Gempa Magnitudo 5,9 Guncang Majene Sulbar, Warga Berhamburan Keluar Rumah
Merdeka.com - Gempa magnitudo 5,9 mengguncang wilayah Majene, Provinsi Sulawesi Barat, Kamis (14/1) pukul 13.35 WIB. Penyebab gempa diduga akibat aktivitas sesar naik Mamuju.
"Diduga kuat pemicu gempa ini adalah Sesar Naik Mamuju (mamuju thrust). Terbukti bahwa hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault)," kata Koordinator bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta. Dikutip dari Antara.
Hasil analisa BMKG menyebutkan episenter gempa terletak pada koordinat 2,99 LS dan 118,89 BT tepatnya di darat pada jarak 4 km arah BaratLaut Majene, Sulawesi Barat pada kedalaman 10 km.
-
Dimana gempa terjadi? Sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @batang.update memperlihatkan seorang anak dan ibu yang mencoba berlindung dari gempa Batang berkekuatan Magnitudo 4,4 pada 7 Juli kemarin.
-
Bagaimana gempa Sangihe terjadi? 'Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan turun (normal fault ),' kata Daryono dalam siaran pers yang diterima merdeka.com.
-
Kenapa gempa Sangihe terjadi? 'Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dalam akibat adanya aktivitas deformasi batuan dalam slab Lempeng Laut Filipina yang tersubduksi ke bawah Pulau Mindanao.
-
Apa penyebab gempa Sangihe? Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofiksika (BMKG) menyatakan gempa itu dipicu aktivitas deformasi batuan.
-
Kapan gempa terjadi? Gempa di Batang pada Minggu (7/7) kemarin menyisakan luka yang mendalam bagi para korban yang terkena dampaknya.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif.
Dampak gempa tersebut guncangannya dirasakan di Polewali dalam skala intensitas V-VI MMI, sedangkan Mamuju, Majene IV MMI, Mamuju Utara dan Mamuju Tengah III-IV MMI, dan Toraja dan Mamasa III MMI, serta di Pinrang, Poso, Pare-pare dan Wajo II-III MMI.
Daryono mengatakan, dari laporan di lapangan, warga lari berhamburan keluar rumah karena terkejut guncangan kuat yang terjadi secara tiba-tiba.
"Melihat peta shakemap hasil analisis BMKG tampaknya gempa ini berpotensi merusak," katanya.
Pada pukul 14.00 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan dua aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitudo maksimum 4,9.
Getaran gempa juga dirasakan warga Kota Makassar, seperti sejumlah pengunjung RM Madaeng di Jalan Pelita Raya Makassar.
Seorang pengunjung bernama Yuniastika sontak berdiri dari tempat duduknya karena merasa adanya getaran di meja makannya.
Disapa Yuni, perempuan berusia 26 tahun itu sempat berpikir guncangan yang dirasakannya adalah efek dari kemunculan penyakit vertigo yang dideritanya. Hanya saja, ternyata getaran tersebut juga dirasakan oleh pengunjung lain.
"Meja itu bergetar, saya kira hanya dari aktivitas kami yang sedang makan. Nyatanya pengunjung di meja lain juga rasakan hal sama," katanya.
Sementara Sub Koordinator Pelayanan Jasa BMKG Makassar, Siswanto juga membenarkan bahwa getaran gempa Sulbar dirasakan warga Sulsel.
"Katanya teman-teman yang di menara Bank Indonesia ada yang merasakan, saya sendiri kebetulan duduk di sini tidak rasa getarannya," kata Siswanto.
Hanya saja, berdasarkan analisis BMKG, telah dipastikan bahwa warga Kota Parepare dan Kabupaten Pinrang merasakan getaran gempa dengan skala besar tersebut. Ini karena pusat gempa terjadi lebih dangkal 10 KM dari permukaan laut.
BMKG memastikan bahwa gempa tidak berpotensi tsunami. Siswanto menjelaskan, analisis BMKG berdasarkan skala kekuatan gempa atau energi gempa menunjukkan bahwa gempa bumi itu tidak berpotensi tsunami.
Sulbar disebut memiliki patahan, sehingga cukup berpotensi terjadi gempa bumi. Bahkan secara historis gempa bumi dengan skala lebih besar dan mengakibatkan tsunami pernah terjadi di wilayah ini.
"Mekanisme patahannya pada episenter atau pusat gempanya sehingga dapat menggambarkan bagaimana pergerakan gelombang seismic. Ini juga menunjukkan tidak berpotensi gempa," ujarnya.
Siswanto mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
"Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa, silakan periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah," urainya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rafik mengatakan hingga kini belum ada laporan kerusakan akibat kejadian tersebut. "Kerusakan belum ada laporan.
Baca SelengkapnyaSebagian dinding rumah mereka juga roboh, akibat gempa bumi yang terjadi pada Kamis sore kemarin.
Baca SelengkapnyaGempa bumi yang terjadi ini juga menyebabkan warga harus berlarian ke luar dari bangunan rumah.
Baca SelengkapnyaGempa kedua di Tuban terjadi di laut 126 km Timur Laut Tuban dengan kedalaman 10 km.
Baca SelengkapnyaGempa bumi dengan magnitudo M4,4 mengguncang wilayah Batang, Jawa Tengah, hari ini Minggu (7/7).
Baca Selengkapnya248 rumah rusak dan 456 warga harus mengungsi, akibat gempa Sumedang
Baca SelengkapnyaHingga saat ini BPBD Jabar masih melakukan identifikasi tingkat kerusakan maupun pendataan dampak lain pascagempa.
Baca SelengkapnyaGetaran gempa ini pun terasa hingga kawasan Surade, Kabupaten Sukabumi.
Baca SelengkapnyaBMKG saat ini terus mengkaji beberapa potensi sesar aktif yang ada di Sumedang.
Baca SelengkapnyaDampak dari gempa magnitudo 6,4 Bantul, banyak rumah warga yang roboh. Belum ada laporan korban jiwa atas peristiwa tersebut.
Baca SelengkapnyaBMKG masih belum bisa memastikan aktivitas sesar yang menyebabkan gempa di Sumedang.
Baca SelengkapnyaMasjid Al-Muhadjirin di Balikbang Gunung, Desa Gunung Teguh, Kecamatan Sangkapura Pulau Bawean ambruk akibat gempa Tuban.
Baca Selengkapnya