Fakta di Balik Kasus Lumpuh dan Kematian Usai Vaksinasi Covid-19
Merdeka.com - Dua warga Banyumas, Jawa Tengah, dilaporkan meninggal dunia setelah mengikuti vaksinasi Covid-19 bagi lansia tahap pertama pada Senin (8/3). Sehari setelah disuntik vaksin Covid-19, kedua lansia itu dibawa ke RSUD Banyumas karena mengalami serangan jantung pada Selasa (9/3).
Keduanya kemudian dinyatakan meninggal dunia. Pihak Dinkes Banyumas menyatakan mendapat keduanya kritis setelah dibawa ke RSUD Banyumas.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Yulianto Prabowo menyebut kedua lansia itu meninggal dunia bukan karena efek kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), vaksinasi Covid-19. Menurut Yulianto, kedua lansia itu meninggal karena serangan jantung.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Kenapa mpox bukan efek samping vaksin COVID-19? Jadi, penyakit Mpox ini tidak dapat dikatakan karena efek samping dari vaksin COVID-19. Itu tidak ada hubungannya,' tegas Syahril.
-
Siapa yang menyatakan bahwa mpox bukan efek samping vaksin? Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, menjelaskan bahwa mpox dan Covid-19 merupakan dua penyakit yang berbeda.
-
Apa dampaknya jika anak tidak divaksinasi? Tidak memberi vaksin pada anak bisa menyebabkan sejumlah dampak kesehatan yang tidak diinginkan.
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
-
Apa yang menyebabkan beberapa orang tidak terinfeksi Covid-19? Berdasarkan analisis aktivitas genetik dalam jaringan hidung dan darah orang yang tidak berhasil terinfeksi SARS-CoV-2, tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
"Setelah kita cek ternyata almarhum punya penyakit penyerta serangan jantung," kata Yulianto di Semarang, Senin (15/3).
Dia menjelaskan, secara keseluruhan, selama proses vaksinasi sampai saat ini sejumlah warga mengeluhkan efek samping yang ditimbulkan. Efek samping itu mulai dari nyeri pada lengan tangan sampai mengantuk.
Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), memberikan penjelasan terkait kasus kematian dua lansia tersebut. Ketua Komnas KIPI Hindra Irawan Satari menyebut, dua lansia tersebut meninggal bukan karena vaksinasi Covid-19.
"KIPI dua lansia di Banyumas tidak disebabkan oleh imunisasi, namun menunjukkan gejala stroke," kata Hindra saat dihubungi merdeka.com, Selasa (16/3).
Menurut dia, kedua lansia itu telah memenuhi seluruh tahapan skrining kesehatan sebelum disuntik vaksin. Hindra menyebutkan, hasil skrining kedua lansia itu tidak mengidap 5 dari 11 penyakit kronik dan komorbid.
"Tidak (tidak memiliki 5 dari 11 penyakit kronik komorbid). Yang kami audit, lansia tersebut meninggal karena stroke dan tidak terkait vaksinasi," kata Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.
Lima dari 11 penyakit seperti Hipertensi, diabetes, kanker, penyakit paru kronis, serangan jantung, gagal jantung kongestif, nyeri dada, asma, nyeri sendi, stroke dan penyakit ginjal. Hal itu ditanyakan kepada peserta vaksinasi Covid-19 sebelum disuntik.
Hal itu tertuang dalam surat edaran (SE) nomor HK.02.02/I/368/2021 tentang pelaksanaan vaksinasi Covid-19 pada kelompok sasaran lansia, komorbid, penyintas Covid-19, dan sasaran tunda, ada sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh calon peserta vaksinasi. Salah satunya mengenai riwayat penyakit.
"Jika ada 3 atau lebih jawaban 'ya' dari 5 pertanyaan di atas, maka vaksin Covid-19 tidak bisa diberikan," dikutip dari SE tersebut.
Hal serupa dikatakan Juru bicara vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi. Menurutnya, dua lansia meninggal karena serangan jantung bukan vaksinasi Covid-19.
Guru di Garut Lumpuh Setelah Ikut Vaksin Covid-19
Kejadian berbeda dialami seorang guru honorer di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, setelah disuntik vaksin Covid-19. Guru itu mengalami gejala berupa lumpuh usai menerima suntikan vaksin. Saat ini, guru tersebut sedang menjalani perawatan dan pemeriksaan intensif di RSUD dr Slamet Garut.
Guru yang mengalami KIPI tersebut diketahui berinisial EK (40). Penyakit bawaan itu sudah disampaikan EK saat hendak divaksinasi Covid-19.
"Saya punya riwayat penyakit saraf kejepit sejak 2008. Tahun 2010 sempat mau dioperasi tetapi tidak jadi karena kondisi membaik," kata EK, Selasa (16/3).
Usai disuntik vaksin Covid-19, EK mengaku tubuhnya merasa lemas, dan langsung berkonsultasi dengan puskesmas terkait kondisinya itu. Pihak puskesmas pun menurutnya langsung datang ke rumahnya dan langsung berkonsultasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut.
