Genjot Vaksinasi PMK di Daerah, Kementan Gandeng TNI dan Polri
Merdeka.com - Kementerian Pertanian (Kementan) menggencarkan vaksinasi massal bagi hewan ternak untuk mengantisipasi penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK). Kewenangan vaksinasi PMK di bawah kendali dokter hewan, namun untuk mengantisipasi keterbatasan jumlah dokter hewan dan tenaga paramedik kesehatan hewan di seluruh Indonesia, Kementan inisiatif melakukan kolaborasi lintas sektoral, di antaranya dengan TNI dan Polri.
Kolaborasi Kementan dan Polri tersebut digelar, khususnya dalam penyelenggaraan Training of Trainer (ToT) vaksinasi PMK, yang melibatkan personel dokter hewan dan tenaga paramedik kesehatan hewan pada lingkup Polri.
Pelatihan TOT vaksinasi PMK diselenggarakan secara offline selama tiga hari di Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara Bogor, 5 sampai 7 Juli 2022.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Apa tugas Kementerian Kesehatan? Tugasnya membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Apa tujuan produksi vaksin dalam negeri? Kemandirian dalam produksi vaksin merupakan salah satu kebijakan utama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.
-
Bagaimana Kementan dibantu oleh Polri? Kapolri menambahkan bahwa pihaknya siap mem backup dan mendukung berbagai kegiatan Kementan melalui pengerahan para Kapolda, Kapolres hingga anggota babinkamtibmas yang tersebar di seluruh Indonesia.
Tenaga dokter hewan sejumlah 20 orang dan paramedik kesehatan hewan lingkup Polri berjumlah tiga orang dari TNI/Polri seperti Ditpolsatwa, Lemdiklat Polri, Hubinter Polri, Polda DIY, Polda Jateng, Polda Jabar, Polda Bali, Polda Kaltim dan Polda Jambi.
"Mereka akan dilatih secara teknis dan metodologi sebagai fasilitator, sehingga nantinya diharapkan dapat melatih anggota Polri lainnya yang menjabat sebagai petugas kesehatan untuk ikut serta sebagai tim vaksinasi PMK," kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi, Jakarta, Rabu (6/7).
Dedi mengatakan bahwa pelatihan ini sangat perlu. "Bahkan harus dilaksanakan segera. Karena distribusi vaksin secara besar-besaran segera dilakukan. Kita ingin penyebaran PMK segera ditekan, bahkan diputus," lanjut Dedi.
Dia menambahkan bahwa saat ini dunia tidak dalam kondisi biasa-biasa saja, karena saat ini dunia menghadapi krisis pangan global.
"Sesungguhnya sejak dua tahun lalu, FAO memprediksi bahwa salah satu dampak Covid-19 itu adalah krisis pangan global. Nampaknya dampak ini diperparah dengan kondisi perubahan iklim yang berdampak pada produksi dan produktivitas pertanian. Kondisi ini juga ternyata ditenggarai situasi geopolitik dunia saat ini yang tidak menguntungkan," ujar Dedi.
Menurutnya, kondisi itu diperparah dengan perang antara Rusia dan Ukraina. Krisis pangan global ditandai dengan meroketnya harga pangan di pasar global.
"Selain itu juga akibat virus PMK yang melanda di negara timur Asia ini semakin meningkat. Beberapa akhir ini virus PMK di kawasan Asia timur mulai menyeruak termasuk di Indonesia. PMK termasuk jenis virus yang penyebarannya melalui udara. Bahkan ukuran virus PMK jauh lebih kecil dari virus Covid-19 sehingga peluang menyebarnya luar biasa," bebernya.
Kendati demikian, patut disyukuri bahwa PMK bukan jenis penyakit sinosis. Tidak menular kepada manusia, tetapi sangat mudah menular kepada hewan yang sensitif terutama hewan ternak yang berkaki belah.
"Alhamdulillah, serotimnya sudah ketemu sejak lama. Saat ini Pusvetma (Pusat Veteriner Farma) di Surabaya sedang mempersiapkan vaksin PMK yang menyebar di negara kita. Namun demikian untuk bergerak cepat kita memerlukan impor vaksin sambil menunggu vaksin yang kita buat siap semuanya," lanjutnya.
Terkait dengan penanggulangan PMK, jelas Dedi, yang utama adalah sistem karantina yang harus disiplin, ketat dan waspada. Satgas PMK mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten kota bahkan sampai level kecamatan sudah mulai bekerja.
Satgas PMK juga sudah menetapkan peta di mana sebaran PMK di Indonesia dan bahkan sudah dipetakan sampai level kecamatan dan sudah ada SOP-nya di Permentan yang baru, bahwa hewan ternak yang berasal dari zona merah tidak boleh bergerak alias stay at home.
Terkait sistem perkarantinaan ini tentu saja petugas terbatas, begitu pula personel TNI/Polri.
"Oleh karena itu kita semua stakeholder juga memiliki kewajiban untuk menjaga, mengarantina hewan ternak yang berkuku belah. Para peternak dan yang tergabung dalam PDHI, PDHSI kami mohon support dan bantuannya agar sistem perkarantinaan hewan benar-benar disiplin. Benar-benar waspada, konsisten terhadap segala peraturan. Jangan ada pergerakan ternak dari zona merah ke zona hijau," terang Dedi.
Dia menambahkan, hewan yang terdampak PMK perlu dirawat dengan vaksinasi. Berdasarkan data tingkat kesembuhan hewan ternak yang terpapar PMK relatif baik. Sistem sapu jagat, adalah dengan vaksinasi.
"Vaksinasi adalah langkah terakhir yang harus kita lakukan agar hewan ternak terbebas dari PMK. Sekitar 800 ribu dosis sudah lama tiba di Tanah Air. Mentan memiliki target sebelum Iduladha, vaksinasi yang 800 ribu tuntas," harapnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Produksi vaksin dalam negeri dianggap akan mampu mendorong ketahanan kesehatan nasional.
Baca SelengkapnyaPemprov DKI terus berupaya mempertahankan Jakarta bebas rabies dan mencegah gigitan hewan penular virus rabies (GHPR).
Baca SelengkapnyaSejumlah patogen dikhawatirkan bisa menjadi ancaman bagi munculnya pandemi baru sehingga jadi perhatian bagi Kemenkes.
Baca SelengkapnyaTNI ikut berkomitmen membantu pemerintah menjaga kawasan hutan Indonesia yang luasnya mencapai 125 juta hektare.
Baca SelengkapnyaIntroduksi vaksin dengue bertujuan mencegah penyebaran demam berdarah.
Baca SelengkapnyaPemerintah melalui BUMN bersama MSD sepakat tingkatkan edukasi tentang HPV.
Baca SelengkapnyaMenkes Budi ungkap cara pemerintah mencegah penyebaran penyakit monkey pox (Mpox) di Indonesia
Baca SelengkapnyaUpaya yang dilakukan Kementan dengan mitigasi dan isolasi wilayah, serta menurunkan Tim kesehatan hewan ke lokasi untuk investigasi.
Baca SelengkapnyaPTPN III Gandeng TNI AD Amankan Amankan Aset Negara dan Tingkatkan Ketahanan Pangan,
Baca SelengkapnyaPasalnya, kedua komoditas ini merupakan sarana produksi yang sangat menentukan dalam pencapaian produksi nasional.
Baca SelengkapnyaDinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi mulai memvaksin hewan-hewan pembawa virus rabies di wilayah pinggiran
Baca SelengkapnyaDari semua perang yang dihadapi manusia, melawan patogen mencatatkan kematian yang paling banyak.
Baca Selengkapnya