Eyang Lestari, bekas tapol 1965 berpulang
Merdeka.com - Lestari (83), bekas tahanan politik dalam pergolakan 1965, berpulang. Eks pengurus Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) itu menutup mata di Panti Waluya Sejati Abadi di Jl Kramat V nomor 1C, Jakarta Pusat, pada Minggu (28/12) sekitar pukul 18.00 Wib.
Informasi ini disampaikan sejumlah aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) lewat media sosial. "Dia meninggalkan kami secara fisik. Tapi semangat dan warisan dalam perjuangan untuk kebenaran, keadilan, martabat dan kesejahteraan tinggal tetap. R.I.P. Ibu Lestari," kata Ketua Ikatan Keluarga Orang Hilang, Mugiyanto, lewat akun Facebook-nya.
Pada September 2012 silam, merdeka.com pernah menemui Eyang Lestari, demikian dia biasa dipanggil, di Panti Waluya Sejati Abadi untuk kepentingan wawancara. Cerita demi cerita pun mengalir lancar dari mulut ibu lima anak yang kala itu berusia 81 tahun.
-
Siapa yang sedang berduka? Keluarga sendiri Insha Allah tabah, ikhlas tadi juga tahlilan dihadiri sama keluarga dan tetangga,' katanya.
-
Siapa yang meninggal? Dokter tim yang sangat berdedikasi, Rafi Ghani, telah meninggal dunia pada Senin malam, 23 Desember 2024, di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.
Tutur katanya santun dan jelas. Tubuh wanita itu sudah agak bungkuk, namun ingatannya masih tajam. Menyambut kedatangan merdeka.com di Panti Jompo Waluyo Sejati Abadi, dengan ramah Lestari menghidangkan kue dalam stoples dan air mineral gelas. Kisah yang selama puluhan tahun tabu diceritakan itu pun dimulai.
"Mbah dianggap pemberontak oleh Soeharto . Dianggap mau makar. Padahal seumur hidup mbah tak pernah angkat senjata. Bagaimana bisa makar?" katanya, pekan lalu saat menerima wartawan merdeka.com, Ramadhian Fadillah dan Islahuddin.
Lestari pertama kali bergabung dengan pengurus Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Saat itu usianya baru 20 tahun. Dia sempat menjadi Ketua Cabang Bojonegoro. Lalu karena dianggap berprestasi, dia kemudian ditarik menjadi pengurus tingkat provinsi di Surabaya, Jawa Timur. Di sinilah dia kemudian menikah dengan Suwandi, Ketua Comite Daerah Besar (CDB) Partai Komunis Indonesia (PKI).
Lestari muda tentu tak seringkih sekarang. Dulu dia begitu bersemangat memperjuangkan program-program Gerwani. Berbagai program yang menjadi fokus Gerwani saat itu adalah memperjuangkan buruh dan petani, membuat pendidikan politik untuk perempuan, serta memperjuangkan undang-undang perkawinan yang dianggap merugikan perempuan. Gerwani juga sempat membangun taman kanak-kanak yang ada di setiap kecamatan.
"Sambutan dari masyarakat saat itu bagus sekali. Terutama untuk pendidikan dan taman kanak-kanak," katanya mengenang.
Periode 1960an, hubungan PKI dan Gerwani semakin erat. Gerwani mendukung kebijakan politik PKI. PKI pun menyerahkan sisa suaranya di parlemen untuk Gerwani. Karena itu Gerwani punya wakil di DPR. Cap underbouw PKI pun makin melekat pada Gerwani.
"Memang banyak pengurus Gerwani yang juga menjabat di PKI," ujar Lestari.
Tibalah September kelam tahun 1965 itu. Lestari tidak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba semuanya berubah drastis. Anggota PKI, Gerwani, Pemuda Rakyat, Barisan Tani Indonesia, dan semua underbouw PKI diburu. Mereka semua dituduh terlibat pembunuhan para jenderal di Lubang Buaya.
"Padahal kami tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Suami saya masuk daftar orang yang paling banyak dicari. Dia kan orang PKI nomor satu di Jawa Timur," jelas Lestari.
Lestari lari dari Surabaya. Hidupnya berpindah-pindah untuk menghindari kejaran tentara dan massa anti-PKI. Suasana di Jawa Timur dan Jawa Tengah panas. Lestari ingat saudaranya lurah di Nganjuk, Jawa Timur tewas dibantai tanpa pengadilan. Hanya karena dicap PKI.
