Epidemiolog Sarankan Kebijakan Pengendalian Covid-19 Berdasarkan Sains
Merdeka.com - Epidemiolog Griffith, Dicky Budiman meminta pemerintah mengambil kebijakan pengendalian Covid-19 melalui vaksinasi berdasarkan sains. Langkah ini bisa membuat Indonesia berhasil menangani pandemi Covid-19.
"Kalau pemerintah mau berhasil sebagaimana negara lain yang berhasil harus berbasis sains setiap strateginya. Bahkan yang terkecil sekalipun. Apalagi ini vaksin program besar," katanya dalam diskusi virtual, Sabtu (27/2).
Dicky mengambil contoh negara Queensland. Queensland, kata dia, menempatkan poster Covid-19 hingga hand sanitizer berdasarkan riset.
-
Apa wejangan dari ibu? Ingat! Pokoknya kalau di dalam satu rumah tangga, di dalam satu rumah itu hanya ada satu kepala keluarga dalam satu keluarga itu sendiri', ucap sang ibu. Menurutnya, bila hidup bersama dengan orang yang bukan keluarga inti seperti mertua, orang tua atau saudara akan membuat rumah tangga bisa jadi tidak sehat.
-
Apa pesan penting ibu untuk anaknya? 'Lakukan yang terbaik bagi keluargamu, maka kebahagiaan itu menjadi milikmu.'
-
Apa yang ingin ibu sampaikan melalui kata-kata bijak? Melalui kata-kata penuh makna ini, seorang ibu berusaha membimbing anaknya menuju jalan yang benar dan mempersiapkan mereka menghadapi berbagai tantangan hidup.
-
Apa pesan Ipuk untuk tenaga kesehatan Banyuwangi? Berikan pelayanan yang baik. Jangan sampai muncul keluhan pelayanan buruk karena tidak ramah atau pun pelayanannya lama. Mari sama-sama berbenah, berkomitmen membangun Banyuwangi lebih baik lagi.
-
Kenapa pesan itu ditulis? “Tampaknya itu cara dia berbicara,“ kata Price kepada The Times of Israel, dikutip Senin (3/7).
-
Siapa yang beri saran itu? Laporan terbaru dari Tiongkok, salah satu pasar terbesar Apple, menyoroti kekhawatiran yang diajukan oleh beberapa toko resmi Apple.
"Jadi tidak berdasarkan keinginan atau asumsi," sambungnya.
Menurut kolaborator sains LaporCovid-19 ini, Indonesia tidak perlu melakukan riset untuk mengambil setiap kebijakan pengendalian Covid-19. Pemerintah hanya perlu belajar hasil riset negara maju.
Atau pemerintah mendengarkan masukan dari akademisi yang memahami tentang upaya pengendalian Covid-19.
"Tentu kita sebagai akademisi sangat siap untuk membantu itu. Ini yang disampaikan sifatnya ilmiah. Kita harus belajar sebagai negara ini jangan melihat ketika ada kritik dilihat sebagai sikap oposisi, bukan. Apalagi kita sebagai akademisi. Kita memberikan masukan berdasarkan sains," tutupnya.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaJangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan.
Baca SelengkapnyaAhli epidemiologi molekuler membuat heboh dengan pernyataan muncul gelombang pandemi 2.0.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaKemenkes RI mengimbau masyarakat untuk bersikap kritis dan bijak dalam menggunakan teknologi AI terutama untuk diagnosis penyakit.
Baca SelengkapnyaPenularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.
Baca Selengkapnya