Epidemiolog: Herd Immunity Kian Sulit Dicapai Jika Varian Lebih Menular Terus Beredar
Merdeka.com - Epidemiolog dari Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, mengungkapkan upaya mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok kian berat dengan kehadiran varian baru yang memiliki tingkat penularan lebih cepat. Sebab menurutnya, herd immunity berkaitan dengan tingkat penularan virus.
Seperti diketahui, sejumlah varian Covid-19 terdeteksi di Indonesia. Seperti Alfa, Beta, Delta dan yang terbaru Kappa. Tetapi saat ini, varian Delta mendominasi penularan Covid-19 di Tanah Air.
Tiap varian, lanjut dia, punya tingkat penularan yang berbeda. Biasanya disebut sebagai bilangan reproduksi dasar (R0).
-
Bagaimana cara virus Corona varian Omicron bermutasi? Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bentuk virus apa saja? Bentuk virus berbeda-beda ada yang bulat, batang polihidris, dan seperti huruf T.
-
Kapan gelombang puncak Covid-19 di Indonesia? Data Satgas Penanganan Covid-19 mencatat ada dua kali gelombang puncak yang menghantam Indonesia selama kurun 3 tahun terakhir ini.Gelombang pertama pada 15 Juli 2021 akibat varian Delta dengan rata-rata laporan positif harian 16.041 kasus, dan 16 Februari 2022 oleh varian Omicron sebanyak 18.138 kasus.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Virus itu apa? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
"R0 menunjukkan tingkat penularan virus. Misalnya virus yang Wuhan yang original, R0-nya antara 2-3. Artinya satu dari orang yang terinfeksi virus original itu bisa menularkan ke sebanyak 2 sampai 3 orang. Nanti orang yang ditulari akan menularkan lagi ke 2 sampai 3 orang lain," jelas dia kepada Merdeka.com, Selasa (13/7).
"Sedangkan varian Delta ini lebih menular lagi. R0-nya hampir 2 kali lipat dari varian original. Perkiraannya yang Delta ini 6,5 (R0-nya). Jadi satu orang bisa menulari 6-7 orang lain. Kalau Alfa R0-nya 5,6," lanjut dia.
Untuk mencapai herd immunity terhadap virus, ada hitungannya. Lewat hitung-hitungan tersebut dapat ditentukan berapa persen jumlah populasi yang harus divaksin untuk mencapai herd immunity.
"Ada hitungannya, berapa persen untuk mencapai herd immunity. (Rumusnya) 1 dikurangi 1/R0. Satu dikurangi satu per R0. Kalau virus Wuhan, dengan mengisi R0 sekitar 3,3 lah, 1 dikurangi 1/3,3 ketemu angka 70 persen. Tapi kalau yang Delta ketika dimasukkan rumusnya 1 dikurangi 1/6,5 ketemunya 84,5 persen. Kalau dibulatkan 85 persen."
Butuh 85% Populasi Divaksin untuk Capai Herd Immunity
Dari perhitungan tersebut, dapat dilihat untuk mencapai herd immunity terhadap varian Covid yang muncul awal di Wuhan, jumlah populasi yang divaksin harus mencapai 70 persen. Sedangkan untuk varian Delta harus mencapai 85 persen populasi.
"Artinya kalau yang beredar luas varian Delta, maka kita akan lebih berat lagi mencapai herd immunity. Karena tidak cukup 70 persen untuk divaksinasi harus 85 persen. Lebih mahal kan. Karena 85 persen penduduk harus divaksinasi," terang dia.
Karena itu, Indonesia tidak boleh membiarkan kehadiran varian-varian baru yang lebih menular beredar luas. Sebab akan berdampak pada tingkat vaksinasi yang harus dicapai.
"Nanti kalau sampai yang beredar ini Delta makin berat lagi. Kita makin sukar mencapai herd immunity. Karena makin banyak orang yang harus divaksinasi. Makin mahal. Padahal vaksin-vaksin kita belum produksi kita sendiri. Kita harus impor. Jadi makin menular, maka untuk mencapai herd immunity harus makin banyak populasi yang divaksin," tandas dia.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca SelengkapnyaKemenkes meminta pelayanan kesehatan meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Covid-19.
Baca SelengkapnyaTerjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaTjandra Yoga Aditama mengatakan, tren peningkatan laju kasus Covid-19 di Indonesia dan sejumlah negara lain masih perlu diwaspadai.
Baca SelengkapnyaVarian JN.1 merupakan pemicu lonjakan Covid-19 di Singapura.
Baca Selengkapnyamengonfirmasi tren kasus mingguan Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaPB IDI mengimbau masyarakat untuk menerapkan lagi protokol kesehatan seperti memakai masker dan menghindari kerumunan.
Baca SelengkapnyaWHO saat ini memonitor berbagai varian yang banyak ditemui.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaPenemuan kasus yang dihimpun per tanggal 6-23 Desember 2023 sebanyak 5 kasus.
Baca Selengkapnya