar disebut rentan menjadi ateis dan ekstrimis

Eks anggota Gafatar disebut rentan menjadi ateis dan ekstrimis gafatar. ©2016 gafatar.org

Merdeka.com - Kemunculan organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang disinyalir merupakan evolusi beberapa lembaga terlarang di Indonesia, meliputi lembaga kerasulan, Isa Bugis dan Negara Islam Indonesia (NII) menjadi fenomena yang harus disikapi pemerintah dan masyarakat dengan arif.

Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan mengatakan eks anggota Gafatar rentan terhadap radikalisasi secara pemikiran yang bisa berimbas pada perilaku dan tindakan ekstrem secara aplikatif. Sehingga, banyak dari mereka yang pindah ke kelompok radikal ekstremis.

"Ketika mereka sudah lelah, akhirnya mereka pindah ke kelompok radikal yang lebih ekstrem. Jadi, banyak yang akhirnya menyeberang bukan karena insyaf. Tetapi, menyebrang ke tingkat ekstrem yang lebih tinggi, ini yang kita khawatirkan," jelas Ken Setiawan, Selasa (19/1).

Lebih lanjut, dia mengemukakan pemikiran yang sudah teradikalisasi juga rentan untuk disesatkan lagi. Lantaran secara psikologis, bekas pendukung Gafatar diiming-imingi perubahan besar ketika mereka 'hijrah' dari Republik Indonesia.

"Mereka sebenarnya sudah meninggalkan Republik Indonesia yang katanya kafir, jahiliyah, tetapi disana tidak diinginkan. Kemudian, di sini (Gafatar) katanya ada perubahan tapi keduanya nol. Malah, banyak temen-temen yang keluar akhirnya jadi atheis, mereka tidak percaya dengan agama," jelasnya.

Oleh karena itu, kata Ken Setiawan bekas pendukung atau pengikut Gafatar bisa dirangkul masyarakat dan pemerintah. "Orang-orang yang seperti ini (bekas anggota Gafatar) jangan diperlakukan sebagai pelaku kejahatan, karena mereka sebenarnya bagian dari masyarakat kita. Mereka adalah korban yang harusnya dirangkul dan diberikan pencerahan supaya mereka bisa kembali lagi ke masyarakat," katanya.

Dia juga berharap, keluarga sebagai orang terdekat dari orang-orang yang sudah tergabung dalam kelompok tidak memaksakan bekas anggota Gafatar melakukan kegiatan seperti yang diinginkan pihak keluarga. Karena bisa berdampak pada psikologis perseorangan.

"Ada teman keluar, karena dipaksa oleh keluarga yang melihat ini salah. Tetapi, kemudian tidak diberikan solusi atau pencerahan. Sementara pikirannya masih di sana, dia dipaksa di rumah harus melakukan kegiatan seperti yang diinginkan orang tua. Akhirnya mereka depresi, stres dalam waktu yang lama hingga temen ada yang gila," ujarnya.

Tak hanya itu, dia menceritakan, adanya seorang teman yang keluar dari kelompok Gafatar karena mendapatkan tekanan berupa ancaman teror. Sehingga, dia tidak berani keluar karena menganggap teror sebagai ancaman yang menakutkan, akhirnya dalam waktu yamg lama ada yang stress, depresi.

"Ketika dengar suara motor, dia langsung masuk kamar karena takut ada temannya yang akan menjemput atau akan menculiknya," ujarnya.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pemerintah Didorong Segera Bina Eks Anggota Jemaah Islamiyah Agar Tak Kembali Radikal
Pemerintah Didorong Segera Bina Eks Anggota Jemaah Islamiyah Agar Tak Kembali Radikal

Keberlanjutan pembinaan resmi dari Pemerintah inilah yang akan memperkuat komitmen mantan anggota JI.

Baca Selengkapnya
Waspadai Kelompok Intoleran Tunggangi Isu Palestina
Waspadai Kelompok Intoleran Tunggangi Isu Palestina

Perlu diwaspadai isu Palestina menjadi pintu gerbang kelompok intoleran mendapatkan panggung dan perhatian publik.

Baca Selengkapnya
Pernah Ikut Baiat ISIS, Tiga Napi Teroris di Makassar Bersumpah Setia NKRI
Pernah Ikut Baiat ISIS, Tiga Napi Teroris di Makassar Bersumpah Setia NKRI

Tiga narapidana terorisme (napiter) mengucapkan ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Baca Selengkapnya
56 Eks Jamaah Islamiah dan Terpidana Teroris di Sumsel Ikrar Setia ke NKRI
56 Eks Jamaah Islamiah dan Terpidana Teroris di Sumsel Ikrar Setia ke NKRI

Mantan anggota Jamaah Islamih di wilayah Sumatera Selatan dan narapidana teroris mengucapkan sumpah setia ke NKRI

Baca Selengkapnya
Akademisi Ingatkan Bahaya Kelompok Pemecah Belah Bangsa, Jangan Sampai NKRI Dirusak!
Akademisi Ingatkan Bahaya Kelompok Pemecah Belah Bangsa, Jangan Sampai NKRI Dirusak!

Indonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.

Baca Selengkapnya
Waspadai Transformasi Kelompok Pecah Belah Sebarkan Paham Intoleransi di Dunia Maya
Waspadai Transformasi Kelompok Pecah Belah Sebarkan Paham Intoleransi di Dunia Maya

Pergerakan kelompok itu dicurigai dimotori pihak lama yang sudah dilarang oleh Pemerintah

Baca Selengkapnya
Pemerintah Diingatkan Harus Lebih Tegas Tangani Kelompok Anti-Pancasila
Pemerintah Diingatkan Harus Lebih Tegas Tangani Kelompok Anti-Pancasila

Organisasi kelompok anti-Pancasila sudah dibubarkan, tapi sel-sel mereka masih terus bergerak di bawah tanah.

Baca Selengkapnya
Generasi Muda Harus Waspadai Propaganda Kelompok Radikal di Media Sosial
Generasi Muda Harus Waspadai Propaganda Kelompok Radikal di Media Sosial

Seluruh pihak termasuk pemerintah perlu memperkuat sosialisasi beragam jenis informasi kepada kalangan anak muda

Baca Selengkapnya
Dua Orang di Kampar Riau Mengaku Imam Mahdi, Salah Satunya Memiliki Tujuh Istri
Dua Orang di Kampar Riau Mengaku Imam Mahdi, Salah Satunya Memiliki Tujuh Istri

Adanya aliran sesat pria yang mengaku Imam Mahadi itu disampaikan dari Sekretaris MUI Kabupaten Kampar Ustaz Syamsiatir.

Baca Selengkapnya