Fakta mencengangkan di balik peristiwa perwira polisi NTB tembak mati adik ipar
Merdeka.com - Niat Kompol F, anggota Polda NTB bersilaturahmi di rumah ke rumah orangtua di Medan berujung masalah besar. Padahal tujuan utamanya bertemu ibunda untuk memastikan kesembuhan setelah sebelumnya sakit.
Semula, kedatangan Kompol F dan istrinya ke rumah ibunda di Jl Tirtosari/Mestika Gang Keluarga, Kelurahan Bantan, Medan Tembung, pada Rabu (4/4) tak ada yang janggal. Bahkan dia sempat menyapa ramah tetangga yang kebetulan berpapasan di jalan.
Kedatangan Kompol F juga disambut gembira sanak keluarga. Termasuk oleh ibunda dan adiknya juga ipar yang kebetulan ada di rumah.
-
Kenapa pelaku melakukan pembunuhan? Adapun, keterangan MAS, saat itu ayahnya sedang tidur bersama ibunya.Kemudian, MAS turun mengambil pisau di dapur, kemudian naik lagi ke atas dan melakukan penusukan.
-
Kenapa pelaku membunuh korban? Aksi nekat tersebut terjadi lantaran korban meminta uang tambahan sebesar Rp100.000.
-
Mengapa penembakan terjadi? Serangan tersebut menyebabkan kebakaran hebat di gedung itu.
-
Siapa pelaku pembunuhan itu? 'Diduga korban ditusuk ketika dalam keadaan sedang tidur. Ini masih kita dalami,' ujar dia kepada wartawan, Sabtu (30/11).Gogo menjelaskan, terduga pelaku awalnya menikam ayahnya.
-
Siapa yang ditangkap dalam kasus penembakan? Luigi Mangione, tersangka pembunuhan CEO UnitedHealthcare, Brian Thompson, ditangkap pada Senin (11/12) di sebuah McDonald's di Altoona, Pennsylvania.
-
Siapa korban pembunuhan? Pelaku ditangkap oleh tim gabungan Resmob Polrestabes Semarang dan Jatanras Polda Jateng di hari yang sama dengan kejadian yaitu Senin (24/7). “Jadi kejadian jam 03.00 wib. Pelaku kami tangkap dalam pelariannya di Solo Jateng pukul 06.00 Wib.“
Baru beberapa menit bercengkrama dengan ibunda, tiba-tiba suasana mendadak menegangkan. Kompol F menodongkan senjata api ke arah ibunda yang semula sedang dia pijat.
Kejadian itu begitu mengagetkan Jumingan, adik ipar Kompol F, yang duduk tak jauh dari keduanya. Dia berusaha mencegah, tapi sayang malah jadi sasaran tembak Kompol F.
Letusan tembakan dari senjata Kompol F terdengar lebih kurang enam kali, mengenai bagian perut dan kepala. Jumingan tewas seketika di tempat.
Henny, istri korban yang juga adik Kompol F nyaris menjadi sasaran tembak. Beruntung dia cepat berlari ke kamar dan mengunci diri.
Tetangga yang berdekatan rumah langsung coba mendekat. Mereka sempat melihat korban sudah bersimbah darah.
"Jadi letusannya itu gak berentetan. Ada jeda waktu yang cukup lama. Saya nggak tahu berapa kali tembakan, kalau letusannya yang saya dengar 5 kali," sebut Slamet, tetangga Kompol F.
Teguh Wiyono, saksi lainnya, mengaku hanya mendengar letusan terakhir. "Letusan terakhir ini saya dengar, karena saya baru datang. Selanjutnya dia ke Polres bersama ibunya," katanya.
Usai menembak membabi buta, Kompol F langsung membawa ibundanya ke Mapolrestabes Medan untuk menyerahkan diri.
Hingga kini, motif penembakan masih didalami. Namun jika melihat jumlah tembakan di tubuh korban, terlihat pelaku begitu emosi dengan adik iparnya itu.
Polisi juga masih mencari tahu bagaimana mungkin Kompol F yang tengah cuti berdinas tetap menenteng senjata saat bepergian. Kejiwaan Kompol F juga akan diperiksa. Namun, untuk meminta keterangan lebih banyak belum bisa dilakukan karena masih dalam keadaan linglung.
