Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Fakta-fakta seputar insiden di Tolikara

Fakta-fakta seputar insiden di Tolikara Pembakaran masjid di Tolikara. ©twitter.com

Merdeka.com - Perayaan Idul Fitri 1436 Hijriah di Bumi Cendrawasih tercoreng, Jumat (17/7) kemarin. Hal itu menyusul insiden pembakaran Musala Baitul Mutaqin di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua.

Sekelompok massa menyerang jamaah yang sedang melaksanakan Salat Id di lapangan Makoramil 1702-11/Karubaga, sekitar pukul 07.00 WIT. Massa meminta Salat Id yang digelar di ruang terbuka dihentikan.

Insiden itu memakan korban jiwa dan harta benda. Dari data yang dihimpun merdeka.com, 11 orang terkena tembakan polisi. Satu di antaranya menghembuskan napas terakhir saat dibawa menuju Rumah Sakit di Jayapura.

Selain korban jiwa, sebuah musala juga hangus terbakar. Sebanyak 11 kios milik warga ludes dilalap di jago merah.

Berikut fakta-fakta seputar insiden di Tolikara, seperti dirangkum merdeka.com:

Sebelum pembakaran musala beredar surat larangan Salat Id dari GIDI

Sebelum peristiwa pembakaran Musala Baitul Muttaqin di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, lebih dahulu beredar surat larangan Salat Idul Fitri. Surat selebaran itu diedarkan pada 11 Juli 2015 mengatasnamakan Jemaat GIDI Wilayah Tolikara.Alasannya, pada Tanggal 13 sampai 19 Juli 2015 akan diselenggarakan Seminar dan KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) Pemuda tingkat internasional. Intinya, karena acara tersebut GIDI Wilayah Tolikara melarang adanya kegiatan Lebaran pada 17 Juli. Kemudian boleh merayakan Lebaran tetapi di luar kota dan melarang muslimah memakai jilbab.Jemaat GIDI di Tolikara ini juga melarang gereja Denominasi lain mendirikan tempat-tempat ibadah di wilayah Kabupaten Tolikara. Mereka juga melarang gereja adven di distrik Paido. Surat tersebut ditandatangani Ketua Wilayah GDI Tolikara Nayus dan Sekretarisnya Marthen.Sebelumnya Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Papua Kombes Pol Patrige membenarkan adanya surat edaran yang mengatasnamakan GIDI tersebut. "Mereka (GIDI) ada kegiatan bertaraf internasional. Tapi tetap dilakukan salat (Idul Fitri)," terang Patrige.Kegiatan GIDI itu juga baru terjadi tahun ini dan bertepatan dengan Idul Fitri. Sebenarnya, kata Patrige, di lokasi musala sudah ada anggota Polisi dan TNI yang berjaga untuk pengamanan Salat Id. Namun massa tetap menyerang sehingga ada tindakan dari aparat."Luka-luka 11 orang, tiga diantaranya luka tembak. Selebihnya tidak tahu, kena seng atau apa," tuturnya.Adapun soal kabar satu korban tewas dari pihak penyerang, Patrige mengaku belum mendengar kabar tersebut. "Nanti akan diselidiki lagi," tuturnya.

Pembakaran musala di Papua, tiga tertembak dan delapan luka-luka

Tragedi pembakaran musala di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua, memakan korban. Setidaknya ada tiga orang yang tertembak dan delapan orang mengalami luka-luka.Seperti dilansir Antara, Kapolres Tolikara Akbp Suroso menuturkan, ketiga korban tembak sudah dievakuasi ke Jayapura. Pihak kepolisian mengaku tidak mengetahui identitas ketiga korban karena langsung diamankan oleh anggota kelompoknya."Selain itu tercatat delapan orang mengalami luka-luka," kata Kapolres Tolikara AKBP Suroso.Dia menjelaskan, kerusuhan di Papua terjadi sekitar pukul 07.00 WIT saat umat muslim melaksanakan salat Idul Fitri. Sekelompok orang menyerang dan membakar 70 kios atau warung kecil yang ada di sekitar lokasi.Sempat beredar kabar, sebelum kejadian penyerangan, ada surat edaran bernada provokatif. Namun Kapolres belum bisa memastikan itu. Sesungguhnya, kata dia, sempat dilakukan pertemuan antar kelompok."Hasil pertemuan, kelompok itu berjanji tidak akan melakukan hal-hal yang melanggar hukum. Namun ternyata terjadi kasus Jumat pagi, kata Kapolres Tolikara .Saat ini situasi keamanan sudah mulai kondusif. Petugas kepolisian masih berjaga-jaga menghindari hal-hal yang tidak diinginkan."Polisi juga belum bisa mengamankan para pelaku pembakaran karena situasi yang belum memungkinkan," tambah Suroso.

