FITRA minta Jokowi optimalkan SDA ketimbang naikkan tarif STNK
Merdeka.com - Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) meminta pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengoptimalkan penerimaan pajak dari sektor Sumber Daya Alam (SDA) seperti perikanan dan kehutanan ketimbang mengambil pendapatan pengurusan surat kendaraan bermotor dengan menaikan tarif. Sekjen FITRA Yenny Sucipto mengaku telah melakukan riset bahwa potensi kehilangan pendapatan dari sektor kehutanan saja mencapai Rp 30.33 triliun.
"Ada sektor yang lain, sektor kehutanan, lebih tinggi dibandingkan PNBP kendaraan, PNBP kendaraan diprediksi Rp 1,7 triliun tapi di kehutanan kami mepunyai hasil riset, ada potensi kehilangan Rp 30,33 triliun," kata Yenny di Seknas FITRA, Mampang, Jakarta, Kamis (5/1).
Yenny meminta agar pemerintah menjelaskan grand desain dan cetak biru dari penerapan aturan tersebut. Langkah ini diperlukan agar publik percaya tidak ada permainan dalam keluarnya aturan kenaikan itu.
-
Apa penyebab kerugian PT Timah di tahun 2023? Virsal mengatakan penyebab terbesar kerugian tersebut karena harga timah di pasar global tengah mengalami penurunan. Alhasil, pendapatan yang dicatatkan PT Timah Tbk ikut turun.
-
Apa kerugian negara akibat korupsi Bansos Jokowi? 'Kerugian sementara Rp125 milyar,' pungkasnya.
-
Kenapa kerugian negara dibebankan ke PT Timah? 'Sehingga kewajiban ini melekat ada di PT Timah,' ujar Febri di Jakarta, Kamis, (30/5).
-
Apa penyebab turunnya cukai rokok? Adapun penurunan penerimaan negara ini disebabkan oleh penurunan produksi sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret putih mesin (SPM) atau rokok putih, membuat pemesanan pita cukai lebih rendah.
-
Bagaimana PT Timah mengalami kerugian? 'Penurunan produksi, harga jual menurun itu karena di pasar dunia itu oversupply,' sambung Virsal. Virsal mencatat ada sejumlah negara yang produksinya mengalami peningkatan. Salah satu yang disebut Malaysia karena produksinya mampu bertambah sepanjang 2023 lalu.
-
Siapa yang meminta anggaran Rp20 triliun? Jelang rapat, Menteri HAM Natalius Pigai sempat dicecar terkait permintaan anggaran Rp20 triliun.
"Ada perikanan dan kehutanan sampai dimana road map sejauh mana pemerintah mendorong tata kelola PNPB dalam hal ini. Ada yang bisa dilakukan treatment-treatment itu dari pemerintah. Nah itu kemudian desain dari PP itu yang kita tagih untuk kemudian meningkatkan kepercayaan publik terhadap PP tersebut," jelasnya.
FITRA menduga ada sikap saling lempar tanggungjawab terkait keluarnya PP ini. Pasalnya Kementerian Keuangan merasa tidak mengeluarkan aturan ini, demikian pula dengan pihak kepolisian.
"Kemudian mengenai perosalan PP ini saling lempar, saling nuding. Kemenkeu tidak mengeluarkan, kepolisian juga tidak mengeluarkan. Padahal kepolisian diberikan kewenangan untuk mengelola PNBP ini. Dalam hal ini yang tadi saya sampaikan adalah adanya komunikasi yang rapi di internal pemerintah dalam hal ini," ujar Yenny.
(mdk/sho)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anggaran Kementan untuk tahun 2025 mengalami pengurangan dibandingkan tahun 2024, meskipun peran Kementan sangat vital.
Baca SelengkapnyaPemerintah menargetkan kenaikan penerimaan cukai sebesar 5,9 persen menjadi Rp244,198 triliun.
Baca SelengkapnyaBadan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menyampaikan hasil audit, dari Rp271 triliun menjadi Rp300,003 triliun.
Baca SelengkapnyaOtorita IKN Nusantara akan membangun kawasan hijau atau lindung seluas 177 ribu hektare.
Baca SelengkapnyaLangkah Kemenhut dinilai sejalan dengan upaya pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
Baca SelengkapnyaKinerja industri kelapa sawit di Indonesia tak sebaik dari tahun kemarin.
Baca SelengkapnyaMenteri LHK ungkap ada kesalahan dalam paparan data Mahfud MD.
Baca SelengkapnyaDampak besar dari Karhutla pernah dialami Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2022.
Baca SelengkapnyaGuru Besar Hukum Pidana Universitas Pancasila Agus Surono mengatakan, tantangan terbesar dalam pengelolaan SDA adalah masalah deforestasi.
Baca Selengkapnya