Gara-Gara Asap Pekat, 2 Pesawat Berputar di Langit Palembang
Merdeka.com - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera Selatan mulai masuk kategori sangat tidak sehat dan berbahaya. Warga diimbau menghindari aktivitas di luar rumah pada waktu-waktu yang rentan terjadi asap pekat.
Kasi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang Bambang Benny Setiaji menjelaskan, intensitas Asap (smoke) umumnya meningkat terjadi pada dini hari menjelang pagi hari, yakni 01.00-07.00 WIB karena udara yang stabil pada saat tersebut. Fenomena Asap diindikasikan dengan kelembapan yang rendah dengan partikel-partikel kering di udara yang dihasilkan dari proses pembakaran.
"Hal ini berpotensi diperburuk jika adanya campuran kelembapan yang tinggi sehingga membentuk fenomena kabut asap (smoke)," ungkap Bambang, Senin (16/9).
-
Kenapa kabut asap bahaya untuk jantung? Dalam jangka pendek, kabut asap dapat menyebabkan hipertensi dan stroke, sedangkan dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan penumpukan plek pada pembuluh darah atau arteriosklerosis.
-
Dimana saja kabut asap terjadi? Biasanya, kejadian ini terjadi di beberapa wilayah Indonesia.
-
Apa dampak kabut asap ke paru-paru? Sebuah penelitian menunjukkan bahwa efek kabut asap dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko penyakit paru-paru, seperti infeksi saluran pernapasan dan emfisema.
-
Bagaimana kabut asap ganggu mata? Hal ini karena adanya debu dan zat iritatif yang terkandung di dalam kabut asap. Oleh karena itu, sediakan obat tetes mata dan pastikan menggunakan kacamata saat beraktivitas di luar rumah, terutama saat sedang menghadaoi kabut asap.
-
Apa yang harus dihindari saat polusi tinggi? Jika tingkat polusi udara tinggi, sebaiknya hindari aktivitas fisik berat di luar ruangan seperti bermain olahraga atau berlari.
-
Siapa yang terdampak kabut asap? Dampak kabut asap dapat memperburuk kondisi penderita asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Menurut dia, konsentrasi PM 10 atau kualitas udara yang tercatat di Stasiun Klimatologi Palembang pada hari ini pukul 00.00-10.00 WIB, tercatat sempat menyentuh kategori sangat tidak sehat dengan nilai maksimum 319 µgram/m3 dari nilai ambang batas tidak sehat adalah pada 150 µgram/m3.
"Kondisi tidak sehat hingga sangat tidak sehat umumnya terjadi pada rentang waktu 22.00-08.00 WIB, sedangkan kondisi sehat hingga sedang umumnya terjadi pada rentang waktu 08.00-22.00 WIB," terangnya.
Oleh karena itu, pihaknya mengimbau masyarakat untuk berhati-hati beraktivitas di luar rumah pada jam-jam tersebut. Terlebih transportasi pada pukul 04.00-07.00 WIB seiring potensi menurunnya jarak pandang.
"Masyarakat harus menggunakan masker dan banyak minum air saat beraktivitas di luar rumah. Masyarakat juga kami imbau tidak melakukan pembakaran, termasuk sampah rumah tangga," imbaunya.
Dia menambahkan, kondisi langit pada malam hari tanpa awan mengakibatkan radiasi permukaan bumi lepas keluar atmosfer mengakibatkan suhu di permukaan relatif dingin pada saat dini hari menjelang pagi hari yakni berkisar antara 21-23 derajat celsius.
Setelah terbit matahari, keadaan udara akan relatif labil sehingga partikel kering (asap) akan terangkat naik dan jarak pandang akan menjadi lebih baik namun asap yang pergerakannya karena angin horizontal akan tetap ada di permukaan dan akan menyebabkan kekeruhan udara.
"Kondisi ini akan terus berpotensi berlangsung dikarenakan berdasarkan model prakiraan cuaca BMKG tidak ada potensi hujan dalam rentang prakiraan 16-22 September 2019 di wilayah Sumsel," kata dia.
Asap Akibatkan 2 Penerbangan Holding
Berdasarkan pengamatan cuaca di Bandara Iskandar Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang pada pagi tadi, tercatat hanya 300-800 meter dan kelembapan 92-94 persen dengan keadaan cuaca asap (smoke). Kondisi ini menyebabkan dua penerbangan holding (menunggu di udara) untuk mendarat.
"Dari laporan yang masuk ada dua penerbangan mengalami holding pagi tadi, baru bisa mendarat di Palembang ketika asap mulai naik," ujarnya.
Menurut dia, angin pada umumnya dari tenggara dengan kecepatan 5-20 knot (9-37 km/jam) yang mengakibatkan potensi masuknya asap akibat karhutla ke wilayah Palembang dan sekitarnya. Sumber dari LAPAN hari ini tercatat beberapa titik panas di wilayah sebelah selatan-tenggara Palembang dengan tingkat kepercayaan di atas 80 persen yang berkontribusi asap masuk ke kota itu.
"Dari data LAPAN, titik panas terjadi SP Padang, Banyuasin I, Pampangan, Tulung Selapan, Cengal, Pematang Panggang, Air Sugihan, Pedamaran dan Mesuji," pungkasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hal ini dampak asap dari kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah di Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaAnak-anak dan lanjut usia merupakan kelompok terbanyak sebagai penderita ISPA akibat kabut asap.
Baca SelengkapnyaKebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan terus meluas. Akibatnya, udara di Palembang memasuki kategori tak sehat.
Baca SelengkapnyaTiba-tiba jarak pandang berkurang diduga akibat pengaruh angin yang membawa asap di sekitar bandara.
Baca SelengkapnyaAsap tebal karhutla ini membuat warga keculitan bernapas dan menyebabkan mata perih.
Baca SelengkapnyaSecara keseluruhan luasan karhutla di Sumsel Januari-Juni 2023 seluas 1.129 ha atau berkurang dari periode yang sama pada 2022 di angka 2.222 ha.
Baca SelengkapnyaTotal sudah 32.496 hektare lahan yang terbakar sepanjang Januari hingga September 2023.
Baca SelengkapnyaSebaran kabut asap akibat karhutla ini membuat kualitas udara di Palembang memburuk dan lebih parah dari polusi di Jakarta.
Baca SelengkapnyaGubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengisyaratkan bakal menetapkan status tanggap darurat bencana asap karena kualitas udara nyaris menembus ambang batas.
Baca SelengkapnyaTingkat polusinya bahkan melampaui standar aman dari WHO.
Baca SelengkapnyaMemasuki musim kemarau, kebakaran hutan dan lahan dilaporkan terjadi Ogan Ilir.
Baca SelengkapnyaPolusi Udara Jakarta berada pada fase terburuk dan memicu berbagai penyakit
Baca Selengkapnya