Pembakaran musala di Papua, satu anggota GIDI tewas tertembak

Satu dari sebelas korban insiden pembakaran musala di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, tewas dalam perjalanan akibat luka tembak. Menurut Presiden Gereja Injil di Indonesia (GIDI) Dorman Wandikbo, sebelas korban itu merupakan anggota GIDI."Terluka 10, satu meninggal dalam perjalanan menuju ke Rumah Sakit Blok 2 Kota Jaya Pura," ujarnya kepada merdeka.com, Jumat (17/07).Dorman berada di lokasi kejadian perkara saat peristiwa itu terjadi. Dia menceritakan, penembakan itu terjadi ketika anggota GIDI mendatangi musala yang hendak melakukan salat. Mereka menanyakan kenapa masih memakai Toa (speaker) dan masih melakukan salat di luar ruangan."Lalu para jamaah musala marah, terus terjadilah tembakan dari petugas ke arah massa," terang Dorman.Sebelumnya, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Papua Kombes Pol Patrige menduga pembakaran musala itu memang terkait dengan kegiatan GIDI. Sebab sebelum Idul Fitri GIDI sempat mengedarkan imbauan agar masyarakat beragama Islam tidak menggelar salat Idul Fitri secara terbuka karena bertepatan dengan kegiatan GIDI."Mereka (GIDI) ada kegiatan bertaraf internasional. Tapi tetap dilakukan salat (Idul Fitri)," terang Patrige.Kegiatan GIDI itu juga baru terjadi tahun ini dan bertepatan dengan Idul Fitri. Sebenarnya, kata Patrige, di lokasi musala sudah ada anggota Polisi dan TNI yang berjaga untuk pengamanan Salat Id. Namun massa tetap menyerang sehingga ada tindakan dari aparat."Luka-luka 11 orang, tiga diantaranya luka tembak. Selebihnya tidak tahu, kena seng atau apa," tuturnya.Adapun soal kabar satu korban tewas dari pihak penyerang, Patrige mengaku belum mendengar kabar tersebut. "Nanti akan diselidiki lagi," tuturnya.

Musala tidak dibakar tapi terbakar

Insiden bentrokan di Tolikara yang berakhir dengan terbakarnya musala mulai menemukan titik terang. Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih Letkol Inf Teguh PR meluruskan informasi yang selama ini berkembang di masyarakat. Secara tegas dia menuturkan bahwa tidak benar musala dibakar warga."Berdasarkan hasil rapat mediasi yang diprakarsai oleh Pangdam Cenderawasih dan Kapolda Papua di Tolikara, Sabtu pagi, didapatkan keterangan bahwa tidak benar musala dibakar warga," kata Letkol Inf Teguh PR di Jayapura, Papua, seperti dilansir Antara, Sabtu (18/7).Pangdam Cenderawasih Mayjen TNI Fransen G Siahaan menyatakan kesiapan membantu penegakan hukum."Setelah Pangdam didampingi Kapolda Papua melihat di lapangan, terungkap bahwa pembakaran yang terjadi dilakukan terhadap kios terlebih dahulu kemudian merambat ke musala," katanya.Dia menuturkan, TNI, Polisi, jemaah muslim, dan jemaat GIDI secara gotong royong akan membangun kembali musala, kios dan rumah yang terbakar."Kodam juga akan kumpulkan pakaian pantas pakai dan bahan makanan dan akan diangkut dengan helikopter," katanya.Diberitakan sebelumnya, Kapolda Papua Irjen Pol Yotje Mende dan Pangdam XVII/Cenderawasih menggelar rapat mediasi di kediaman Bupati Tolikara, di Karubaga yang dihadiri oleh Waka Polda Wabup dan Kapolres Tolikara serta Presiden GIDI. Sejumlah tokoh masyarakat, adat, pemuda dan masyarakat yang menjadi korban kebakaran turut hadir dalam rapat tersebut.Setelah rapat mediasi, Pangdam Cenderawasih dan Kapolda Papua memberikan pengarahan di jemaat Gereja GIDI yang dihadiri ratusan masyarakat Tolikara."Pada pengarahan itu Kapolda Papua menjamin bahwa masalah ini akan diselesaikan dengan baik, siapa yang bersalah akan diberikan sanksi termasuk apabila ada anggota Polri yang bersalah dalam menangani masalah ini," katanya.Sementara, Pangdam Cenderawasih, kata Teguh, mengimbau kepada masyarakat agar tetap tenang dan jangan mudah terprovokasi."Sebagai manusia yang percaya akan Tuhan, masyarakat diminta menjaga kedamaian khususnya di Kabupaten Tolikara, sehingga bisa hidup dengan aman dan damai," katanya.

(mdk/gil)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP