Film Wiji Thukul diharap jadi cambuk pengusutan penculikan aktivis
Merdeka.com - Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) berharap pemutaran film 'Istirahatlah Kata Kata' bisa menggugah pemerintah mengusut kasus penculikan para aktivis di masa Orde Baru. Film berkisah tentang perjalanan Wiji Thukul ini akan diputar serentak di seluruh Indonesia pada 19 Januari besok.
"Di negara besar, seperti Indonesia yang menjunjung tinggi konstitusi, masih ada kasus penculikan yang sampai saat ini belum tuntas," kata Koordinator Badan Pekerja KontraS Surabaya, Fatkhul Khoir, Rabu (18/1).
Wiji Thukul dan 13 aktivis, termasuk Bimo Petrus, hilang misterius jelang kerusuhan Mei 1998, menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintah. Sebab, setelah 18 tahun reformasi digulirkan, keberadaan para aktivis itu belum diketahui dan diusut secara tuntas.
-
Apa yang digali Komnas HAM? Usman ditanya seputar peran Pollycarpus dan peran orang lain di tempat kejadian perkara kematian Munir. Komnas HAM juga bertanya sosok yang terlibat dalam perencanaan pembunuhan Munir.
-
Apa yang diminta Komnas HAM dari Polda Jabar? 'Sebagai salah satu upaya dalam memastikan penegakan hukum atas kasus tersebut, Komnas HAM kembali meminta keterangan Polda Jawa Barat,' kata Uli dalam keteranganya, Selasa (21/5).
-
Bagaimana Komnas HAM mengungkap pelaku? 'Ada penggalian fakta tentang peran-peran Pollycarpus atau peran-peran orang lain yang ada di tempat kejadian perkara atau yang terlibat dalam perencanaan pembunuhan Munir atau yang menjadi alasan TPF ketika itu untuk melakukan prarekonstruksi, melacak percakapan nomor telepon dan lain-lain lah,' kata Usman di Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Jumat (15/3).
-
Siapa yang disurati Komnas HAM? Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) kembali melakukan penyelidikan terkait dengan kasus tewasnya Vina dan kekasihnya, Eky di Cirebon.
-
Siapa yang diperiksa Komnas HAM? Komnas HAM memeriksa mantan anggota Tim Pencari Fakta (TPF) Munir, Usman Hamid untuk menyelidiki kasus pembunuhan Munir yang terjadi 20 tahun lalu.
-
Mengapa Mahkamah Agung membuat film Pesan Bermakna? Film ini merupakan sekuel dari Pesan Bermakna yang sebelumnya sudah dirilis pada tahun 2021 dan 2022. Film yang berfokus pada kehidupan seorang hakim ini rencananya akan ditayangkan bertepatan dengan HUT Mahkamah Agung yang jatuh pada 19 Agustus 2023.
Pemutaran film disutradarai Yosep Anggi Noen ini, menceritakan kisah Wiji Thukul, penyair dituding berada di balik kasus 27 Juli 1996 atau dikenal dengan Kasus Kuda Tuli. Wiji Thukul merupakan sosok aktivis berjuang melalui kata-kata. Puisinya mampu menjadi peluru tajam melebihi timah panas.
"Peluru yang diproduksi Wiji Thukul jauh lebih tajam dari yang hanya mampu mengoyak daging manusia. Peluru Wiji Thukul, mampu meledakkan kesadaran beragam lapisan masyarakat," terang Fatkhul. "Namun di sisi lain, puisi Wiji Thukul juga mampu menjadi mengobati dahaga siapa saja yang mampu menangkap esensi dari karya-karyanya," sambungnya.
Fatkhul berharap, melalui film ini pemerintahan Jokowi selalu mengkampanyekan Program Nawacitanya. Sehingga bisa tergugah untuk segera mengusut kasus hilangnya para aktivis 98 di masa Orede Baru.
Terlebih, kata Fatkhul, perangkat hukum untuk membuat kebijakan terhadap pencarian para aktivis yang hilang tersebut, sudah ada. "Dari hasil kerja Pansus terkait peristiwa penculikan dan penghilangan paksa aktivis 97/98, ada rekomendasi DPR yang berisi empat poin," katanya.
Empat poin itu adalah meminta presiden membentuk Pengadilan HAM Ad Hoc, melakukan pencarian 13 aktivis dinyatakan hilang, merehabilitasi dan memberikan kompensasi terhadap keluarga korban hilang. Kemudian meratifikasi konvensi anti penghilangan paksa sebagai bentuk komitmen dan dukungan untuk menghentikan parktek penghilangan paksa di Indonesia.
"Namun, Presiden Jokowi masih bungkam soal hilangnya 13 orang tersebut. Jokowi hanya pernah bilang, dia menyukai puisi-puisi Wiji Thukul," terang Fatkhul.
Film Istirahatlah Kata Kata segera diputar serentak di seluruh bioskop Tanah Air pada 19 Januari besok. Film ini mengisahkan perjalanan seorang Wiji Thukul, aktivis sekaligus penyair yang hilang misterius semasa Orde Baru.
Wiji Thukul dituduh mendalangi Kasus Kuda Tuli, yang pecah di Jakarta pada 27 Juli 1996. Sejak saat itu, dia melarikan diri ke Pontianak selama delapan bulan. Dalam pelariannya, dengan menggunakan nama lain, Wiji Thukul tetap menulis puisi dan cerita pendek. (mdk/ang)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyair dan aktivis HAM itu hilang secara misterius sejak 1998. Orang-orang masih terus melawan lupa soal Wiji Thukul.
Baca SelengkapnyaBuku diterbitkan bertepatan gerakan melawan lupa 17 tahun aksi Kamisan terhadap 13 korban aktivis 97-98
Baca SelengkapnyaDalam konteks HAM, yang menjadi pijakan dijelaskannya yakni yang pertama memori kolektif korban dan kedua adanya kesamaan kronologis peristiwa.
Baca SelengkapnyaAdik Wiji Thukul mengaku kecewa dengan masa kepemimpinan Jokowi.
Baca SelengkapnyaAktivis kembali menggelar Aksi Kamisan di seberang Istana untuk menuntut penuntasan kasus pelanggaran HAM berat masa lalu.
Baca SelengkapnyaVina adalah korban pembunuhan bersama teman lelakinya, Eky, di Cirebon, Jawa Barat, pada tahun 2016.
Baca SelengkapnyaSebanyak 10 pelaku yang awalnya tak dikenal kini sudah diketahui identitasnya dan segera ditangkap.
Baca SelengkapnyaPegi Setiawan mengajukan gugatan praperadilan kepada Pengadilan Negeri Bandung.
Baca SelengkapnyaKapolri tidak mentolerir segala bentuk tindakan premanisme dan anarkis.
Baca SelengkapnyaKabar terakhir, Koptu HB sudah diperiksa. Tetapi hingga kini status hukum terhadapnya masih mengambang.
Baca SelengkapnyaBudayawan Butet Kertaredjasa menyinggung penculikan penyair dan aktivis Wiji Thukul.
Baca SelengkapnyaAktivis dari Indonesia Corruption Watch (ICW) menggelar aksi untuk mengkritik KPK karena tak kunjung menangkap Harun Masiku yang buron sejak empat tahun lalu.
Baca Selengkapnya