Fenomena cewek bispak jajakan diri via media sosial
Merdeka.com - Kasus RA, mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Gunung Djati Bandung, yang mengunggah foto seksi dan menjajakan diri melalui Twitter merupakan bagian dari praktik prostitusi terselubung yang sudah lama eksis di media sosial selama ini. Entah akun itu palsu atau asli, namun media sosial sudah lama dimanfaatkan bagi sebagian pemiliknya untuk menjajakan dirinya.
Buka saja Twitter dan Facebook dan gunakan kata pencari bispak (bisa dipakai) atau cewek seksi, ribuan akun akan muncul dengan foto-foto seronok. Mereka menawarkan berbagai layanan. Dari sekadar foto bugil, video panas, hingga menerima ajakan berkencan dengan tarif ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Bahkan, untuk mengefektifkan promosi agar menjadi viral, ada yang membuat semacam grup atau fanspage yang saling mempromosikan akun-akun cewek bispak. Isinya berupa daftar akun-akun dengan menggunakan tanda pagar (hashtag) tertentu dan foto yang menggunakan watermark (tanda khusus) yang menandakan sebagai bagian dari akun bispak. Dengan bergabung dalam grup itu, dijamin akun asli.
-
Apa dampak buruk terlalu banyak bermain media sosial terhadap kehidupan seksual? Ya, itu memang menjadi akar dari berbagai masalah. Terutama karena melihat kehidupan orang lain yang tampak sempurna dan terkurasi bisa membuat kita merasa tidak cukup, kurang menarik, dan cenderung mengalami stres. Semua perasaan ini dapat mengurangi keinginan kita untuk berhubungan intim.
-
Kapan prostitusi ini terjadi? Peristiwa tak layak ini dilakukan oleh warga Kecamatan Pungging, Mojokerto, Jawa Timur sejak 2023 lalu.
-
Siapa yang bisa memanfaatkan media sosial untuk mencari uang? Setiap individu berusaha mencari solusi untuk mengatasi [masalah keuangan].
-
Kenapa potret jalan zaman kolonial banyak beredar di media sosial? Potret-potret tersebut telah tersebar luas di media sosial, seperti potret Jalan Menteng Raya pada tahun 1931.
-
Siapa saja yang menggunakan jasa pacar jalanan? Tren ini cukup banyak diminati karena mudah diakses dengan harga jasa ekonomis.
-
Bagaimana pelaku digital abuse menggunakan media sosial untuk mempermalukan pasangannya? Menggunakan Media Sosial untuk Mengontrol atau Mempermalukan: Pelaku mungkin menggunakan media sosial untuk mempermalukan pasangan di depan umum, misalnya dengan mengunggah foto atau informasi pribadi tanpa persetujuan, atau memposting komentar negatif dan merendahkan.
Pengamat sosial yang juga lulusan S2 Kriminologi UI, Chazizah Gusnita mengatakan, fenomena akun-akun bispak di media sosial sebenarnya merupakan kelanjutan dari model sejenis berupa SMS yang berisi penawaran cewek-cewek.
"Dulu kan pernah ada juga SMS yang berisi penawaran-penawaran seperti itu. Sekarang teknologi berkembang, ya dimanfaatkan sebagai cara marketing yang ampuh," ujarnya saat dihubungi merdeka.com, Senin (16/2).
Bagi dia, fenomena akun bispak agak sulit diberantas sebab polisi baru bisa mengusut jika ada aduan. "Untuk kasus seperti ini masuknya delik aduan. Selama tidak ada yang dirugikan dan tidak ada aduan, polisi tidak akan mengusutnya," pungkasnya.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Polisi telah meringkus empat dari total tujuh pelaku. Sisanya, tiga orang masih dalam perburuan.
Baca SelengkapnyaPelaku menawarkan prostitusi melalui Facebook dengan tarif beragam.
Baca SelengkapnyaLewat grup telegram untuk memberikan konten- konten pornografi mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 2 juta.
Baca SelengkapnyaSosok Rumsyah mencuri perhatian warganet karena parasnya yang cantik natural.
Baca SelengkapnyaKondisi tersebut memunculkan ancaman baru di dunia digital berupa kekerasan digital berbasis gender.
Baca SelengkapnyaGrup itu tidak hanya menyediakan PSK bule di wilayah Bali, tetapi juga ada di Thailand.
Baca SelengkapnyaBelakangan platform Kaskus kembali menyita perhatian masyarakat setelah akun Fufufafa diduga menghina keluarga Prabowo Subianto. Yuk nostalgia mengenang Kaskus.
Baca Selengkapnya