Gempa Magnitudo 6,2 di Majene Dirasakan ke Palu hingga Makassar
Merdeka.com - Gempa mengguncang wilayah Majene, Sulawesi Barat, Jumat (15/1) dini hari. Situs Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa berkekuatan magnitudo 6,2 terjadi sekitar pukul 01.28 WITA.
Pusat gempa berada di kedalaman 10 kilometer dari permukaan laut. Lokasinya di koordinat 2.98 derajat Lintang Selatan dan 118.94 derajat Bujur Timur atau sekitar 6 kilometer sebelah timur laut Majene.
Berdasarkan analisis peta guncangan BMKG yang diukur dengan skala MMI atau Modified Mercalli Intensity, gempa Magnitudo 6,2 ini memicu kekuatan guncangan IV - V MMI di Majene, III MMI di Palu, Sulawesi Tengah dan II MMI di Makasar, Sulawesi Selatan. Skala Mercalli tersebut merupakan satuan untuk mengukur kekuatan gempa.
-
Dimana gempa terjadi? Sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @batang.update memperlihatkan seorang anak dan ibu yang mencoba berlindung dari gempa Batang berkekuatan Magnitudo 4,4 pada 7 Juli kemarin.
-
Dimana gempa bumi terjadi? Gempa tersebut persisnya berada di wilayah lautan Samudera Hindia, dengan kedalaman 10 kilometer, titik koordinat 105,9 BT dan 7,61 LS, berjarak sekitar 85,7 km barat daya Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
-
Dimana pusat gempa Sangihe? Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, pusat empat berada 373 km Barat Laut Tahuna, Kepulauan Sangihe, tepatnya pada 6.14 LU, 123.28 B.
-
Dimana gempa Peru terjadi? Episenter gempa terletak di lepas pantai pada koordinat 15,81° LS 74,32° BB dengan kedalaman hiposenter 28 km.
-
Kapan gempa terjadi? Gempa di Batang pada Minggu (7/7) kemarin menyisakan luka yang mendalam bagi para korban yang terkena dampaknya.
"Deskripsi BMKG pada skala V MMI menunjukkan getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, Jumat (15/1).
Sedangkan IV MMI, skala ini menunjukkan pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela dan pintu berderik serta dinding berbunyi. Skala III MMI menunjukkan adanya getaran dirasakan nyata di dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu. Berikutnya II MMI, ini menunjukkan adanya getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
"Hingga kini belum ada perkembangan informasi terkait dampak akibat gempa tersebut. BNPB masih memantau dan berkoordinasi dengan beberapa BPBD yang terdampak guncangan gempa," ujar dia.
Gempa Magnitudo 5,9
Sebelumnya, gempa magnitudo 5,9 mengguncang wilayah Majene, Provinsi Sulawesi Barat, Kamis (14/1) pukul 13.35 WIB. Penyebab gempa diduga akibat aktivitas sesar naik Mamuju.
"Diduga kuat pemicu gempa ini adalah Sesar Naik Mamuju (mamuju thrust). Terbukti bahwa hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault)," kata Koordinator bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta. Dikutip dari Antara.
Hasil analisa BMKG menyebutkan episenter gempa terletak pada koordinat 2,99 LS dan 118,89 BT tepatnya di darat pada jarak 4 km arah BaratLaut Majene, Sulawesi Barat pada kedalaman 10 km.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif.
Dampak gempa tersebut guncangannya dirasakan di Polewali dalam skala intensitas V-VI MMI, sedangkan Mamuju, Majene IV MMI, Mamuju Utara dan Mamuju Tengah III-IV MMI, dan Toraja dan Mamasa III MMI, serta di Pinrang, Poso, Pare-pare dan Wajo II-III MMI.
Daryono mengatakan, dari laporan di lapangan, warga lari berhamburan keluar rumah karena terkejut guncangan kuat yang terjadi secara tiba-tiba.
"Melihat peta shakemap hasil analisis BMKG tampaknya gempa ini berpotensi merusak," katanya.
Pada pukul 14.00 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan dua aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitudo maksimum 4,9.
Getaran gempa juga dirasakan warga Kota Makassar, seperti sejumlah pengunjung RM Madaeng di Jalan Pelita Raya Makassar.
Seorang pengunjung bernama Yuniastika sontak berdiri dari tempat duduknya karena merasa adanya getaran di meja makannya.
Disapa Yuni, perempuan berusia 26 tahun itu sempat berpikir guncangan yang dirasakannya adalah efek dari kemunculan penyakit vertigo yang dideritanya. Hanya saja, ternyata getaran tersebut juga dirasakan oleh pengunjung lain.
"Meja itu bergetar, saya kira hanya dari aktivitas kami yang sedang makan. Nyatanya pengunjung di meja lain juga rasakan hal sama," katanya.
Sementara Sub Koordinator Pelayanan Jasa BMKG Makassar, Siswanto juga membenarkan bahwa getaran gempa Sulbar dirasakan warga Sulsel.
"Katanya teman-teman yang di menara Bank Indonesia ada yang merasakan, saya sendiri kebetulan duduk di sini tidak rasa getarannya," kata Siswanto.
Hanya saja, berdasarkan analisis BMKG, telah dipastikan bahwa warga Kota Parepare dan Kabupaten Pinrang merasakan getaran gempa dengan skala besar tersebut. Ini karena pusat gempa terjadi lebih dangkal 10 KM dari permukaan laut.
BMKG memastikan bahwa gempa tidak berpotensi tsunami. Siswanto menjelaskan, analisis BMKG berdasarkan skala kekuatan gempa atau energi gempa menunjukkan bahwa gempa bumi itu tidak berpotensi tsunami.
Sulbar disebut memiliki patahan, sehingga cukup berpotensi terjadi gempa bumi. Bahkan secara historis gempa bumi dengan skala lebih besar dan mengakibatkan tsunami pernah terjadi di wilayah ini.
"Mekanisme patahannya pada episenter atau pusat gempanya sehingga dapat menggambarkan bagaimana pergerakan gelombang seismic. Ini juga menunjukkan tidak berpotensi gempa," ujarnya.
Siswanto mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
"Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa, silakan periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah," urainya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BMKG mengungkapkan pusat gempa berada di laut 50 km barat laut Donggala.
Baca SelengkapnyaHingga berita ini diturunkan, belum ada informasi apakah ada dampak yang ditimbulkan akibat gempa tersebut.
Baca SelengkapnyaDalam keterangannya, BMKG memastikan gempa tidak berpotensi tsunami.
Baca SelengkapnyaBelum ada keterangan terkait dampak gempa tersebut.
Baca SelengkapnyaGempa tersebut tidak berpotensi tsunami. Namun demikian, masyarakat diminta agar hati-hati terhadap gempa bumi susulan.
Baca SelengkapnyaHasil analisis BMKG menunjukkan gempa ini memiliki parameter update dengan magnitudo 5,9.
Baca SelengkapnyaGempa dengan magnitude 6,6 menguncang Kota Kupang, Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kamis (2/11) pukul 5.04 Wita.
Baca Selengkapnyakoordinat titik gempa terletak di 9,91° LS ; 122,12° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 128 Km arah Tenggara Ende
Baca SelengkapnyaSelain Ternate getaran gempa juga terdeteksi BMKG mengguncang beberapa saat di Jailolo dan Tidore, Maluku Utara.
Baca SelengkapnyaGempa Kabupaten Malaka NTT tidak berpotensi Tsunami
Baca SelengkapnyaMasyarakat diimbau waspada dan hati-hati terhadap gempa bumi susulan
Baca SelengkapnyaHasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami.
Baca Selengkapnya