"Syukur hari ini tadi yang bersangkutan sudah bisa diambil keterangannya sudah mulai kooperatif, tenang, karena dari kemarin kita belum bisa ambil keterangannya karena masih labil," kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Rina Sari Ginting, Jumat (6/4).
Rina menambahkan, dilihat dari cara penembakan dengan 6 peluru, dengan rincian 3 butir bersarang di bagian perut dan 3 butir di kepala, patut diduga ada kemarahan yang besar atau ada masalah di internal keluarga.
Tetapi dugaan itu masih didalami penyelidik. Terlebih Kompol F mengaku mendengar bisikan untuk melakukan penembakan. Bisikan itu menyatakan korban merupakan orang jahat yang melakukan pembunuhan.
"Tetapi kan itu (pengakuan Kompol F) secara hukum tidak dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu tim dari Polda Sumatera Utara mencari saksi-saksi ke lapangan, dan sampai dengan saat imi masih bekerja," jelas Rina.
Dia juga menjelaskan, jika terbukti bersalah, Kompol F akan menghadapi hukuman yang lebih berat dibandingkan masyarakat awam. Selain harus mempertanggungjawabkan perbuatannya sesuai hukum pidana, dia juga akan diproses pada sidang kode etik.
"Putusan sidang kode etiklah yang akan menentukan apakah yang bersangkutan itu masih layak menjadi anggota Polri atau diberhentikan. Itu butuh proses yang panjang," jelas Rina.
Pengakuan tetangga, sebenarnya Kompol F dikenal pribadi yang baik dan dermawan. Sepengetahuannya, hubungan antara korban dan pelaku tak ada masalah yang berarti.
Namun saksi Slamet maupun Teguh, sama-sama tidak membantah informasi yang menyatakan Kompol F sebelumnya juga pernah tiba-tiba mengamuk sambil memegang senjata api. Namun mereka menolak membeberkan lebih jauh kejadian itu.
Sementara kerabat yang lain yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, Kompol F pernah hampir membakar rumahnya beberapa tahun yang lalu. "Waktu dia tugas di Medan pernah juga tiba-tiba mengamuk. Pegang senjata juga. Dia mengamuk mengeluarkan barang-barang, termasuk STNK, lalu membakarnya di samping rumah. Dia mau membakar rumah. Tapi kami nggak tahu apa pemicunya," ucap seorang kerabat yang tak mau disebutkan namanya.
Bukan hanya di rumah orang tuanya, Fahrizal juga pernah mengamuk di rumahnya di kawasan Jalan Bantan, Medan Tembung. "Tapi yang terakhir ini yang paling parah," ucap sang kerabat.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketua Harian Kompolnas Irjen Pol (purn) Arief Wicaksono Sudiutomo membeberkan sejumlah fakta kasus polisi tembak polisi di Solok Selatan.
Baca SelengkapnyaBukan hanya sekali, berikut deretan kasus polisi tembak polisi yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia.
Baca SelengkapnyaKepala Satuan Reserse Kriminal Polres Garut AKP Ari Rinaldo mengatakan bahwa aksi tersebut terjadi di jalan Gagak Lumayung, Kelurahan Kota Wetan.
Baca SelengkapnyaKorban yang ditembak berinisial berinisial IDB (43) dan pelurunya tepat mengenai bagian belakang atas kepala korban.
Baca SelengkapnyaPolda Sumatera Barat (Sumbar) masih mengusut kasus polisi tembak polisi yang terjadi di Polres Solok Selatan.
Baca SelengkapnyaJarak rumah dinas Kapolres dengan Mapolres Solok Selatan berkisar 20-25 meter.
Baca SelengkapnyaInsiden perwira polisi menembak rekannya sendiri terjadi di Mapolres Solok Selatan, Sumatera Barat.
Baca SelengkapnyaHasil keterangan sementara belum sampai pada kesimpulan motif dari terduga pelaku.
Baca SelengkapnyaKepolisian mengamankan satu buah pisau, satu baju dan celana milik korban, dan pakaian dalam korban.
Baca SelengkapnyaAda hubungan terlarang yang memicu kekesalan dan dendam tersangka.
Baca SelengkapnyaPelaku harus ditindak tegas karena kasus tersebut telah mencederai institusi Korps Bhayangkara.
Baca SelengkapnyaKasus penganiayaan berujung kematian ini dipicu karena pelaku sakit hati
Baca Selengkapnya