Ganjar kembali dikeluhkan nelayan soal penggunaan cantrang
Merdeka.com - Para nelayan menemui Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terkait polemik penggunaan alat tangkap cantrang. Mereka mengeluhkan pelarangan penggunaan alat cantrang yang diberlakukan sejak enam bulan lalu namun tanpa disertai imbauan tertulis.
Rasmidi Waluyo, salah seorang nelayan Pati meminta Ganjar Pranowo untuk memberi perlindungan kepada nelayan agar bisa melaut tanpa ada rasa khawatir.
"Terutama ketika melaut di luar perairan Jateng," keluh Sulawi, nahkoda kapal cantrang asal Juwana, Pati saat berdialog dengan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo di Kantor Kecamatan Juwana, Kamis (19/1).
-
Apa yang dikeluhkan nelayan Indramayu kepada Ganjar? Mereka mengeluh harus menyetor uang keamanan kepada preman.
-
Bagaimana Ganjar tanggapi keluhan nelayan? Usai berdialog, Ganjar menegaskan bahwa praktik semacam itu tidak dibenarkan. Hal itu menjadi tugas bagi pemerintah memberikan edukasi sehingga membuat nelayan tidak merasa penyetoran uang ke preman adalah kewajiban.
-
Dimana Ganjar Pranowo berdialog dengan nelayan? 'Ada bajak laut,' kata nelayan.Berdasarkan pengakuannya, nelayan itu menyetor mulai Rp3 juta hingga Rp5 juta setiap minggunya. 'Orang biasa seperti saya, cuma baik keamanannya kalau ada masalah,' ujar nelayan.
-
Apa saja keluhan petani bawang merah kepada Ganjar? Ganjar mencatat tiga keluhan utama para petani bawang merah di sana, yakni pupuk, pasar untuk jual hasil panen, dan ketersediaan pengairan lahan.
-
Apa yang diminta Ganjar kepada pendukungnya di Jawa Tengah? 'Kalau partai sudah kokoh, relawan sudah bersatu, tutup rapat, kunci, wis gembok, kuncine ojo ilang, dikunci rapat,' sambungnya.
-
Apa yang disayangkan Ganjar? Ganjar menyayangkan kembali terjadinya pelanggaran etik oleh penyelenggara negara setelah apa yang terjadi di Mahkamah Konstitusi (MK).
Menurut Rasmidi, saat ini sudah banyak nelayan Jateng yang ditangkap keamanan laut di kawasan Kaltim, Kalsel, Kalbar, hingga Makassar. "Bahkan salah seorang teman kami baru saja di penjara tiga bulan di Banjarmasin karena masalah ini," ungkapnya.
Rasmidi mengaku jika pelanggaran kawasan perairan itu tergolong tanpa disengaja karena nelayan memang tidak tahu di mana batas zona perairan Jateng dan Kalimantan. "Jika sudah tertangkap, petugas menyita ikan yang sudah ditangkap kapal tersebut. Ikan hilang, masih ditambah denda ratusan juta rupiah," akunya.
Menanggapi itu, Ganjar mengatakan, akan mengomunikasikan keluhan nelayan itu kepada unsur keamanan laut, khususnya di wilayah laut Jawa dan Kalimantan. "Solusi lain, harus ada pelatihan menyeluruh, khusus pengetahuan batas-batas perairan agar nelayan tak lagi berurusan dengan unsur keamanan," ujarnya.
Bahkan, Ganjar mengaku sanggup untuk berkomunikasi dengan Kapolri Jendral Tito Karnavian dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) terkait kesulitan nelayan Jateng melaut di perairan Indonesia sendiri.
"Nanti saya tak telponnya Pak Tito (Kapolri Jenderal Tito Karnavian) dan Kepala Staf Angkatan Laut serta unsur terkait. Karena ironis, kita kesulitan melaut di negeri sendiri," tandasnya.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Propinsi Jateng, Lalu M Syafriadi mengungkapkan pada awal Januari 2017 ini, sebanyak 21 nelayan yang ditangkapi di luar Perairan Jawa. "Dari datanya, sejak awal 2017 ini, sudah ada 21 nelayan yang ditangkap di luar daerah. Rinciannya, 13 kapal di Sumsel, 5 kapal di Makassar, dan 3 kapal di Banjarmasin," terangnya.
Lalu meminta agar semua kapal yang mencari ikan di wilayah Laut Jawa, dilengkapi dengan GPS. "Ketika ditangkap, nahkoda langsung mengunci GPS tersebut agar bisa digunakan sebagai bukti bahwa nelayan tidak melanggar perbatasan," jelasnya.
Lalu mengakui jika sampai saat ini banyak persoalan tekait ditangkapinya belayan tersebut oleh aparat. "Mereka bilang pelanggaran zona tersebut karena sedang berlindung dari badai. Jadi agak masuk sedikit ke perbatasan. Toh saat itu sedang off atau tidak menebar jaring," ungkapnya.
Untuk itu, Lalu menyatakan sampai saat ini terus berkoordinasi dengan provinsi lain. Terutama dengan provinsi yang menangkap nelayan asal Jateng. "Kami tetap memikirkan nasib nelayan yang ditangkap. Saya sebagai kepala DKP Jateng, meminta provinsi yang menangkap agar menghadirkan saksi ahli untuk mendudukkan perkara secara benar," pungkasnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
kita harus libatkan mereka dalam setiap pengambilan keputusan agar regulasi kelautan kita ke depan berpihak pada nelayan," kata Ganjar
Baca SelengkapnyaMenurut Ganjar, keluhan dari para nelayan harus segera direspons pemerintah agar nelayan bisa sejahtera.
Baca Selengkapnya"Yang suka bermedsos tolong kalimatnya yang baik ya," pesan Ganjar
Baca SelengkapnyaGanjar meminta, pendukungnya harus tertib agar tidak mengganggu lalu lintas
Baca SelengkapnyaJanji itu disampaikan Kaesang ketika bertemu dan mendengarkan keluhan nelayan di Kompleks Pelabuhan Perikanan Tasikagung, Rembang, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaPemkab menyebut kewenangan perizinan dan pengelolaan wilayah pesisir utara Tangerang, sepenuhnya menjadi domain Pemerintah Provinsi Banten.
Baca SelengkapnyaGanjar mengapresiasi keberanian nelaysn menungkap praktik pungli.
Baca SelengkapnyaGanjar sempat berdialog dengan beberapa petani yang mengeluh sulit menghadapi para tengkulak
Baca SelengkapnyaSafari politik Kampanye Pilpres 2024 hari ke-43 dimanfaatkan Calon Presiden nomor urut 03, Ganjar Pranowo untuk berdialog dengan nelayan di Cilacap.
Baca SelengkapnyaGanjar mengatakan, saat ini Pemprov Jateng serius menggerakan penguatan nelayan kecil dengan berbagai fasilitas dan program.
Baca SelengkapnyaGanjar Pranowo bertemu dengan para petani di Dusun Gunung Bakal, Desa Sumberarum, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (17/12).
Baca SelengkapnyaSalah satunya adalah Pungli yang berada di jembatan timbang.
Baca Selengkapnya