Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Fakta mengejutkan WNI gabung ISIS, tak seindah yang dijanjikan

Fakta mengejutkan WNI gabung ISIS, tak seindah yang dijanjikan Sidang simpatisan ISIS di PN Jakarta Barat. ©2016 Merdeka.com/etika

Merdeka.com - Wabah ISIS di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Terbaru, ISIS disebut Polri sebagai dalang bom di Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat.

Namun, anggota ISIS yang tertangkap dan disidang, mereka memaparkan bagaimana proses direkrut. Mereka diberi video kemanusiaan sehingga tertarik ke Suriah.

Tak jarang iming-iming gaji besar diberikan oleh perekrut ISIS. Mereka pun tergiur dan bergabung. Namun nyatanya tak seindah yang dijanjikan.

Berikut fakta yang terungkap di persidangan simpatisan ISIS yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Barat:

Junaidi menyesal gabung ISIS ke Suriah cuma dapat Rp 600 ribu/bulan

Salah satu simpatisan ISIS, Ahmad Junaidi alias Abu Salman mengaku diajak oleh Abu Jandal ke Suriah untuk tujuan kemanusiaan. Selain itu ia juga dijanjikan mendapatkan gaji dengan nominal besar."Dijanjikan nominal besar," ujar Junaidi dalam persidangan saksi mahkota kasus terorisme di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Selasa (26/1).Dia mengaku, Abu Jandal hanya mengatakan nominal besar tanpa memberitahu jumlah nominalnya. Namun yang dijanjikan tersebut tidak diterimanya setelah ia pergi ke Suriah. "Yang diberikan hanya USD 50 per bulan atau senilai Rp 600 ribu," tambahnya.Sebelumnya Junaidi merupakan seorang pedagang bakso keliling. Penghasilan yang dia dapat ketika itu bisa mencapai Rp 2,5 juta.Junaidi menjadi tukang masak saat di penampungan Suriah selama enam bulan. Ia juga pernah mengikuti latihan bongkar pasang senjata. Karena jenuh akhirnya ia memutuskan untuk pulang.

Begini cara Abu Jandal rekrut WNI gabung ISIS ke Suriah

Pengadilan Negeri Jakarta Barat kembali menggelar sidang dugaan simpatisan ISIS dengan agenda keterangan saksi mahkota. Saksi yang dihadirkan yakni Koswara, Junaidi, Helmi Alamudin, Tuah Febriansyah, Abdul Hakim dan Ridwan Sungkar.Selain Tuah Febriansyah, mereka semua pernah pergi ke Suriah dan menghuni camp penampungan. Helmi mengaku pernah kenal dengan Abu Jandal yang saat ini masih di Suriah dan menjadi buronan Polri. Sempat beredar kabar Abu Jandal telah tewas di Suriah.Abu Jandal lah yang memotivasinya pergi ke Suriah untuk membantu korban kemanusiaan dengan memberi tontonan kesedihan rakyat Suriah dalam pengajian yang diikutinya. Abu Jandal memberinya uang pembelian tiket untuk 16 orang. Kemudian sisanya digunakan untuk keperluan pondok."Uang sisanya lebih dari Rp 100 juta. Itu sisa uang pembelian tiket. Lalu sisanya untuk kepentingan pondok. Buat makan dan diberikan ke janda," ujar Helmi di depan Hakim Acmad Fauzi dan Hakim Arifin, Selasa (26/1).Ridwan Sungkar juga mengaku pernah kenal dengan Abu Jandal. Dia pernah berpamitan pulang ke Indonesia dengan Abu Jandal namun dilarang karena belum sampai enam bulan."Saya berpamitan pulang ke Abu Jandal tapi dilarang. Tapi dari pada kena denda USD 750 saya lebih baik pulang" ujar Ridwan.Abdul hakim pun demikian. Abu Jandal adalah orang yang membelikan tiket ke Suriah dengan rute Juanda- Jakarta -Singapore- Istanbul.

Gabung ISIS, begini cara perjalanan WNI menuju markas di Suriah

Simpatisan ISIS Helmi menjadi saksi mahkota dalam lanjutan sidang persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Helmi mengaku dirinya merupakan korban dari perekrut mereka gabung ISIS ke Suriah yaitu Abu Jandal."Kita sendiri korban Abu Jandal. Sampai seperti ini (menjadi terdakwa)" ujar Helmi saat persidangan keterangan saksi mahkota di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Selasa (26/1).Awalnya saat pengajian, Helmi dipertontonkan video penderitaan korban blokade 390 hari di Suriah. Dalam video tersebut digambarkan anak kecil diperbolehkan minum air susu anjing saking tragisnya. Dia merasa iba dan berniat akan membantu korban Suriah tersebut.Abu Jandal kemudian memberikannya uang untuk membelikan 16 orang tiket ke Turki. Sisa uang tersebut lebih dari Rp 100 juta digunakan untuk membeli tiket dirinya san satu orang lainnya. Dia berangkat 21 Maret 2014 melalui rute Jakarta -Malaysia - Turki.Setelah dia dan yang lainnya sampai di Bandara Ataturk Turkim, mereka pergi ke Sambilova. Desa yang sangat sepi di perbatasan antara Turki dan Suriah. "Proses masuknya dengan cara sembunyi dan mencari waktu yang pas,"tambahnya.Ketika sampai di Suriah, ia masuk penampungan (camp) yang dikuasai ISIS selama empat hari. Namun ia hanya bisa tergeletak sakit. "Keterpaksaan masuk camp. Saya pernah minta pulang. Tapi waktu itu di desa Sambilova saya enggak berani jadi tetap ikut rombongan," tambahnya."Motivasi semua dari Abu Jandal, saya sendiri sebenarnya tidak diiming imingi apapun" ungkapnya.Sebenarnya ada kontrak selama enam bulan di Suriah dari Abu Jandal. Namun belum sampai sebulan ia akhirnya pulang melewati Jalabrus ke Turki. Ia juga menambahkan Abu Jandal kecewa dengan simpatisan ISIS yang pulang lebih awal.