Akhirnya para pelarian PKI berkumpul di Blitar Selatan. Di sini, Lestari tinggal selama dua tahun. Dia menggambarkan Blitar saat itu masih sangat terbelakang. Kondisi hutan dan gua di sana dianggap ideal untuk pelarian.
Tentara kemudian menggelar operasi Trisula untuk mengejar pelarian PKI di Blitar Selatan. Operasi gabungan ini berhasil menghabisi dan menangkap para anggota PKI yang tersisa. Lestari dan suaminya tertangkap tahun 1968 saat bersembunyi di dalam gua.
Lestari lalu dibawa ke tahanan wanita di Malang. Dia tidak pernah diadili. Tapi ditahan selama 11 tahun dalam penjara di Malang. Dia baru bebas tahun 1979. Sementara suaminya akhirnya meninggal dunia tahun 1984 di penjara.
Setelah bebas bukan berarti hidup Lestari enak. Sebagai eks tahanan politik, dia ditolak di mana-mana. Apalagi saat itu pemerintahan Soeharto tak begitu saja melupakan dosa lawan politiknya. Ada tanda ET di KTP Lestari dan mantan anggota PKI lain. ET artinya eks-Tapol. Jangan harap dapat pekerjaan layak jika punya KTP bertanda ET ini. Lestari kehilangan anaknya serta keluarganya. Dia sempat hidup berpindah-pindah.
Akhirnya atas jasa suami Megawati Soekarnoputri, Taufiq Kiemas, para eks tapol 1965, dibuatkan sebuah panti jompo. Panti jompo itu dinamakan Panti Waluya Sejati Abadi di Jl Kramat V nomor 1C, Jakarta Pusat. Presiden Abdurrahman Wahid yang meresmikannya tahun 2004. Para mantan tapol ini kini punya rumah. Sekarang ada 11 eks tapol yang tinggal di sana.
Hubungan para eks tapol itu dengan warga sekitar cukup baik. Jika kebetulan Lestari masuk TV, besoknya pasti satu pasar di Kramat Raya heboh.
"Weeeii, si mbah kemarin masuk TV," canda mereka. Lestari hanya tertawa.
Kini Lestari ingin hidup tenang menghabiskan sisa hidupnya. Dia ikhlash menerima penderitaannya selama puluhan tahun disiksa Orde Baru. Tapi dia menolak satu hal.
"Mbah tidak pernah makar," katanya yakin.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Eddy sebelumnya terjert kasus dugaan suap pengadaan barang dan jasa Pemkot Batu.
Baca SelengkapnyaJenazah Gembong, saat ini berada di rumah duka Jalan Peninggalan Timur, Kebayoran Lama Utara.
Baca SelengkapnyaMeninggal karena serangan jantung. Ketika salat sunnah sesudah salat Zuhur berjamaah
Baca SelengkapnyaJenazah Solihin GP rencananya akan dibawa ke rumah keluarga besar di Jalan Cisitu Indah, Dago, Bandung.
Baca SelengkapnyaMomen serah terima jabatan (sertijab) Komandan Pusat Polisi Militer (Danpuspom) TNI
Baca SelengkapnyaSeorang lagi anggota Kelompok Petugas Pemungutan Suara (KPPS) meninggal dunia, Sabtu (17/2).
Baca SelengkapnyaKetua Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia (PSIK Indonesia) Yudi Latif mengaku keget mendengar kabar sahabatnya berpulang.
Baca SelengkapnyaMantan ajudan Presiden Soeharto ini mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Eka Hospital Cibubur.
Baca SelengkapnyaPanglima TNI Laksamana Yudo Margono menghadiri acara 40 hari wafatnya mantan anggota Komisi I DPR RI Bambang Kristiono pada Senin (28/8) lalu.
Baca SelengkapnyaAktris lama Wati Siregar meninggal dunia di Kota Depok, Provinsi Jawa Barat, pada Minggu dini hari.
Baca SelengkapnyaKetua Fraksi PDIP DKI Jakarta Gembong Warsono tutup usia pada Sabtu (14/10) dini hari pukul 01.32 WIB.
Baca Selengkapnya