Ganjar: Masyarakat Harus Lebih Cerdas Memilih Informasi, Teliti dan Cermat
Merdeka.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta masyarakat lebih cerdas bermedia. Terutama, dikatakan Ganjar, dalam memanfaatkan media sebagai saluran informasi, edukasi dan hiburan.
"Masyarakat harus lebih cerdas bermedia, sepositif apa. Cerdas memilih informasi, teliti, dan cermat," kata Ganjar pada acara Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa 'Cerdas Bermedia di Era Penyiaran Digital' di Pendapi Gede Balai Kota Solo, Senin (29/3).
Dia mengatakan, jika masyarakat tidak bisa memilah dan memilih informasi, maka penonton bisa terjebak pada pelbagai tontonan yang ditawarkan oleh media penyiaran. Di sisi lain, masyarakat juga harus cerdas menyebarkan informasi. Sehingga nantinya bisa membentuk karakter anak bangsa.
-
Bagaimana representasi dalam media membentuk pemahaman audiens? Teks media memiliki kekuatan untuk membentuk pengetahuan dan pemahaman audiens tentang topik-topik penting ini.
-
Siapa yang berpendapat dewasa harus bijak dalam media? Yalda T. Uhls, PhD, seorang profesor pendamping asisten di UCLA, memiliki pandangan yang berbeda. Dia berharap orang dewasa lebih memikirkan cara positif untuk menggunakan media dan tidak terlalu keras pada batasan waktu layar.
-
Bagaimana fakta sosial memengaruhi individu? Fakta sosial bersifat eksternal, umum, dan memaksa terhadap individu.
-
Kenapa informasi yang salah berbahaya? 'Sering kali orang terdekat justru memberikan informasi yang tidak terbukti kebenarannya sehingga menghalangi para pejuang kanker payudara mendapatkan pengobatan lanjutan,' jelasnya.
-
Mengapa masyarakat diminta waspada? BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga yang ditetapkan sejak November 2020.
-
Bagaimana cara fakta sosial membentuk perilaku? Fakta sosial memiliki kekuatan untuk membentuk perilaku individu. Mereka mempengaruhi cara individu bertindak, berinteraksi, dan berpikir dalam masyarakat.
Menurut politisi PDIP itu, saat ini dimensi penyiaran digital menjadi pekerjaan rumah seluruh pihak. Dimana perubahan infrastruktur menuju digital berjalan begitu cepat. Jika tidak bisa menyesuaikan, pasti akan dilibas semuanya dan ini diikuti oleh berkembangnya media sosial.
"Kalau dari perkembangan ini sekarang individu pun bisa membuat ataupun menyaingi. Dengan media online, media sosial masih jadi idola maka di sana persaingan terjadi. KPI mesti melotot dan mendengar kemana-mana karena ruang menjadi lebih banyak," tandasnya.
Ketua KPI Pusat Agung Suprio menambahkan, tugas KPI sangat berat mengingat keberadaannya yang dianggap memberikan pengaruh yang sangat besar kepada masyarakat.
"TV punya pengaruh yang sangat besar, tidak hanya informasi yang mengandung hoaks tetapi juga tontonan lain yang menyebabkan penontonnya terpengaruh tontonan TV yang kurang baik. KPI bertugas mengawasi tontonan itu," terangnya.
KPI, kata dia, juga bertugas membuat literasi yang dinamakan "Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa".
"Kenapa literasi, karena kami ingin membentuk penonton yang cerdas agar bisa memilah dan memilih tontonan. Jadi mana yang baik dan yang tidak agar literasi bisa mencapai tujuannya," ujar dia.
Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka menyampaikan, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat saat ini memberikan dampak positif dan negatif.
“Dampak positifnya, masyarakat bisa mendapatkan informasi dengan mudah, murah, cepat, kapanpun, dan di manapun. Dampak negatifnya, muncul peredaran informasi bohong atau hoaks maupun penyalahgunaan informasi," kata Gibran.
Untuk menghadapi itu, dikatakannya, kemampuan literasi masyarakat sangat diperlukan untuk memberikan bekal ketrampilan kepada masyarakat. Selain itu, masyarakat diharapkan dapat memilah dan memilih informasi yang benar sehingga tidak mudah terpengaruh jika ada informasi tidak sesuai dengan norma yang ada.
"Adanya gerakan literasi sejuta pemirsa ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan kemampuan sikap kritis masyarakat. Literasi media kepada publik harus terus digaungkan secara masif," pungkas Gibran.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hoaks dapat memecah belah persatuan bangsa, mengganggu stabilitas politik.
Baca SelengkapnyaMenurut Ganjar, sebanyak 37 persen millenial dan generasi z berisiko tinggi terpapar kabar bohong atau hoaks di kehidupan sehari-hari.
Baca Selengkapnya"Hari ini mesti kita lawan tidak bisa kita biarkan," kata Ganjar.
Baca SelengkapnyaMasyarakat jangan mudah terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.
Baca SelengkapnyaMasyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.
Baca SelengkapnyaBerpikir kiritis dan logis mutlak dalam mencerna dan menyimpulkan konten yang tersebar luas di media sosial.
Baca SelengkapnyaGanjar Bicara Pentingnya Pendidikan Karakter bagi Milenial Demi Indonesia Emas 2045
Baca Selengkapnya