Eks anggota Gafatar disebut rentan menjadi ateis dan ekstrimis
Merdeka.com - Kemunculan organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang disinyalir merupakan evolusi beberapa lembaga terlarang di Indonesia, meliputi lembaga kerasulan, Isa Bugis dan Negara Islam Indonesia (NII) menjadi fenomena yang harus disikapi pemerintah dan masyarakat dengan arif.
Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan mengatakan eks anggota Gafatar rentan terhadap radikalisasi secara pemikiran yang bisa berimbas pada perilaku dan tindakan ekstrem secara aplikatif. Sehingga, banyak dari mereka yang pindah ke kelompok radikal ekstremis.
"Ketika mereka sudah lelah, akhirnya mereka pindah ke kelompok radikal yang lebih ekstrem. Jadi, banyak yang akhirnya menyeberang bukan karena insyaf. Tetapi, menyebrang ke tingkat ekstrem yang lebih tinggi, ini yang kita khawatirkan," jelas Ken Setiawan, Selasa (19/1).
-
Siapa yang rentan gangguan otak? Orang yang kurang aktif bergerak atau jarang berolahraga lebih berisiko mengalami gangguan otak, seperti demensia.
-
Siapa yang berisiko gangguan mental? Data statistik menunjukkan bahwa 47 persen perempuan memiliki risiko mengalami masalah kesehatan mental dibandingkan dengan laki-laki.
-
Siapa yang berisiko mengalami kerusakan otak? Kerusakan pendengaran pada orang dewasa yang lebih tua juga dikaitkan dengan masalah otak, seperti Alzheimer dan kerusakan jaringan otak.
-
Siapa yang rentan alami gangguan mental? Sebuah studi juga menyebutkan masalah kesehatan mental pada remaja berhubungan dengan tingkat pendidikan dan wilayah tempat tinggal
-
Siapa yang berisiko mengalami keterbelakangan mental? Orang yang memiliki riwayat kelainan genetik pada keluarganya, bisa melakukan tes genetik sebelum pembuahan.
-
Siapa yang bisa mengalami pikiran intrusif? Walaupun pikiran intrusif sering kali dianggap sebagai hal yang normal dan bisa dialami oleh siapa saja, ada kalanya mereka menjadi sangat mengganggu hingga mulai mengambil alih kehidupan sehari-hari seseorang.
Lebih lanjut, dia mengemukakan pemikiran yang sudah teradikalisasi juga rentan untuk disesatkan lagi. Lantaran secara psikologis, bekas pendukung Gafatar diiming-imingi perubahan besar ketika mereka 'hijrah' dari Republik Indonesia.
"Mereka sebenarnya sudah meninggalkan Republik Indonesia yang katanya kafir, jahiliyah, tetapi disana tidak diinginkan. Kemudian, di sini (Gafatar) katanya ada perubahan tapi keduanya nol. Malah, banyak temen-temen yang keluar akhirnya jadi atheis, mereka tidak percaya dengan agama," jelasnya.
Oleh karena itu, kata Ken Setiawan bekas pendukung atau pengikut Gafatar bisa dirangkul masyarakat dan pemerintah. "Orang-orang yang seperti ini (bekas anggota Gafatar) jangan diperlakukan sebagai pelaku kejahatan, karena mereka sebenarnya bagian dari masyarakat kita. Mereka adalah korban yang harusnya dirangkul dan diberikan pencerahan supaya mereka bisa kembali lagi ke masyarakat," katanya.
Dia juga berharap, keluarga sebagai orang terdekat dari orang-orang yang sudah tergabung dalam kelompok tidak memaksakan bekas anggota Gafatar melakukan kegiatan seperti yang diinginkan pihak keluarga. Karena bisa berdampak pada psikologis perseorangan.
"Ada teman keluar, karena dipaksa oleh keluarga yang melihat ini salah. Tetapi, kemudian tidak diberikan solusi atau pencerahan. Sementara pikirannya masih di sana, dia dipaksa di rumah harus melakukan kegiatan seperti yang diinginkan orang tua. Akhirnya mereka depresi, stres dalam waktu yang lama hingga temen ada yang gila," ujarnya.
Tak hanya itu, dia menceritakan, adanya seorang teman yang keluar dari kelompok Gafatar karena mendapatkan tekanan berupa ancaman teror. Sehingga, dia tidak berani keluar karena menganggap teror sebagai ancaman yang menakutkan, akhirnya dalam waktu yamg lama ada yang stress, depresi.
"Ketika dengar suara motor, dia langsung masuk kamar karena takut ada temannya yang akan menjemput atau akan menculiknya," ujarnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keberlanjutan pembinaan resmi dari Pemerintah inilah yang akan memperkuat komitmen mantan anggota JI.
Baca SelengkapnyaPerlu diwaspadai isu Palestina menjadi pintu gerbang kelompok intoleran mendapatkan panggung dan perhatian publik.
Baca SelengkapnyaTiga narapidana terorisme (napiter) mengucapkan ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Baca SelengkapnyaMantan anggota Jamaah Islamih di wilayah Sumatera Selatan dan narapidana teroris mengucapkan sumpah setia ke NKRI
Baca SelengkapnyaIndonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.
Baca SelengkapnyaPergerakan kelompok itu dicurigai dimotori pihak lama yang sudah dilarang oleh Pemerintah
Baca SelengkapnyaOrganisasi kelompok anti-Pancasila sudah dibubarkan, tapi sel-sel mereka masih terus bergerak di bawah tanah.
Baca SelengkapnyaSeluruh pihak termasuk pemerintah perlu memperkuat sosialisasi beragam jenis informasi kepada kalangan anak muda
Baca SelengkapnyaAdanya aliran sesat pria yang mengaku Imam Mahadi itu disampaikan dari Sekretaris MUI Kabupaten Kampar Ustaz Syamsiatir.
Baca Selengkapnya