Gairah para sesepuh di panggung teater Bandung
Merdeka.com - Berdiri di atas panggung sudah menjadi bagian dari jalan hidup Yati Sugiyati SA dan Abah Tjetje Raksa Muhamad. Meski sudah sepuh, dua aktor senior Studiklub Teater Bandung (STB) ini masih tetap bermain teater. Keduanya sama-sama menginjak usia 70 tahun, tetapi gairah seni panggung tak padam dimakan usia.
Pentas terbaru mereka lakukan saat STB ulang tahun yang ke- 57 di Toko You, Jalan Hasanuddin, Bandung, Jumat (30/10) malam. Dalam acara ulang tahun ini Yati memerankan monolog Tutur Kisah Cinta Anjani.
Anjani adalah putri jelita Resi Gotama yang dikutuk ayahnya. Untuk menangkal kutuk itu ia bertapa di pinggir Telaga Mandirda. Batara Siwa kepincut dengan kejelitaan Anjani. Siwa pun menyalurkan hasratnya kepada gadis pertapa tersebut.
-
Apa nama sinetron Raden Rakha di Indosiar? Magic 5 adalah salah satu sinetron Indosiar yang memiliki banyak penggemar.
-
Dimana Badia Batuang dimainkan? Apakah permainan ini mengganggu warga sekitar? Tentu saja tidak, biasanya anak-anak akan memainkan meriam ini jauh dari perkampungan atau di tempat luas seperti lapangan, kebun, sawah, ladang, dan sebagainya.
-
Kapan Badia Batuang dimainkan? Badiang batuang ini tidak hanya menjadi permainan anak-anak ketika menjelang waktu berbuka puasa, melainkan juga dimainkan ketika waktu sahur untuk membangunkan penduduk sekitar.
-
Bagaimana Pak Raden memulai karier sebagai pendongeng? Pak Raden memulai karier sebagai pendongeng dengan membuat ilustrasi cerita anak.
-
Teks drama adalah apa? Pengertian teks drama adalah suatu teks cerita yang dipentaskan di panggung yang menceritakan kehidupan melalui adegan para tokoh pemerannya.
-
Siapa tokoh penting Sandiwara Sunda? Di balik eksistensi sandiwara Sunda, terdapat salah satu tokoh yang berpengaruh yakni Kabul E. Samsudin atau Wa Kabul yang sangat total dalam memperjuangkannya.
Yati mulai menggeluti seni peran pada usia 20 tahun. Saat itu ia diajak tokoh Pak Raden atau Suyadi yang baru saja almarhum. Pak Raden mengajaknya bermain teater dalam lakon: "Badak-badak", karya Ionesco arahan sutradara Jim Lim pada 1965.
"Itulah saat awal mula saya mulai terjun, lalu terjerumus, lalu terjebak, lalu berkubang dalam dunia teater yang membenamkan saya semakin dalam sampai berusia 70 tahun ini," kenang istri tokoh teater nasional Suyatna Anirun.
Ia mengungkapkan, keterlibatannya dalam dunia teater makin intens sejak ia menikah dengan Suyatna Anirun, pendiri STB yang konsisten sebagai sutradara dan penggarap karya drama. "Hal itu makin menjerumuskan saya pada dunia yang penuh dengan usaha keras dan tak kepalang tanggung," katanya.
Sejak kecil Yati tidak asing dengan dunia panggung. Pada 1950 ketika usianya masih lima tahun, ia sudah mulai menari di panggung Concordia yang kini Gedung Merdeka, Bandung.
"Di sana saya bermain-main di panggung. Saya katakan bermain-main karena di panggung itu saya belum memiliki kesadaran bahwa saya tampil ditonton banyak orang," tuturnya.
Selanjutnya masa remajanya diisi dengan kegiatan kesenian wayang orang. Begitu menjadi mahasiswa dia bertemu dengan Pak Raden, salah satu tokoh yang mengenalkannya pada dunia teater.
Sementara aktor senior lainnya, Bayang Kumbakarna oleh Tjetje Raksa. Sebagaimana judulnya, Tjetje memainkan monolognya di atas panggung yang sengaja ditutup kain putih, sehingga penonton hanya melihat bayang-bayang sosoknya.
Mengenakan kostum wayang, Tjetje menggeram sebagaimana kebiasaan tokoh Kumbakarna dalam wayang golek. Kumbakarna adalah adik Raja Alengka Dasamuka atau Rahwana. Dasamuka yang jahat menculik Dewi Sinta.
Kumbakarna yang memiliki postur tubuh raksasa namun berhati lembut tidak setuju dengan tindakan kakaknya itu. Ia pun memilih mengasingkan diri ke hutan dan tidur berkepanjangan. Tetapi perang membangunkannya. Alengka dalam bahaya. Jiwa patriotismenya bangkit, meski ia tidak suka dengan tindakan sang kakak.
Bagi Tjetje bermain teater di usia yang tidak muda lagi merupakan pengalaman yang luar biasa, jarang dimiliki oleh aktor teater lainnya. Ia mengaku tergila-gila main teater.
"Kini di usia senja ini, kegilaan terhadap pemanggungan masih juga ada. Tapi bermain di panggung memberikan kemesraan, keakraban, dan kehangatan di antara sesama teman sepermainan. Nyaman, santai, damai," kata lulusan Akademi Teater dan Film Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK) Bandung. (mdk/mtf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kesenian ini biasanya dimainkan oleh puluhan orang untuk menyindir Belanda.
Baca SelengkapnyaTeater khas Sumsel ini menceritakan kisah Abdul Muluk dan pantun-pantun jenakanya.
Baca SelengkapnyaDi sana anak-anak tak hanya diajar untuk menjadi dalang, tapi yang paling penting adalah ia diajari untuk mendalami karakter wayang
Baca SelengkapnyaSalah satu budaya lokal Minangkabau yang memadukan seni tari, musikal, drama, dan beda diri ke dalam satu kesatuan yang harmonis.
Baca SelengkapnyaTari Landok Sampot lahir dari kebiasaan masyarakat setempat ketika masa penjajahan pada tahun 1800-an.
Baca SelengkapnyaPertunjukan wayang orang yang dikemas Gan Kam bertransformasi jadi lebih populer dan bisa dinikmati segala kalangan
Baca SelengkapnyaPertunjukannya selalu dinanti dan bisa “menghipnotis” penonton. Bahkan, mereka juga rela berdandan ala koboy sampai badut saat menari Kliningan Bajidoran.
Baca SelengkapnyaKesenian ini menarik untuk disimak karena menampilkan kekayaan budaya asli Cirebon.
Baca SelengkapnyaBoneng kerap memerankan karakter hansip dalam film Warkop DKI yang dibintangi Dono, Kasino dan Indro. Sosok Boneng begitu populer di era 80 hingga 90-an.
Baca SelengkapnyaSalah satu tokoh dalam video klip "Gala Bunga Matahari" adalah Landung Simatupang. Ia merupakan seorang pemeran, sutradara, dan sastrawan senior
Baca SelengkapnyaTari Rayak-rayak jadi salah satu kesenian tertua di Sukabumi.
Baca SelengkapnyaMakyong, seni pertunjukan drama atau cerita penuh pesan moral yang berkembang pesat di Kepulauan Riau sejak abad 18.
Baca Selengkapnya