Ganjar Keluhkan Masalah Sistem Digital Terkait Anggaran dengan Kemendagri
Merdeka.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengeluhkan persoalan sistem digital yang belum bisa diterapkan dengan baik. Salah satunya terkait anggaran daerah.
Menurutnya, sistem anggaran di Pemprov Jawa Tengah sudah beralih ke digital. Namun, ada kendala dengan Kementerian Dalam Negeri yang masih pakai cara konvensional ketika ingin mengevaluasi APBD.
"Ada ego sektoral karena pengalaman ini pernah kita dapatkan ketika kita ingin mendigitalisasi sistem informasi tentang anggaran yang kita miliki, wah itu ternyata pindahnya (ke digital) luar biasa," katanya dalam diskusi Urgensi Transformasi Digital Pemerintahan untuk Merespons Pandemi dan Pembangunan Nasional," Rabu (3/3).
-
Kenapa Ganjar bahas hilirisasi digital? Dalam kesempatan itu, Ganjar berdialog santai bersama mereka. Salah satu bahasan yang disampaikan Ganjar adalah konsep hilirisasi industri digital sebagai langkah memajukan dunia kreatif Indonesia.
-
Mengapa Ganjar ingin menerapkan KTP Sakti? Nantinya rakyat yang berhak mendapatkan bantuan bisa ada dalam satu data dan dikelola oleh pemerintah.
-
Apa program Ganjar? Ganjar melaunching program satu keluarga miskin satu sarjana.
-
Dimana Ganjar menandatangani? Ganjar ikut membubuhkan tanda tangan di pojok 'Tinta Perjuangan Untuk Indonesia' yang ada di koridor menuju ruang rakernas.
-
Apa tujuan Banyuwangi meluncurkan program Digitalisasi Kelurahan? Peluncuran tersebut, menurut Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, sebagai upaya mewujudkan peningkatan layanan publik dan penguatan data.
-
Bagaimana Kanwil BPN Jatim meningkatkan sinergi dengan Pemda? Keterbukaan Informasi ini dinilai memiliki pengaruh besar terhadap kesuksesan program-program yang sedang dijalankan. Bukan hanya itu, dukungan dari seluruh pihak terkait juga memegang peranan penting, sehingga di tiap penyelenggaraan sosialisasi, Kementerian ATR/BPN selalu menekankan penguatan sinergi lintas sektor.
"Dan ini kemarin ini menjadi persoalan ketika Kemendagri harus mengevaluasi APBD dan Jawa Tengah yang pertama masuk, 15 hari lebih gak di evaluasi, ternyata kami diminta kembali pada sistem lama," ucapnya.
Politikus PDIP itu menegaskan, bahwa Pemprov Jateng tidak bisa kembali kepada sistem lama. Dia bilang, jika ada yang keliru soal anggaran cukup dibetulkan.
"Maka akhirnya kemarin beberapa kabupaten kota gak bisa gajian gara-gara sistemnya mau berubah, kita sudah agak maju tapi ternyata keinginannya minta kembali ketempat yang lama, padahal yang dibutuhkan sinkronisasi saja," ujarnya.
Ganjar menyatakan, dibutuhkan integrasi sistem-sistem yang ada di kabupaten, kota maupun provinsi. Sehingga, dokumen cetak bisa beralih ke digital.
"Aturan masih menysyaratkan dokumen cetak, ayo dong kita ganti dengan dokumen yang digital sehingga ini jauh lebih cepat, kondisi infrastruktur yang memang belum memadai maka ini coba kita dorong perbaikan demi perbaikan kita lakukan," tuturnya.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut Ganjar, sistem digital pemerintahan harus ditingkatkan.
Baca SelengkapnyaAdapun untuk mendorong transformasi digital di daerah, Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia akan terus membuat sistem pembayaran yang semakin efisien.
Baca SelengkapnyaGanjar menjelaskan strateginya untuk meningkatkan rasio pendapatan pajak.
Baca SelengkapnyaGanjar menerangkan digitalisasi tersebut bisa diterapkan dalam bentuk e-budgeting dan e-planning.
Baca SelengkapnyaGanjar menjelaskan, penerapan kartu Sakti mampu memberikan layanan-layanan dasar masyarakat termasuk pupuk.
Baca SelengkapnyaE-budgeting itu merupakan bagian dari Government Resource Management System (GRMS)
Baca SelengkapnyaGanjar mengungkapkan strategi untuk mencapai tiga gagasan tersebut.
Baca SelengkapnyaHadirnya GovTech nantinya akan meningkatkan e-Government Development Index (EGDI).
Baca SelengkapnyaSeluruh caleg PDIP akan dikerahkan untuk menyosialisasikan program KTP Satu Kartu Terpadu Indonesia (Sakti) yang menjadi terobosan pasangan Ganjar-Mahfud.
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan, terdapat 27.000 aplikasi berjalan sendiri-sendiri tidak terintegrasi sehingga menyebabkan tumpang-tindih.
Baca SelengkapnyaPemerintah tengah gencar memperbaiki birokrasi dan pelayanan optimal kepada masyarakat
Baca SelengkapnyaMasih ada tantangan dalam pemenuhan data pemerintah yang berintegritas tinggi.
Baca Selengkapnya