EK menyebut bahwa saat itu dirinya langsung dibawa ke RSUD dr Slamet untuk menjalani pemeriksaan karena kondisinya itu. Terkait kondisinya pascavaksinasi menyebar luas, EK mengaku bahwa banyak pihak yang menghubunginya. Di antara yang menghubungi adalah yang menekan dan mengancam akan melaporkan ke jalur hukum.
"Padahal saya tidak pernah berbicara ke publik. Saat saya sakit, ada rekan kerja menengok ke rumah dan melihat kondisi saya. Mungkin dari situ ada yang menyebarkan sampai ramai seperti ini. Tangan dan kaki kiri saya memang suka susah digerakan. Sekarang kondisinya sudah mulai membaik. Saya tidak menyalahkan siapa-siapa," tutup EK.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani menyebut bahwa guru yang mengalami KIPI itu diketahui disuntik vaksin Covid-19 pada Sabtu (13/3). Walau begitu, ia mengaku belum bisa menyimpulkan penyebab utama lumpuhnya guru itu.
"Itu kita belum bisa menyimpulkan lumpuhnya dari mana. Itu nanti pihak Komda KIPI yang akan memberikan penjelasan. Tetapi kalau sekilas, tadi kita mendengar pembahasan itu kemungkinan besarnya bukan dari vaksinnya ya, tetapi itu memang harus ketua komda KIPI yang harus memberikan keterangan," ujar Leli, Senin (15/3).
Sejak kegiatan vaksinasi Covid-19 dilaksanakan di Kabupaten Garut, setidaknya ada enam orang warga yang mengalami gejala KIPI berat dari ribuan orang yang divaksinasi. Keenam orang tersebut pun sempat menjalani perawatan di RSUD dr Slamet Garut.
Selain yang enam orang itu, Leli juga menyebut bahwa ada warga lainnya yang mengalami KIPI. "Kalau yang lainnya dirawat di puskesmas, sudah itu membaik," sebutnya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Kerja (Pokja) KIPI Kabupaten Garut, Willy Indrawilis menyebut bahwa dirinya belum bisa memastikan kondisi guru yang mengalami kelumpuhan itu. Hal itu dikarenakan dirinya belum melakukan pemeriksaans ecara langsung.
"Saya belum memeriksa (langsung), mau saya periksa dulu. (kondisinya lumpuh atau lemas) belum, saya belum melihat, nanti ya kalau saya sudah melihat," katanya.
Vaksin Tak Menyebabkan Serangan Jantung dan Kelumpuhan
Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Erlina Burhan mengungkapkan, sampai saat ini belum ada penelitian atau laporan yang menyebutkan bahwa vaksinasi bisa menyebabkan serangan jantung. Sehingga kata dia, dua lansia yang meninggal dunia di Banyumas karena serangan jantung bukan disebabkan oleh vaksin Covid-19.
"Selama ini tidak ada laporan yang menyebutkan vaksin bisa menimbulkan serangan jantung," kata Erlina saat dihubungi, Selasa (16/3).
Tidak hanya serangan jantung, Erlina juga menegaskan, tidak ada efek Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) seperti gejala lumpuh.
"Demikian juga tentang gejala lumpuh, belum ada laporannya yang menyebutkan vaksin bisa membuat lumpuh. Bisa jadi, dua kasus tersebut (serangan jantung dan lumpuh) terjadi karena kebetulan saja," ungkapnya.
Terpisah, Ketua Ombudsman RI Mokhammad Najih menyarankan agar penyelenggara vaksinasi menambah proses skrining kesehatan dalam tahapan pelaksanaan vaksinasi untuk masyarakat umum.
"Mungkin prosesnya perlu ditambah 1 proses lagi ya sebelum disuntik vaksin, jadi bukan hanya ditensi saja agar bisa diidentifikasi lebih akurat lagi," kata Najih saat dihubungi merdeka.com, Selasa (16/3).
Bukan hanya itu, dia juga menyarankan agar para calon penerima vaksin untuk membawa rekam medis kesehatannya masing-masing ke tempat pelaksanaan vaksinasi. Sehingga kata Najih, calon penerima vaksin tidak bisa membohongi petugas dalam proses skrining. Dengan begitu, kasus-kasus fatal yang terjadi pasca vaksinasi bisa dihindari.
"Kalau perlu, disuruh bawa medical record. Ini untuk menghindari adanya korban atau dampak vaksinasi yang tidak sesuai harapan," kata dia.
Sebenarnya, kata Najih, tahapan-tahapan skrining dalam pelaksanaan vaksinasi saat ini sudah baik. Namun dia melihat, ada banyak peserta vaksinasi di tahap kedua yang membohongi petugas terkait kondisi kesehatannya saat itu ataupun terkait riwayat penyakit yang selama ini ia alami. Oleh karena itu, dia meminta agar calon penerima vaksin jujur saat ditanya oleh petugas skrining.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaEpidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaHebohnya kasus TTS berawal dari gugatan yang dilayangkan Jamie Scott ke Pengadilan Tinggi Inggris.
Baca SelengkapnyaPasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaPetugas kesehatan langsung datang ke rumah Bayi MKA, dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaPenyakit polio masih menjadi pekerjaan rumah (PR) pemerintah.
Baca Selengkapnya