(mdk/eko)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
18 Mantan Simpatisan ISIS dan JI Ikrar Setia NKRI, Diminta Jaga Keamanan di Poso
18 Mantan Simpatisan ISIS dan JI Ikrar Setia NKRI, Diminta Jaga Keamanan di Poso

Sebanyak 18 warga Poso yang merupakan mantan simpatisan jaringan teroris mengucapkan ikrar setia kepada NKRI di Mapolres Poso, Kamis (13/6).

Baca Selengkapnya
Masyarakat Diminta Tak Mudah Terpancing Ajakan Jihad ke Suriah di Media Sosial
Masyarakat Diminta Tak Mudah Terpancing Ajakan Jihad ke Suriah di Media Sosial

Ajakan ke Suriah sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab

Baca Selengkapnya
Terungkap Sisi Lain Akibat Kerusuhan Anti-Muslim di Inggris, Banyak Orang Belajar Islam & Jadi Mualaf
Terungkap Sisi Lain Akibat Kerusuhan Anti-Muslim di Inggris, Banyak Orang Belajar Islam & Jadi Mualaf

Pasca kericuhan di Inggris banyak warganya justru menjadi penasaran dan tertarik dengan Islam.

Baca Selengkapnya
CEK FAKTA: Tidak Benar Indonesia Gabung Rusia dan Irak Kirim Pasukan untuk Serang Israel
CEK FAKTA: Tidak Benar Indonesia Gabung Rusia dan Irak Kirim Pasukan untuk Serang Israel

Beredar yang mengklaim Indonesia bergabung dengan Rusia untuk menyerang Israel, simak penelusurannya

Baca Selengkapnya
Klaim MenPAN Anas: Banyak PNS Minta Dimutasi ke IKN Nusantara
Klaim MenPAN Anas: Banyak PNS Minta Dimutasi ke IKN Nusantara

MenPAN Anas heran atas antusiasme dari para abdi negara untuk berpindah tugas ke ibu kota baru.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Didorong Segera Bina Eks Anggota Jemaah Islamiyah Agar Tak Kembali Radikal
Pemerintah Didorong Segera Bina Eks Anggota Jemaah Islamiyah Agar Tak Kembali Radikal

Keberlanjutan pembinaan resmi dari Pemerintah inilah yang akan memperkuat komitmen mantan anggota JI.

Baca Selengkapnya
56 Eks Jamaah Islamiah dan Terpidana Teroris di Sumsel Ikrar Setia ke NKRI
56 Eks Jamaah Islamiah dan Terpidana Teroris di Sumsel Ikrar Setia ke NKRI

Mantan anggota Jamaah Islamih di wilayah Sumatera Selatan dan narapidana teroris mengucapkan sumpah setia ke NKRI

Baca Selengkapnya
Gerakan NII dan Desakan Dimasukkannya Jadi Organisasi Teroris Buntut Kontroversi Al-Zaytun
Gerakan NII dan Desakan Dimasukkannya Jadi Organisasi Teroris Buntut Kontroversi Al-Zaytun

Hal ini bertujuan untuk memberikan payung hukum bagi aparat di lapangan untuk melakukan penindakan.

Baca Selengkapnya
Pernah Ikut Baiat ISIS, Tiga Napi Teroris di Makassar Bersumpah Setia NKRI
Pernah Ikut Baiat ISIS, Tiga Napi Teroris di Makassar Bersumpah Setia NKRI

Tiga narapidana terorisme (napiter) mengucapkan ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Baca Selengkapnya
PNS Pindah ke IKN Nusantara Bakal Dapat Tunjangan Pesawat Sekeluarga
PNS Pindah ke IKN Nusantara Bakal Dapat Tunjangan Pesawat Sekeluarga

Anas juga menceritakan bahwa dirinya telah menerima permintaan dari sejumlah PNS untuk mutasi ke Ibu Kota Nusantara.

Baca Selengkapnya
Kisah Mahasiswa RI Terjebak di Negeri Orang Hingga Kehilangan Status WNI Karena G30S PKI
Kisah Mahasiswa RI Terjebak di Negeri Orang Hingga Kehilangan Status WNI Karena G30S PKI

Pada tahun 1950-an hingga 1960-an, Presiden Soekarno sedang gencar memberikan beasiswa kepada para mahasiswa untuk melanjutkan studi di luar negeri.

Baca Selengkapnya