Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Fury Wars, penetral limbah cair tahu temuan mahasiswa UB

Fury Wars, penetral limbah cair tahu temuan mahasiswa UB Mahasiswa UB olah limbah cair tahu jadi bahan dasar aneka kerajinan dan ramah lingkungan. ©2018 Merdeka.com

Merdeka.com - "Tahu bulat, digoreng dadakan lima ratusan, anget-anget, gurih nyoi," demikian gaya menawarkan tahu goreng yang populer di masyarakat.

Memang tahu dengan berbagai bentuk penyajian menjadi makanan favorit bagi masyarakat Indonesia. Cukup digoreng, sudah menjadi sajian laris-manis nan murah.

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) mencatat rata-rata konsumsi tahu Indonesia tahun 2002-2015 sebesar 7,26 kg per kapita per tahun. Besarnya konsumsi tahu mendorong menjamurnya industri produsen di masyarakat.

Namun di balik nikmatnya tahu goreng, ternyata proses produksi tahu memunculkan masalah baru dari sisi limbahnya. Dua jenis limbah dihasilkan dari proses produksi tahu, yakni dalam bentuk padat dan cair. Limbah padat biasanya dimanfaatkan sebagai pakan hewan ternak. Sedangkan limbah cair belum banyak dimanfaatkan.

Umumnya produsen tahu masih membuang limbah cair ke sungai karena memang belum memiliki teknologi pengolahan limbah yang dibutuhkan. Padahal limbah cair tahu sangat berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat, jika dibuang secara langsung dan bercampur dengan air di sungai.

Kandungan BOD dan COD serta asam pH-nya sangat tinggi, sehingga menimbulkan bau tajam dan mengurangi kadar oksigen dalam air. Secara kasat mata, limbah cair tahu akan meningkatkan kekeruhan air.

Mahasiswa Universita Brawijaya Malang menemukan alat penetral limbah cair dari proses produksi tahu. Temuan alat yang diberi nama Fury Wars singkatan dari Tofu Industry Wastewater Recycling Systems itu dinilai tepat diaplikasikan pada pengolahan limbah tahu.

"Fury Wars ini teknologi tepat guna pengelola limbah cair tahu yang masih mengandung kandungan asam cuka dan protein yang tinggi, diolah menjadi limbah cair yang aman untuk dibuang. Sehingga tidak menghasilkan bau tidak sedap di sekitar lokasi industri tahu," kata mahasiswa Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Listy Laura, Kamis (19/7).

Listy yang juga ketua tim menjelaskan, sistem kerja Fury Wars cukup sederhana, yakni berupa balok kaca bertingkat yang akan dialiri limbah dengan menerapkan prinsip gaya gravitasi. Air akan mengikuti aliran dari posisi lebih tinggi menuju ke lebih rendah.

"Tetapi kami juga menambahkan bakteri pada balok pertama dan kedua untuk menyehatkan limbah cair tersebut. Selain itu ada pula oksigen yang kami tambahkan di balok kedua untuk lebih menyehatkan dan menyeimbangkan kadar pH limbah," katanya.

Sementara pada balok terakhir digunakan filter, sehingga limbah cair menjadi aman dan lebih ramah lingkungan saat dibuang.

Tidak hanya itu, Listy Laura bersama timnya yang terdiri Robert Antonius, Dewi Martha Ayu, Xavier Adli, Raihan juga mengolah limbah cair menjadi nata, yakni bahan dasar yang dapat digunakan untuk aneka kerajinan. Di bawah dosen pembimbing Angga Dhetta Shirajuddin, limbah cair tersebut dapat menghasilkan lembaran nata, yang dapat difungsikan untuk hiasan rumah tangga.

"Sebelum dibuang, kami juga menambahkan bakteri pada limbah sebelum masuk ke alat instalasi kami. Penambahan bakteri ini dimaksudkan untuk mengubah limbah menjadi nata yang bisa digunakan sebagai bahan dasar aneka kerajinan," kata Dewi Martha Ayu, anggota tim yang lain.

"Ini karena saking banyaknya limbah cair yang tersedia sehingga kami memberikan dua solusi pengolahan. Pertama adalah instalasi untuk mengolahnya sebelum dibuang dan kedua adalah mengubahnya menjadi nata," tambahnya.

Limbah yang telah diberi bakteri dan berubah menjadi nata ini selanjutkan dikeringkan. Nata kering yang berbentuk lembaran kemudian diolah menjadi kerajinan seperti tas, dompet, tempat pensil dan sebagainya.

Sementara Robert Antonius mengatakan, saat ini Fury Wars telah teraplikasi di kelompok industri produsen tahu KLB di Jalan Pelabuhan Ketapang I, Kecamatan Sukun, Kota Malang.

Setiap hari, KLB yang berdiri sejak 1998 menghasilkan limbah sebanyak 5.237 liter per hari. Implementasi Fury Wars terbukti mampu mengolah limbah hingga sekitar 70 persen menjadi lebih ramah lingkungan.

"Pengusaha tahu nantinya dapat mandiri dalam melakukan pengolahan limbah yang dihasilkan. Instalasi ini terbukti mampu mereduksi dampak negatif limbah cair tahu sehingga lebih ramah lingkungan. Bahkan bisa memberdayakan masyarakat dengan menyediakan lapangan pekerjaan lewat produksi kerajinan tangan berbahan nata de soya," jelasnya.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Petani Trenggalek Ubah Limbah Rumen Hewan Kurban Jadi Pupuk Organik, Ternyata Manfaatnya Seabrek
Petani Trenggalek Ubah Limbah Rumen Hewan Kurban Jadi Pupuk Organik, Ternyata Manfaatnya Seabrek

Kini tak perlu pusing dengan keberadaan limbah rumen

Baca Selengkapnya
Pengertian Limbah Organik, Jenis, dan Cara Mengolahnya yang Tepat
Pengertian Limbah Organik, Jenis, dan Cara Mengolahnya yang Tepat

Limbah organik merupakan sisa-sisa dari makhluk hidup dan bahan-bahan organik yang dapat terurai secara alami melalui proses biologis.

Baca Selengkapnya
Proses Pembuatan Tahu Step By Step, Lakukan Sesuai Urutannya
Proses Pembuatan Tahu Step By Step, Lakukan Sesuai Urutannya

Tertarik membuat tahu sendiri di rumah? Ternyata mudah saja, lho!

Baca Selengkapnya
7 Rekomendasi Pasir Kucing Tofu atau Soya Litter untuk Kotoran Anabul, Tak Bikin Berdebu
7 Rekomendasi Pasir Kucing Tofu atau Soya Litter untuk Kotoran Anabul, Tak Bikin Berdebu

Pasir kucing ini diolah dari limbah sisa pembuatan tahu, lebih mudah menggumpal, tidak menghasilkan debu terlalu banyak, tidak berbau, dan ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya
Dosen UGM Kembangkan Metode Ember Tumpuk untuk Kelola Sampah Organik, Begini Cara Kerjanya
Dosen UGM Kembangkan Metode Ember Tumpuk untuk Kelola Sampah Organik, Begini Cara Kerjanya

Dosen UGM mengolah sampah sisa makanan menjadi pupuk. Teknologi dan alat yang digunakan pun sangat sederhana.

Baca Selengkapnya
Dulu Diprotes Warga, Rumah Potong Hewan di Cilegon Sulap Limbah Kotoran Jadi Pupuk Organik
Dulu Diprotes Warga, Rumah Potong Hewan di Cilegon Sulap Limbah Kotoran Jadi Pupuk Organik

Berawal dari protes warga, rumah potong hewan di Cilegon ini sulap limbah jadi pupuk organik.

Baca Selengkapnya
Sudah Tahu Belum Cara Membedakan Tahu Berformalin atau Tidak? Ini Caranya
Sudah Tahu Belum Cara Membedakan Tahu Berformalin atau Tidak? Ini Caranya

Tahu merupakan makanan sehat yang sering disalahgunakan dengan mencampur zat kimia berbahaya demi mendapatkan keuntungan semata. Perlu waspada saat membelinya

Baca Selengkapnya
5 Makanan Indonesia yang Terbuat dari Bahan Fermentasi, Wajib Banget Dicoba!
5 Makanan Indonesia yang Terbuat dari Bahan Fermentasi, Wajib Banget Dicoba!

Beragam makanan fermentasi Indonesia yang patut kamu coba. Ada apa saja?

Baca Selengkapnya
Mahasiswa UGM Sulap Kotoran Sapi Jadi Batako, Begini Caranya
Mahasiswa UGM Sulap Kotoran Sapi Jadi Batako, Begini Caranya

Inovasi ini muncul karena permasalahan warga desa yang kurang efektif dalam mengelola limbah kotoran sapi

Baca Selengkapnya
Abu Batu Bara PLTU Tenyata Bisa Diubah Jadi Pupuk, Begini Caranya
Abu Batu Bara PLTU Tenyata Bisa Diubah Jadi Pupuk, Begini Caranya

Abu bata baru yang dimanfaatkan sebagai pupuk silika berasal dari PLTU Ombilin, di Kota Sawahlunto Sumatera Barat.

Baca Selengkapnya
Ternyata, Limbah PLTU Bisa Dijadikan Pupuk dan Dongkrak Hasil Pertanian di Musim Kemarau
Ternyata, Limbah PLTU Bisa Dijadikan Pupuk dan Dongkrak Hasil Pertanian di Musim Kemarau

FABA yang dimanfaatkan untuk sektor pertanian tersebut dalam bentuk pupuk organik.

Baca Selengkapnya