Fakta menarik di balik dekorasi gedung DPR untuk sidang tahunan

Merdeka.com - Sidang tahunan MPR-DPR-DPD berlangsung dengan lancar dan tertib. Namun, ada yang berbeda dalam sidang kali ini. Bukan soal agenda sidang atau pidato yang disampaikan presiden, pimpinan DPR atau MPR, melainkan dekorasi yang dihadirkan di Gedung Parlemen.
Komplek Parlemen dibuat lebih meriah dari tahun sebelumnya dengan rangkaian bunga-bunga. Hiasan dan karangan bunga warna-warni memenuhi setiap sudut gedung kura-kura hingga dalam ruang paripurna. Padahal jumlah bunga yang dipasang untuk tahun lalu tidak sebanyak sekarang.
Bunga-bunga seperti, mawar, hingga sedap malam terlihat terpasang mulai dari pintu masuk, dinding, pilar gedung hingga sudut-sudut ruangan. Sementara, untuk bagian dalam ruang sidang pun tak kalah meriah. Karangan bunga merah putih sengaja disusun membentuk peta Indonesia.
Hiasan bunga ini memberikan kesan berbeda bagi pejabat dan para tamu yang hadir. Dihiasinya setiap sudut Gedung Nusantara dengan bunga mengaburkan kesan formal dan kaku, berganti dengan suasana santai dan semarak. Lalu siapakah kreator di balik dekorasi cantik dan meriah ini?
Dia adalah Ratih Raharnani (43). Ratih mendapat tugas sebagai ketua tim lapangan dekorasi. Sebagai tuan rumah, Ratih dan tim diberi tanggung jawab untuk menghias komplek DPR secantik dan semeriah mungkin.
Untuk hiasan tahun ini, Ratih mengatakan pihaknya diberikan tiga konsep untuk menggambarkan perayaan HUT kemerdekaan ke-71 RI. Ketiga konsep itu adalah hikmat, sederhana, namun meriah. Lalu Ketiga konsep ini dituangkan dalam bentuk karya dekorasi.
"Hikmat, sederhana dan meriah. Intepretasi kita tiga hal itu ada dalam satu kesatuan yang sama dengan arah kesatuan Indonesia. Selaras dengan wajah Indonesia yang diwakili oleh peta dengan dua warna yang sederhana di belakang Garuda," kata Ratih di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (16/8).
Dia menjabarkan satu per satu makna di balik konsep itu. Hikmat merupakan makna yang ada dalam Pancasila. Makna ini digambarkan oleh tim dalam sebuah patung burung Garuda yang berdiri kokoh di dinding ruangan. Kemudian disulap dengan alat sederhana sehingga memberi kesan kehidupan pada patung Garuda tersebut.
"Hikmat mewakili Pancasila yang merupakan dasar dari kehidupan yang harus diresapi. Kami wakili dengan memberikan effect highlight pada perisai garuda yang sebelumnya tidak tersentuh," terangnya.
Sementara kata Meriah, lanjutnya, digambarkan dalam hiasan bunga-bunga memenuhi setiap sudut ruangan. Sehingga meminimalisir kesan kaku yang biasanya kerap ditemui dalam sidang.
"Meriah diwakili oleh bunga lokal yang beraneka ragam dari pintu lobi hingga ke podium. Ketiga hal itu, kami dari team dekorasi mengintegrasikan ke dalam satu kata yang mewakili usia bangsa Indonesia 71 tahun, yang kami sebut Nujuhsatu atau menuju satu," pungkas Ratih. (mdk/ang)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya