Fakta-fakta Dita Oeprianto otak pengeboman tiga gereja di Surabaya

Merdeka.com - Rakyat Indonesia umumnya dan kota Surabaya khususnya tersentak ketika tiga bom meledak hampir bersamaan di tiga gereja, Minggu (13/5).
Pelakunya bernama Dita Oeprianto meledakkan bom di Gereja Pantekosta, Jalan Arjuno. Bom di Gereja Kristen Indonesia, Jalan Diponegoro diledakkan oleh istri Dita, Puji Kuswati yang membawa dua anak perempuannya. Kedua anak laki-laki Dita meledakkan bom di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel.
Rekam jejak Dita terungkap setelah namanya dinyatakan sebagai pelaku bom di gereja Surabaya. Penikahan Dita dengan Puji tak pernah mendapat restu dari keluarga Puji di Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Hal itu diungkap oleh Rusiono, perwakilan pihak keluarga Puji.
Numpang hidup dari mertua
Puji, istri Dita berasal dari keluarga berkecukupan karena ternyata ibunya seorang juragan jamu sukses di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar Banyuwangi. Dita dan Puji tinggal di Surabaya setelah menikah. Meski sudah menikah, ternyata hidup Dita dan Puji masih bergantung kepada keluarga. Bahkan rumah dan kendaraan miliknya dibelikan orangtuanya.
"Rumah yang di Surabaya yang membelikan keluarga dari Muncar. Bahkan dibelikan mobil sampai tiga kali dijual. Terakhir dibelikan mobil, supaya tidak dijual BPKB-nya ditaruh di Muncar, itu baru tidak dijual," kata Kepala Desa Tembokrejo, Sumarto.
Diduga mobil ketiga yang dibelikan, jenis Toyota Avanza. Mobil itulah yang dipakai untuk melakukan bom bunuh diri di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya.
Rusiono, perwakilan keluarga pelaku di Desa Tembokrejo menyampaikan, dua mobil yang dibelikan keluarga sebelumnya dijual dengan alasan tidak jelas. Sementara rumah yang ditempati di Surabaya, dibelikan dengan harga Rp 600 juta.
Di-DO dari Unair dengan IPK 1,47
Dari segi pendidikan, Dita pernah berkuliah di Universitas Airlangga (Unair), namun di drop out (DO). Informasi itu dibenarkan Rektor Unair, Mochammad Nasir.
"Benar bahwa pelaku teror atas nama Dita Oeprianto pernah terdaftar dan kuliah di Fakultas Ekonomi Unair dengan NIM 049114141P. Yang bersangkutan pernah terdaftar sebagai mahasiswa Diploma 3 Program Studi Manajemen Pemasaran. Bukan D3 Akuntansi," kata Nasir dalam keterangan persnya, Senin (14/5).
Namun pimpinan Jamaah Asharu Daulah (JAD) Surabaya itu tidak menyelesaikan kuliahnya. Dita di-drop out (DO) dari fakultas lantaran nilai akademisnya jauh di bawah rata-rata.
"Yang bersangkutan tidak lulus alias DO dari program tersebut dan hanya menempuh 47 SKS dengan IPK 1,47," tegasnya.
Nasir juga menjelaskan, Dita tidak pernah aktif di kegiatan organisasi mahasiswa, baik di Senat Mahasiswa maupun Unit Kegiatan Mahasiswa, termasuk Kelompok Kajian di Masjid Kampus.
Distributor obat herbal
Dita dikenal sosok yang ramah di lingkungan rumahnya, Wonorejo Asri Blok K/22A. Seorang pemilik rumah makan di Wonorejo Asri, Armuji mengatakan tak mengira, jika Dita yang sebelumnya dikenal sebagai sosok santun pada warga menjadi pelaku pengeboman.
Dilihat dari cara berpakaiannya, Dita dinilai biasa oleh pemilik rumah makan ini. Menurut Armuji, tidak ada yang mencurigakan dari Dita. Bahkan dia tak menyangka kalau Dita jadi otak pelaku bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya.
Bahkan, Dita terlihat bersama kedua anak lelakinya sering berboncengan naik motor menuju ke musala untuk salat berjemaah.
Meski demikian, sosok Dita yang diketahui bekerja sebagai distributor obat herbal ini diketahui tidak banyak bicara dan bersosialisasi dengan warga semenjak dua tahun terakhir. Padahal, tiga tahun yang lalu, Dita pernah menjadi Ketua Sub RT 2/RW 3 Kelurahan Wonorejo.
Begitu juga dengan sosok istri Dita yang tidak terlihat mencurigakan. Meski tidak memakai cadar, Puji jarang keluar rumah. Namun, tidak dengan anak-anaknya, mereka kerap bermain bersama anak-anak yang lain.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya