Gagal panen karena kemarau, warga Gorontalo terpaksa alih profesi
Merdeka.com - Sejumlah warga khususnya yang bermukim di wilayah pegunungan di Kota Gorontalo, terpaksa beralih profesi dari petani menjadi buruh. Penyebabnya lantaran hasil pertanian mereka tidak bisa diandalkan karena lahannya kekurangan air.
Anwar Edi, salah seorang warga yang bermukim di pegunungan Gorontalo, mengatakan, saat ini dia bersama rekan-rekannya memilih melakoni pekerjaan menjadi buruh bangunan. Sebab bila tidak dilakukan, maka mereka tidak mendapat penghasilan.
"Untuk menopang kebutuhan keluarga khususnya untuk rumah tangga, kami terpaksa bekerja menjadi buruh bangunan," kata Anwar, seperti dilansir dari Antara, Selasa (28/7).
-
Siapa yang menjadi buruh di perkebunan? Adapun beberapa wilayah di Jawa yang menjadi pemasok utama para pekerja buruh perkebunan, mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.
-
Apa pekerjaan utama buruh Jawa di perkebunan? Mereka ini sangatlah penting untuk pengembangan perkebunan karet dan tentunya bisa menghasilkan komoditi yang berkualitas.
-
Di mana pekerja Indonesia bekerja? Haygrove, sebuah perkebunan di Hereford yang memasok buah beri ke supermarket Inggris, memberikan surat peringatan kepada pria tersebut dan empat pekerja Indonesia lainnya tentang kecepatan mereka memetik buah sebelum memecat mereka lima dan enam pekan setelah mereka mulai bekerja.
-
Siapa yang seharusnya bantu pekerjaan rumah? Anak laki-laki dan perempuan yang membantu dengan tugas-tugas sehari-hari mendapatkan dorongan dalam harga diri, bangga dengan pekerjaan yang telah dilakukan, dan tumbuh menjadi pemuda dan pemudi yang memiliki peran yang sama dalam pekerjaan tanpa bayaran dalam menjalankan rumah tangga, mempromosikan kesetaraan gender,“ jelas Dr. Alisa Baer, seorang dokter anak.
-
Siapa yang memanfaatkan ojek di Dusun Butuh? Tarif yang dikenakan pendaki untuk bisa naik ojek itu adalah Rp20.000 sekali jalan, untuk pulang pergi tarif totalnya Rp40.000.
-
Bagaimana Bapak-Bapak terobos hujan? Berikut ini adalah beberapa potret tingkah laku mereka yang dihimpun dari berbagai sumber pada Rabu (19/06/2024).
Anwar mengatakan, selain menjadi buruh bangunan, ada sejumlah warga tadinya bertani banting setir bekerja menjadi karyawan toko, pengemudi bentor (becak motor). Bahkan kaum ibu banyak yang terpaksa menjadi pembantu rumah tangga.
Sunu Antu, salah seorang warga lainnya mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, dia terpaksa menjadi pengemudi bentor. Dia nekat melakukan hal itu meskipun belum lancar mengemudi dan bahkan tidak mempunyai surat izin mengemudi (SIM).
Sunu mengatakan, saat ini areal perkebunan sudah mulai kering. Tanaman cabai dan tomat tidak bisa diandalkan, sedangkan keluarga harus ditopang sebanyak lima jiwa, sehingga dia harus beralih menjadi pengemudi bentor.
"Kalau saya hanya mengandalkan hasil kebun, maka tentunya tidak akan mencukupi untuk memenuhi keperluan rumah tangga," kata Sunu.
Maryam M, seorang warga lainnya mengatakan, sejak tiga pekan dia sudah bekerja menjadi pembantu rumah tangga. Hal itu dilakukan buat membantu suaminya yang juga beralih pekerjaan dari petani menjadi buruh bangunan.
Maryam menambahkan, biasanya buat menopang kebutuhan rumah tangga, setiap pekan dia menjual hasil berkebun seperti cabai, tomat, bawang, pepaya, pisang, ubi dan kelapa. Namun karena musim kemarau, hasilnya jauh dari memuaskan.
"Sejumlah ibu rumah tangga saat ini bekerja menjadi pembantu pada keluarga yang berkecukupan," kata Maryam. (mdk/ary)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keluh kesah pria eks TKI Jepang yang kini rela bekerja di kampung halaman sebagai tukang bangunan.
Baca SelengkapnyaSeorang pensiunan TNI ikut program transmigrasi ke Kalimantan dan memulai hidupnya dari nol.
Baca SelengkapnyaArea persawahan di Jakarta tersebut terdampak kekeringan panjang
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan beberapa pria yang rela bekerja di bawah tanah membuat pawon demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Baca Selengkapnya"Sumur-sumur sudah mengering, sehingga warga hanya bisa mendapatkan air dari dasar sungai,” Sunardi.
Baca SelengkapnyaWarga harus berjuang keras untuk mendapatkan air di tengah bencana kekeringan.
Baca SelengkapnyaMayoritas warga di sana merupakan petani yang menggarap lahan tadah hujan. Kalau musim kemarau lahan itu dibiarkan kosong.
Baca SelengkapnyaKampung itu sering diterjang banjir dengan ketinggian hingga 1,8-2 meter.
Baca SelengkapnyaDharma Pongrekun-Kun Wardana menyinggung maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sejumlah perusahaan di Jakarta.
Baca SelengkapnyaSehari-hari, mereka bekerja sebagai buruh tani. Penghasilan harian kecil kadang tak dapat sama sekali
Baca SelengkapnyaSaat musim tanam tiba, para perantau itu pulang sebentar untuk menanam jagung dan selanjutnya pergi merantau lagi
Baca Selengkapnya