Gara-gara hobi sewa PSK, tuna daksa di Tabanan terkena AIDS
Merdeka.com - Pasutri orang dengan HIV/AIDS (ODHA), asal Desa Penebel Tabanan, Bali, I Made (30) dan Ni Putu (22), rela hidup jauh dari keluarga karena takut penyakitnya tersebut menular kepada orang-orang yang disayangnya.
I Made menceritakan dirinya terjangkit HIV/AIDS lantaran sering 'jajan' di lokalisasi. Made melakukan hal itu karena tak ada wanita yang mau dekat dengannya lantaran kondisi fisik yang tak sempurna sejak lahir.
"Saya merasa kesal bli, sudah pasti perempuan pada menjauh setelah berkenalan dengan saya. Apalagi kondisi saya seperti ini, akhirnya saya lampiaskan ke pelacuran. Tapi itu dulu," kata Made sambil menunjukkan kedua telapak tangannya yang cacat, Rabu (2/12) di Tabanan, Bali.
-
Apa tujuan Hari AIDS Sedunia? Peringatan ini bertujuan untuk menyebarluaskan informasi pentingnya upaya pencegahan serta pengobatan HIV dan AIDS. Peringatan Hari AIDS Sedunia juga bertujuan untuk mengenang mereka yang meninggal akibat penyakit mematikan ini.
-
Kapan Hari AIDS Sedunia dirayakan? Setiap tahunnya, seluruh dunia sejatinya memperingati Hari AIDS Sedunia.
-
Bagaimana cara memperingati Hari AIDS? Beragam acara digelar untuk memperingati Hari AIDS Sedunia, salah satunya mengenakan pita merah. Biasanya, pita merah akan disematkan di baju untuk menunjukkan kepedulian terhadap penderita HIV dan AIDS.
-
Apa tujuan dari peringatan Hari AIDS Sedunia? Di samping itu, peringatan tersebut juga bertujuan untuk memberi dukungan kepada siapa saja yang sedang berjuang dengan penyakit HIV/AIDS.
-
Kapan Hari AIDS Sedunia diperingati? Setiap 1 Desember selalu diperingati Hari AIDS Sedunia.
-
Siapa yang memulai Hari AIDS? Awalnya gagasan peringatan Hari AIDS Sedunia bermula dari seorang jurnalis yang berupaya memanfaatkan celah media antara pemilihan presiden AS tahun 1988 dan momen Natal.
Kebiasaan pergi ke tempat pelacuran tanpa disadarinya membawa bahaya, dia terjangkit virus HIV. dalam tubuh Made. Meski demikian, saat bersamaan ada seorang wanita yang diam-diam mencintainya.
"Kami baru menikah di umur saya yang ke 24. Yah, enam tahun lalu," ungkapnya.
Tahun 2009 dirinya akhirnya meminang Ni Putu (20), dan resmi menjadi suami istri. Made sendiri baru mengetahui dirinya mengidap HIV/AIDS setelah pernikahan berjalan hampir 4 tahun, namun mereka tetap mencoba menjalani kehidupan dengan bahagia meskipun dengan segala keterbatasan hidup.
"Saya dan istri bekerja hanya sebagai buruh angkut kelapa dengan penghasilan Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu per hari," ujarnya.
Awalnya, kata Made, saat didiagnosis mengidap HIV/AIDS 2013, dia mengalami demam tinggi. Saat diperiksa oleh dokter, Made dikatakan menderita gejala tifus, namun saat diberikan obat tak kunjung sembuh.
"Saya dikasih obat tetapi tidak mempan-mempan. Akhirnya saya disarankan periksa ke BRSUD Tabanan," lanjutnya.
Ditemani sang kakak, Made kemudian memeriksakan dirinya ke BRSUD Tabanan. Bagaikan disambar petir, Made sangat terkejut saat mengetahui jika dirinya positif menderita HIV/AIDS usai menjalani tes darah.
"Saya sangat terkejut, sedih, kecewa, dan perasaan saya tidak karuan. Yang ada di otak saya saat itu cuma kematian saja," katanya.
Dari pihak BRSUD Tabanan, meminta istri Made, Ni Putu untuk melakukan tes darah. Dan benar saja istri yang sangat dicintainya juga positif menderita HIV/AIDS. Tapi, dia sangat bersyukur dengan putri semata wayangnya, Putu D, negatif dari virus mematikan itu.
"Tetapi meskipun anak kami negatif HIV/AIDS, dia juga menderita karena dijauhi oleh teman-temannya sampai harus putus PAUD. Masa depan anak saya suram," imbuhnya.
Sudah dua tahun Made dan istrinya hidup sebagai ODHA, mereka dianggap menjijikkan oleh warga. Namun Made tetap tegar dan memiliki keinginan untuk sembuh.
Setiap satu bulan sekali, Pasutri ini harus kontrol ke klinik VCT Pelangi BRSUD Tabanan untuk mendapatkan obat terapi Anti Retro Viral (ARV).
"Saya sempat berfikir kenapa hal ini menimpa saya. Seharusnya virusnya yang dijauhi bukan orang-orang seperti kami (ODHA), saya menyesal sebelum menikah dulu suka ke pelacuran," ucapnya lirih sembari menghapus air matanya.
Pada peringatan Hari AIDS Sedunia, Selasa (1/12) kemarin, Made berharap kepada Pemerintah agar lebih menggiatkan sosialisasi mengenai bahaya HIV/AIDS, serta sosialisasi mengenai ODHA yang tidak semestinya dijauhi.
"Selagi kami masih hidup, maka kami berhak juga untuk hidup. Karena kami masih diberikan kebebasan menghirup udara yang diberikan oleh Widhi, dan semuanya juga menghirupnya. Mohon perlakukan juga kami sama, juga anak kami," harapnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemuda itu memesan PSK wanita sesuai yang tertera di aplikasi, namun yang didapatinya ternyata waria.
Baca SelengkapnyaSaat ditanya kapan proses penutupan resmi lokalisasi itu dilakukan, Satpol PP Denpasar akan mencari bukti-bukti kuat.
Baca SelengkapnyaWarga asing ini dideportasi karena menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) dan menjadi pacar bayaran.
Baca SelengkapnyaMayat korban dipaksakan pelaku agar muat ke dalam koper
Baca SelengkapnyaPelaku yang terdiri dari tujuh pria dan lima wanita itu, diketahui melakukan hubungan badan bersama-sama.
Baca SelengkapnyaSetiap peserta membayar pendaftaran sebesar Rp825 ribu untuk bisa mengikuti pesta seks tukar pasangan.
Baca SelengkapnyaAwalnya korban diajak pelaku ke hotel dengan alasan untuk berganti pakaian.
Baca SelengkapnyaPembongkaran berawal dari adanya laporan Anak Baru Gede (ABG) hilang. Hasilnya, muncikari dan Pekerja Seks Komersial (PSK) ditangkap.
Baca SelengkapnyaPihaknya melakukan operasi pengawasan di dua lokasi berbeda yakni Seminyak dan Kuta.
Baca SelengkapnyaDalam penggerebekan spa tersebut seorang manajer dari spa itu sudah ditetapkan menjadi tersangka
Baca SelengkapnyaKakak-adik di Jambi diringkus polisi. Mereka ditangkap karena membunuh M (41), pelanggan PSK yang merupakan istri salah seorang pelaku.
Baca SelengkapnyaPria berinisial HM (25) itu pun ditangkap polisi saat melakukan aksinya di Hotel Mojokerto.
Baca Selengkapnya