Epidemiolog Ungkap Gejala Pasien Terjangkit Varian Covid-19 Omicron
Merdeka.com - Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia Dicky Budiman mengungkap gejala yang muncul pada pasien terinfeksi Omicron atau varian B.1.1.529. Pada pasien yang sudah mendapatkan vaksinasi, gejala yang dialaminya ringan.
Seperti demam, nyeri otot, sakit tenggorokan, batuk. Gejala ini hampir mirip dengan pasien terjangkit varian Delta.
"Tapi untuk yang belum divaksinasi, terutama pada lansia, itu (gejalanya) parah," katanya kepada merdeka.com, Minggu (28/11).
-
Apa yang terjadi pada virus Corona varian Omicron di tubuh pria tersebut? Selama 20 bulan masa infeksi, dokter mencoba segala cara untuk membantu pria lanjut usia tersebut, namun tidak ada upaya yang berhasil.Tubuhnya tidak dapat memberikan respons kekebalan yang cukup kuat untuk melawan virus Corona, bahkan dengan bantuan obat antibodi sekalipun.
-
Siapa yang berisiko tinggi mengalami serangan jantung? Seseorang dengan risiko tinggi mengalami serangan jantung mendadak biasanya menunjukkan sejumlah tanda fisik yang bisa kita kenali.
-
Siapa yang berisiko tinggi mengalami kejang demam? Anak-anak usia 6 bulan hingga 5 tahun memiliki risiko tinggi mengalami kejang demam, terutama ketika mereka mengalami demam tinggi.
-
Siapa yang semakin rentan terkena jantung? 'Penyakit jantung kini semakin banyak ditemukan pada usia yang lebih muda, padahal sebenarnya risiko mereka seharusnya jauh lebih rendah,' ungkap Nadia.
-
Apa saja gejala yang dialami pasien pertama Covid-19? Setelah kembali ke Depok, NT mulai merasakan gejala seperti batuk, sesak, dan demam selama 10 hari. Ia berobat ke RS Mitra Depok dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
-
Siapa yang paling rentan terkena penyakit jantung koroner? Penyakit arteri koroner atau yang juga dikenal sebagai jantung koroner berperan pada hampir 16% dari total kematian di dunia.
Saat terpapar Omicron, pasien yang belum mendapatkan vaksinasi atau lansia bisa mengalami denyut jantung tinggi. Mereka cenderung membutuhkan tindakan pertolongan segera.
Dicky menyebut, Omicron dinilai tidak menyebabkan keparahan. Namun, varian ini lebih cepat menular daripada Delta. Kecepatan transmisi ini bisa berpotensi membebani fasilitas kesehatan.
"Ini harus diwaspadai," tegasnya.
Menurut mantan Kepala Kerjasama Bilateral Kesehatan Kementerian Kesehatan ini, Omicron sudah menyebar di banyak negara. Di antaranya Afrika Selatan, Bostwana, Inggris, Hong Kong, Italia, Israel, dan Belgia.
Pemerintah Indonesia harus segera mengambil langkah mitigasi untuk mencegah masuknya Omicron. Seperti melakukan skrining ketat di pintu kedatangan pelaku perjalanan internasional, meningkatkan surveilans genomik, testing, tracing, vaksinasi, dan 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun/hand sanitizer, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, menghindari kerumunan).
"Kemudian juga, hal lain tampaknya dari sisi pemeriksaan PCR. Pemeriksaan PCR yang hanya mendeteksi protein S ini akan tidak bisa mendeteksi (Omicron), bisa luput. Sehingga harus memastikan bahwa PCR mesin yang digunakan adalah mendeteksi dua jenis protein," tutupnya.
Omicron pertama kali terdeteksi di Botswana, negara di Afrika bagian selatan. Varian ini memiliki 32 mutasi. Salah satu mutasinya terdeteksi di Cambridge, Inggris. Berdasarkan penelitian di Cambridge, Omicron berpotensi lebih infeksius dan menurunkan efikasi vaksin.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaPasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.
Baca Selengkapnyamengonfirmasi tren kasus mingguan Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaKemenkes meminta pelayanan kesehatan meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Covid-19.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaRencana pemberian booster ketiga ini buntut kembali meningkatnya kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaHingga 19 Desember 2023, jumlah kasus Covid-19 JN.1 mencapai 41 kasus.
Baca SelengkapnyaImbauan ini untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 jelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 bisa meluas jika masyarakat tidak mengindahkan pola hidup sehat dan menjaga jarak
Baca SelengkapnyaMycoplasma Pneumonia bisa dicegah dengan vaksinasi dan jaga jarak.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca Selengkapnya