Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Epidemiolog UI: Kebijakan Tak Perlu Syarat Tes PCR dan Antigen Sudah Tepat

Epidemiolog UI: Kebijakan Tak Perlu Syarat Tes PCR dan Antigen Sudah Tepat Libur Nataru, Penumpang Bus AKAP Wajib Tes Antigen. ©2021 Merdeka.com/Iqbal Septian Nugroho

Merdeka.com - Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono menilai kebijakan pemerintah tidak menerapkan kewajiban tes PCR maupun antigen bagi perjalanan domestik sudah tepat. Menurutnya, kunci pengendalian pandemi Covid-19 ada pada vaksinasi lengkap.

Saat ini, data Kementerian Kesehatan menunjukkan, vaksinasi Covid-19 dosis lengkap di Indonesia mencapai 71,23 persen.

"Ya, sudah tepat. Yang penting imunitas penduduk dengan vaksinasi. Persyaratannya kan harus vaksinasi lengkap," katanya melalui pesan singkat, Selasa (8/3).

Orang lain juga bertanya?

Pandu berpendapat, tak masalah pemerintah meniadakan kewajiban tes PCR maupun antigen bagi perjalanan domestik di tengah kasus kematian akibat Covid-19 masih tinggi. Hampir sebagian kasus kematian saat ini belum divaksinasi dan memiliki banyak komorbid.

"Hampir separuh kematian itu lebih banyak komorbid dan tidak divaksinasi. Maka kebijakan persyaratan vaksinasi jadi lebih penting karena bisa tekan kematian," ucapnya.

Sebelumnya, Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman mengkritisi kebijakan pemerintah meniadakan kewajiban tes PCR maupun antigen bagi perjalanan domestik. Menurutnya, pemerintah terlalu terburu-buru melonggarkan aktivitas masyarakat.

"Ini kan membuat potensi adanya varian baru menjadi besar," katanya saat dihubungi, Selasa (8/3).

Dicky mengatakan, posisi Indonesia saat ini masih rawan terhadap penularan Covid-19. Hal ini terlihat dari data vaksinasi Covid-19 primer lengkap baru 71,23 persen dan booster hanya 6,10 persen dari target 208.265.720.

Belum lagi, angka kasus kematian akibat Covid-19 harian masih tinggi. Data Senin (7/3) kemarin, kematian harian tercatat bertambah 258 orang.

"Masih terlalu rawan menurut saya, belum solid," ujarnya.

Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung ini berpendapat, kebijakan pemerintah melonggarkan aktivitas bisa memperpanjang masa pandemi Covid-19. Sebab, varian baru yang muncul akibat pelonggaran aktivitas bisa berpotensi menurunkan efikasi vaksin dan menghambat penanganan pandemi Covid-19.

"Tidak ada jaminan bahwa varian berikutnya lebih lemah, tidak ada. Virus ini tidak melemah, bahkan dia kalau dibiarkan bersirkulasi lebih pintar, nanti menghilangkan efektivitas vaksin yang ada, kan rugi kita. Makin panjang lagi nanti masa pandeminya," jelasnya.

Dicky menyebut, sebetulnya ada tiga indikator untuk melonggarkan aktivitas masyarakat. Pertama, cakupan vaksinasi primer lengkap mencapai 90 persen serta booster minimal 50 persen.

Kedua, angka reproduksi efektif atau Rt Covid-19 di bawah 1, positivity rate kurang dari 1 persen, dan keterisian tempat tidur rumah sakit rujukan Covid-19 di bawah 10 persen. Selain itu, angka kematian Covid-19 di bawah 1 persen per 1.000.000 atau 100.000 penduduk.

"Ketiga kesiapan dari sisi individu, masyarakat, maupun lingkungan. Bagaimana? Kalau masyarakat dan individu, yang namanya personal memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan. Kalau demam, batuk, tidak pergi kerja, tidak pergi-pergi, ini harus terbangun, ini harus ada literasi," terangnya.

Sebelum melonggarkan aktivitas masyarakat, kesadaran pengelola perkantoran juga harus terbangun. Misalnya, pekantoran memiliki fasilitas cuci tangan dan memastikan terjadi pertukaran udara yang baik dalam gedung.

Di saat bersamaan, pemerintah harus memperkuat surveilans bagi masyarakat. Meskipun kebijakan penghapusan tes PCR maupun antigen bagi perjalanan domestik diterapkan, surveilans harus tetap dijalankan untuk melihat situasi penularan Covid-19.

"Prinsipnya harus ada penguatan di aspek lain ketika bepergian tidak pakai tes harus ada penguatan surveilans," tutupnya.

(mdk/fik)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Dinkes DKI Temukan 2 Kasus Kematian Covid-19
Dinkes DKI Temukan 2 Kasus Kematian Covid-19

Dua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster

Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.

Baca Selengkapnya
Klaim Tak Ada Kaitan Vaksin AstraZeneca dengan Kasus TTS, Komnas KIPI Sebut Sudah Surveilans di 7 Provinsi
Klaim Tak Ada Kaitan Vaksin AstraZeneca dengan Kasus TTS, Komnas KIPI Sebut Sudah Surveilans di 7 Provinsi

Hinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.

Baca Selengkapnya
Waspada Covid Lagi, Begini Imbauan dari Kemenkes dan Ahli
Waspada Covid Lagi, Begini Imbauan dari Kemenkes dan Ahli

Masyarakat diminta lakukan pola hidup bersih dan sehat

Baca Selengkapnya
Menkes Ungkap Asal Usul Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di RI
Menkes Ungkap Asal Usul Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di RI

Saat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.

Baca Selengkapnya
Dinkes DKI Pastikan Kenaikan Covid-19 Tak Berkaitan dengan Pneumonia Misterius
Dinkes DKI Pastikan Kenaikan Covid-19 Tak Berkaitan dengan Pneumonia Misterius

Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Sebut Belum Ada Mutasi Baru Covid-19 Meski Varian JN.1 Sudah Menyebar di RI
Kemenkes Sebut Belum Ada Mutasi Baru Covid-19 Meski Varian JN.1 Sudah Menyebar di RI

Penularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.

Baca Selengkapnya
Menkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan
Menkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan

Budi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 di Indonesia Kembali Meningkat
Kasus Covid-19 di Indonesia Kembali Meningkat

mengonfirmasi tren kasus mingguan Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan.

Baca Selengkapnya
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam

Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.

Baca Selengkapnya
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa

Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.

Baca Selengkapnya